- Memory (2024)

128 19 1
                                    

"Bang"

Pemuda itu menoleh, melihat siapa yang memanggilnya sore itu, gadis cantik yang wajahnya hampir serupa dengan dirinya itu mendekat.

"Bentar lagi ujan nih, enggak dingin emang? masuk yok!"

Pemuda itu, Jidan. berdiri dari duduknya, sedikit menyunggingkan senyum kemudian mengelus kepala adik satu-satunya itu dengan sayang, "Kamu mau minta ajarin apalagi hari ini, ha?" tanyanya menebak.

Gadis cantik itu tersenyum cerah kemudian memeluk pinggang sang kakak dengan manja, "Abang tau aja.." jeda sejenak sebelum ia melepaskan pelukan, dua pipinya mengembung gemas serta bibir tipisnya yang mengerucut kesal.

"Masa aku nanya Kak Aka tanggepannya cuma ham hem ham hem terus katanya coba tanya abang pasti kejawab, diiihhh... bilang aja gak tau jawabannya, emang dasar pemalas!" katanya bercerita.

Jidan terkekeh, hanya Arrasya lah satu-satunya orang yang bisa membuatnya menyunggingkan senyuman setelah tepat dua tahun lamanya ia kehilangan.

Kehilangan semesta birunya.

"Kalo Shaka aja kamu sebut pemalas terus kamu apaan? Kukang mageran?" Jidan menaikkan sebelah alisnya bertanya, sedangkan respon sang adik benar-benar melongo takjub, mulutnya menganga lebar serta dua tanduk yang andai bisa terlihat itu mungkin sudah ada diatas kepalanya.

Arrasya siap mengamuk, sudah ancang-ancang hendak menyerang namun sang kakak sigap menghindar.

Jidan sepertinya sudah berguru pada Yoandra hingga dengan cepat bisa menguasai satu jurus sakral yang kita sebut dengan, Menghilang.

Pemuda itu sudah ada dibelakang pintu rumah meledek Arrasya yang semakin kesal ditempatnya.

"ABANG!!!! AWAS YA NANTI AKU CHIDORI LIAT AJA!!!"

Jidan tertawa kemudian langsung memasuki rumah, menaiki tangga menuju kamarnya.

Sampai tepat setelah menutup pintu kamar, tawanya berhenti, senyum bahagianya pudar disapu memori kala matanya menangkap objek cantik diatas nakas.

Dia, semestanya yang hilang.

Jidan mendekat, mendudukkan diri diranjang, tangan kanannya terulur mengambil objek cantik itu kemudian mengelusnya dengan pelan.

"Gi, kamu tau gak? sekarang Asya sama Shaka deket banget tau aku juga bingung gara-gara apa, Asya beneran senempel itu sama Shaka, sampe kadang aku mikir sebenernya yang kakak kandung itu siapa sih? aku atau Shaka, hahaha.." ucapnya memulai.

Jidan menghembuskan nafas lelah, "Shaka udah berkali-kali nyoba deketin Asya tapi selalu aku halangin soalnya waktu itu Asya masih SMP, lagian juga Asya lebih nyaman nganggap Shaka sebagai kakak kayak sekarang"

"Oh iya kamu kenal Nisha kan, Gi? iya tetangganya Shaka yang dulu pernah dia gebet juga gara-gara nyerah sama aku yang gak mau buka jalan buat dia, haha lucu banget ya..."

Pemuda itu tersenyum sejenak mengenang apa yang dulu pernah ia alami saat mendekati seorang Anggita Gisella yang terbilang cukup galak nan lugu itu.

Hampir disetiap pertemuan mereka selalu dibumbui keributan, Jidan yang biasanya cuek dan tak perdulian itu bahkan mendadak langsung banyak bicara jika sedang bersama Gita, sehingga membuat pemuda itu jadi 180° berbeda dengan karakter aslinya.

Jidan bergerak berganti posisi kini terlentang diatas kasur dengan frame yang masih ia peluk erat, kemudian pemuda itu merasa seakan raganya kembali tertarik pada masalalu, masa ketika ia masih bisa tertawa bebas tanpa merasa hampa dan kosong.

Jidan terpejam, ah suara itu.

Suara yang selalu ia rindukan, suara yang bisa membangunkannya ditengah malam saat ia terlelap.

Itu suara gadisnya.


"Kalo lagi punya masalah tuh ya diselesain, jangan cuma didiemin terus lo nya ikutan diem kayak mayat idup gini, ck ck ck"














—G















Jung Ahyeon as Dasein Arrasya Geovan

Jung Ahyeon as Dasein Arrasya Geovan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.







GWhere stories live. Discover now