01. Kado, 2020

165 23 4
                                    

"Kalo lagi punya masalah tuh ya diselesain, jangan cuma didiemin terus lo nya ikutan diem kayak mayat idup gini, ck ck ck"

Jidan menoleh, ada Gita disana yang kini ikut duduk menghampirinya.

"Kenapa lo?" tanyanya menatap tepat mata Jidan yang kini beralih malah fokus memperhatikan lalu lalang orang didepannya.

"Gi, gue gagal ya?"

Gita mengerjap, apa-apaan ini?

Tiba-tiba?

"Gagal kenapa maksud lo?"

Jidan menghela nafas sejenak, "Gue emang jadi kakak yang berhasil ngelindungin adeknya tapi pada akhirnya gue gagal jadi leader buat ngelindungin anggota gue"

Ah Gita paham, ia mengerti kemana arah ucapan pemuda itu kini.

"Leo maksud lo?"

Jidan mengangguk.

"Enggak lah, wajar seorang kakak ngelindungin adeknya, ya lo fikir kakak mana yang diem aja ngeliat adeknya dilecehin? aksi lo udah keren banget Ji, gue kasih empat jempol ni sama jempol kaki" ucap gadis itu nyengir diakhir.

Gita menepuk pundak Jidan tersenyum hangat kemudian berdiri kembali menuju kelasnya sebab lima menit lagi bel tanda berakhirnya waktu istirahat dibunyikan.

Senyum hangat yang tadi gadis itu sunggingkan langsung berubah kecut kala ia berbalik, Gita bergumam kecil, sangat kecil sampai siapapun tak ada yang mampu mendengarnya.

"Gue juga gagal, Ji"










-G







"Gi"

Jidan berjalan cepat mensejajarkan diri dengan Gita yang berjalan cepat terburu-buru.

"Kenapa?"

"Asya besok ulang tahun, kira-kira kado terbaik yang menurut lo bakal dia suka tuh apa?"

Gita menoleh cepat, mengerjap "Asya kan tipe yang suka sama benda-benda lucu, mungkin boneka or gelang yang ada gantungannya juga cukup bisa bikin dia seneng" katanya.

Jidan mengangguk, emang tidak salah ia bertanya pada orang yang tepat, "Yaudah anterin yok, gue kan gak tau selera cewek tuh gimana"

Gita sejenak menghentikan langkah, "Ji, nan—"

"Udah ayo, lama lo"

Jidan menarik tangan Gita agar memasuki mobilnya yang berada di parkiran sekolah, pemuda itu tersenyum kemudian mengernyit menatap pada Gita yang terlihat gusar berkali-kali mengelus pergelangan tangannya yang tertutup jam tangan.

Mata elangnya terlalu tajam sampai cukup bisa melihat dengan jelas apa yang sedang berusaha gadis itu tutupi.

Jidan melihat beberapa goresan dibalik jam tangan yang gadis itu pakai dengan posisi terbalik, karena dengan begitu ia cukup bisa menyembunyikan beberapa goresan yang Jidan yakini adalah bekas sayatan.

"Ayo, katanya mau beli kado"

Jidan mengangguk, ia mengalihkan tatap berpura-pura seakan tak melihat apa yang barusan cukup kembali membuatnya terkejut.

"Gi, kalo lagi ada masalah lo bisa cari gue, jangan dipendem sendiri ya" katanya tiba-tiba.

Gita reflek menoleh tertegun dengan apa yang baru saja ia dengar, tak pernah sekalipun ada yang berkata demikian kepadanya.

Karena yang Gita rasakan selama ini hanya sepi, kosong dan gelap, tak ada yang mau mendengarnya, tak ada yang sudi membantunya melewati hari yang terasa berat sampai akhirnya pemuda itu datang, Jidan datang dengan segala caranya sedikit demi sedikit mampu menarik Gita dari lubang hitam dalam yang bahkan tak mampu gadis itu sadari.

Gita tak sadar kalau pemuda disebelahnya adalah Jidan, yang terkenal sebagai manusia cerdas super peka hingga mampu mengerti sedikitnya perasaan gadis itu saat ini.

Jidan cukup paham jika Gita sedang lelah.

Jidan juga cukup mengerti apa yang harus ia lakukan, karena itulah hari ini ia memaksa Gita untuk ikut, karena jika ia tidak begitu maka hal lain yang mungkin akan ia sesali nantinya terjadi.









-G


















You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 02 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

GWhere stories live. Discover now