Love Destiny - 4

3.4K 184 13
                                    

Happy Reading!!!

***

“Bi …”

Cuaca hujan yang seharusnya memberi rasa dingin, nyatanya tidak sedikit pun memengaruhi Bian dengan tubuh telanjangnya. Yang ada justru Bian merasa kepanasan, keringat bahkan telah membuat tubuhnya basah. Namun itu tak lantas menghentikan aktivitasnya. Bian terus bergerak, memaju mundurkan miliknya di lubang hangat sang kekasih yang berada di bawahnya. Mendesahkan namanya berkali-kali. Menambah semangat Bian untuk semakin mempercepat pompaannya. Terlebih ketika kedutan terasa dikeperkasaannya. Bian mengerang, merasakan nikmat yang datang, apalagi saat milik sang gadis yang kegadisannya telah Bian renggut terasa menjepit dan mengurut miliknya dengan kuat. Bian tidak bisa menjabarkan rasa nikmat yang di dapatkannya, hingga semburan hangat itu tak lagi bisa Bian tahan, meleleh, dan membanjiri inti sang kekasih yang terkulai lemas di bawahnya dengan napas memburu dan mata terpejam.

Terkekeh melihat wajah lelah kekasihnya, sebuah kecupan kemudian Bian beri sebagai tanda terima kasih, dan setelahnya menjatuhkan diri di samping wanitanya. Ya wanita, sebab Bian tidak lupa bahwa beberapa menit lalu dirinya yang telah membuat kekasihnya itu tidak perawan lagi. Jujur saja Bian tidak pernah berpikir akan melakukannya, mengingat mereka belum sama sekali menikah.

Bian sendiri tidak menyangka dirinya bisa melakukan hal ini. Nafsu membuatnya hilang kendali. Tapi sungguh, tidak ada sesal yang Bian rasa untuk perbuatannya barusan. Bian justru bahagia karena ini artinya ia telah memiliki kekasihnya sepenuhnya. Dan Bian tak bohong bahwa perasaannya kini tengah berbunga. Bahkan saking bahagianya Bian tak henti menjatuhkan kecupan demi kecupan di seluruh wajah kekasihnya dengan mata yang berbinar cerah dan kata cinta yang tidak henti diucapkannya.

Melihat rona merah di wajah sang kekasih akibat ulahnya, membuat Bian semakin merasa gemas. Dan sontak saja menggigit bibir bengkak itu demi menyalurkan rasa gemasnya, mengejutkan sang kekasih yang langsung melayangkan tatapan tajam sarat akan protes. Tapi bukannya bersalah, Bian malah justru tertawa, lalu menarik tubuh ramping tanpa sehelai benang itu lebih masuk ke dalam pelukannya. Namun efek yang di timbulkan dari kulit yang saling bersentuhan itu berhasil membangkitkan kembali gairah yang baru saja diistirahatkan.

Bian menggeram, berusaha menahan diri untuk tidak kembali menggagahi sang kekasih. Tapi nafsunya yang tinggi berhasil Bian kalahkan, dan pada akhirnya penyatuan itu kembali Bian lakukan, padahal sang kekasih telah mengeluhkan sakit yang masih di rasakannya. Sayangnya Bian sudah terlanjur di liputi gairah yang begitu membara, membuat perempuan yang kembali berada di bawahnya itu menghela pasrah dan ikut pada kegilaan Bian.

Owhh, Zi,”

Saking nikmatnya sebuah penyatuan, Bian tak bisa menahan lenguhan dan desahannya mengiringi setiap hentak tubuhnya di bawah sana. Bersahutan dengan desah milik sang kekasih yang berada di bawahnya, bergerak gelisah dengan tangan mencengkeram erat punggung Bian yang berkeringat. Menghasilkan perih yang tak sama sekali Bian hiraukan, sebab nikmat yang didapatkan berhasil menyamarkannya. Apalagi saat gelombang itu datang, Bian refleks di buat terpejam dan melenguh panjang bersamaan dengan ritme hujamannya yang semakin cepat dan dalam. Hingga tak berapa lama pelepasan itu Bian dapatkan, menyusul sang kekasih yang lebih dulu mendapatkannya.

"Arghh, Zi!” geramnya panjang bersamaan dengan tubuhnya yang jatuh di atas tubuh sang perempuan.

“Sial!” umpat Bian sontak terbangun dari tidurnya yang terasa panas dan menggairahkan. Kepalanya yang terasa pening kembali membuat Bian mengerang, terlebih saat terasa di bawah sana dirinya telah basah dengan keperkasaan yang mengembung di dalam celana. Sesak dan menyakitkan.

Lagi, Bian mengumpat, lalu turun dari tempat tidurnya dan melangkah cepat ke dalam kamar mandi. Untuk kesekian kalinya selama sepuluh tahun ini Bian harus melakukannya. Bangun di malam hari dan mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Karena jika tidak, hingga pagi gairahnya tidak akan padam.

Love DestinyWhere stories live. Discover now