bekal

269 14 0
                                    

"Selamat pagi pak"

"Pagi" jawab Shaka singkat. Pagi-pagi begini dia sudah ada di kantor, banyak dokumen yang perlu di urus karena pemindahan jabatan yang terlalu cepat dari sang ayah.

"Bagaimana kerja sama kita dengan perusahaan A?"

"Batalkan"

"Tapi pak, mere--"

"Batalkan" karyawan itu mengangguk tanpa berani menjawab apapun karena jika sampai Shaka marah entah apa yang akan dia lakukan. Mengingat sang ayah dulu saat memegang jabatan tidak segan memecat karyawan jika sudah kesal, tidak peduli sebagus apapun kinerjanya.

Drt...

Ponsel yang bergetar membuyarkan fokus Shaka "ada apa Ru?" Itu istrinya, entah apa yang diinginkan perempuan itu hari ini.

'Sayang, jemput aku di bawah'

Cepat-cepat Shaka menuju jendela ruangan, menatap ke bawah di mana istri mungilnya menunggu di bawah "sebentar ya? Tunggu disana, jangan kemana-kemana" Shaka mematikan ponsel, cepat-cepat menuruni lift dan menghampiri sang istri.

"Sayang i love you" Biru mencium pipi suaminya, di hadapan banyak karyawan, kebetulan ini pas dengan jam istirahat kantor. Shaka mematung, astagaaaa .. apalagi yang di lakukan istrinya ini, brutal sekali.

"I love you more" jawab Shaka dengan senyuman tulus, senyuman yang tidak pernah dilihat oleh orang-orang kantor karena Shaka selalu terlihat dingin.

"Masuk Ru" mengambil tangan kiri Biru, Shaka menggandeng manusia kecil itu.

"Aws-- sayang" Shaka terdiam, lalu melepas genggaman tangannya, dia lupa menggandeng bocil "sakit, jangan kencang kencang nuntunnya" ringis Biru.

"Maafin saya" Biru mengangguk "can i? Saya akan lebih berhati-hati sekarang" Biru mengangguk lagi.

Begitu sampai di ruangannya, Shaka terkekeh kecil melihat Biru yang mematung sambil terus melihat ke arah pigura berukuran lumayan besar di atas kursi Shaka"sayang, kenapa memakai photoku yang itu? Aku tidak seksi di sana" Shaka menghela nafasnya, pertanyaan tidak terduga apa lagi ini?

"Seharusnya yang mana?"

"Seharusnya yang bajuku terlihat lebih terbuka"

"Apa yang mau di perlihatkan? Punya mu kecil" celetuk Shaka lalu berjalan untuk duduk di kursinya.

"Apa maksudnya kecil?" Shaka bingung bagaimana menjawabnya, itu refleks, tidak sengaja. Sungguh.

"Tidak apa-apa. Kenapa kamu kesini?"

"Apa yang kecil?"

"Tidak ada"

"Apa yang sayang maksud kecil?" Biru mengikuti arah pandang Shaka ke dadanya, lalu memukul Shaka "aku membenci sayang!!!!!" Shaka diam, pukulan bocil ini tidak ada rasanya, dia membiarkan Biru sampai diam sendiri karena lelah.

"Sudah? Istirahat ayo. Jangan benci saya okai?" Shaka menarik Biru untuk duduk di pangkuannya "lihat nafasmu tersengal, saya tidak bermaksud seperti itu. Photo yang ini sudah paling bagus, istri saya terlihat cantik disana" mereka menatap photo pernikahan keduanya "aku tidak ingin kamu dilihat laki-laki lain, apalagi badan kamu. Jadi yang ini aja ya?" Biru mengangguk, patuh seperti biasa, padahal baru beberapa detik yang lalu dia nge-reog.

"Aku buatkan makanan. Apa sayang sudah makan seperti kemarin?" Shaka menggeleng, tangan kecil biru kesusahan membuka tutup bekal, Shaka membantu, tersenyum melihat masakan sang istri.

"Ini apa?"

"Itu nasi aku tambahin Nori, bagus kan? Jadi bentuk karakter Squidward" Shaka merasa seperti bocah sekarang, bekal yang di siapkan istrinya juga dibentuk seperti kartun kesukaan perempuan itu, Spongebob.

BiruWhere stories live. Discover now