9

144 30 1
                                        

Suasana ruangan Matthew terasa sangat mencekam saat Dafa masuk dengan kikuk setelah dirinya dipanggil ketika bekerja. Dafa kaget setengah mati ketika Mang Dadang memberitahukannya jika Matthew ingin menemuinya sekarang juga. Dengan lemas dia berjalan ke back office, bersiap diri kalau tiba-tiba Matthew memecatnya meski ia tidak tahu salahnya apa (kecuali menjadi tetangga Dinda adalah sebuah kesalahan).

"Dafa," panggil Matthew serius begitu Dafa duduk di hadapannya. Kedua mata pria itu sudah sipit, ditambah tatapannya yang tajam membuat Dafa ketakutan diam-diam di bangkunya.

"I-iya, Pak."

"Matthew." Kata Matthew memperingatkan. "Matthew aja kalau udah berdua."

"B-baik, Matthew." Ucap Dafa kikuk, masih tidak merasa nyaman karena sikap Matthew yang sangat kaku dan dingin. Selain itu, memanggil pemilik restoran tempatnya bekerja dengan nama saja rasanya tidak sopan meski itu Matthew, mantan pacar Dinda yang dulu sering ditemuinya saat SMA.

"Maaf ganggu kerjaan lu di kitchen. Gue cuma pengen nanya, jadi... gue ada janji sama Dinda hari Sabtu ini. Nah, ada sesuatu yang pengen gue omongin tapi gue nggak punya nomornya. Boleh, nggak, gue minta nomor Dinda?" Tanya Matthew berupaya santai meski ada sedikit rasa malu yang menjumpainya.

Ya, malu. Matthew merasa sangat tidak jantan karena tidak bisa meminta secara langsung kepada Dinda. Masalahnya, beberapa hari ini ia akan sibuk di restoran dan tidak memiliki waktu untuk menjumpai Dinda di rumahnya. Waktu kosongnya sudah ia habiskan kemarin dan ia lupa meminta nomor perempuan itu.

 Waktu kosongnya sudah ia habiskan kemarin dan ia lupa meminta nomor perempuan itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Boleh, sih. Dinda juga sempat cerita soal rencana kalian Sabtu ini." Kata Dafa sembari merogoh kantong celana untuk meraih ponselnya.

Reaksi Dafa sangat tidak diduga Matthew. Dipikirnya Dafa akan defensif, tapi pria itu malah menyebutkan nomor Dinda sekarang. Nomor yang langsung ia ketik meski sudah terdapat dalam kontaknya.

"Thanks, mate." Ucap Matthew kepada Dafa yang membalasnya dengan kikuk. "Same-same."

Matthew nyengir, ia sering mendengar Dafa berkata seperti itu saat mereka SMA. Membuat kotak kenangannya terbuka kembali.

 Membuat kotak kenangannya terbuka kembali

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Unbroken String [Complete]Where stories live. Discover now