Love Destiny - 43

2.4K 225 35
                                    

Happy Reading!!!

****

"Enggak Bi. Mama gak percaya," namun Alin masih tetap menggeleng, enggan mempercayai pengakuan putranya. "Perempuan itu pasti bohong," tunjukknya pada Zinnia. "Dia bukan anak kamu, Bian. Bukan. Itu hanya akal-akalannya saja agar bisa kembali sama kamu,"

"Ma-"

"Enggak Bian. Pokonya Mama gak percaya!" sela Alin, tidak ingin mendengar apa pun lagi dari putranya itu. "Pulang, Bi. Aruna nunggu kamu,"

"Mama, please!"

"Mama gak mau, Bi. Dia bukan anak kamu,"

"Ma-"

"Dia bukan anak kamu, Bian. Bukan," lagi-lagi Alin menggelengkan kepalanya. "Dia bukan anak kamu," ulangnya seraya bangkit dari duduknya. "Wanita itu hanya penipu, Bian. Dia bukan perempuan baik-baik," tunjuknya pada Zinnia yang keadaannya sudah lebih kacau dari sebelumnya. Bukan hanya karena kalimat Alin barusan, tapi juga karena Alin yang meragukan Ashlyn sebagai cucunya.

Itu benar-benar menyakitkan.

"Cerita itu hanya akal-akalannya saja, Bian. Dia cuma pengen menghancurkan hubungan kamu dengan Aruna."

"Mama, Zinnia bukan perempuan seperti itu,"

"Perempuan seperti dia itu murahan Bian. Dia akan melakukan apa saja demi bisa mencapai keinginannya, termasuk menipu kamu menggunakan anak itu. Mama tidak akan merestui kamu dengan perempuan seperti itu, Bi. Tidak akan sampai kapan pun."

Kalimat itu terdengar sangat jahat di telinga Bian. Ia sampai menganga tidak percaya.

Ibunya benar-benar sudah keterlaluan.

"Mama tidak pantas berbicara seperti itu, Ma. Mama tidak tahu apa-apa tentang Zinnia,"

"Karena itu Mama tidak akan merestui kamu dengan perempuan itu!"

"Ma!" bentak Bian frustrasi.

"Kalau memang anak itu memang anak kamu, kenapa wanita itu baru datang sekarang? Kenapa tidak dari dulu mencari kamu dan meminta pertanggung jawaban?"

"Karena Zinnia tidak memiliki keberanian itu, Ma,"

"Lalu kenapa sekarang dia berani?"

Bian menjambak rambutnya semakin frustrasi. Ibunya itu benar-benar membuat Bian ingin kehilangan kendali. "Aku yang menemuinya, Ma. Aku yang mencarinya."

"Tidak. Kamu bohong, Bian. Kamu cuma ingin melindunginya,"

"Itu kenyataannya, Ma! Selama ini aku bolak balik Indonesia demi mencarinya yang hilang ketika aku ingin pamit untuk melanjutkan pendidikanku ke luar negeri,"

"Nah 'kan, dia memang bukan perempuan baik-baik, Bian. Dia pasti lagi sama laki-laki lain saat itu," cibir Alin ringan. Membuat Zinnia yang sejak tadi hanya menunduk segera mengangkat kepalanya. Tidak menyangka tuduhan itu akan diberikan padanya.

"Kekasihku bukan perempuan seperti itu, Mama! Zinnia perempuan baik-baik,"

"Kalau dia memang perempuan baik-baik kenapa mau melakukan persetubuhan dengan pria yang belum menikahinya?"

"Sudah aku bilang itu karena keberengsekanku,"

"Tapi perempuan baik-baik pasti akan menolak melakukannya,"

"Ma-"

"Stop membelanya, Biantara! Mama tetap tidak akan merestui hubungan kamu dengan wanita itu. Kamu hanya akan menikahi Aruna."

"Nggak, Ma. Aku mau membatalkan pertunanganku dengan Aruna. Aku mau menyudahi hubunganku dengan Aruna."

"Kenapa? Karena wanita itu?" tunjuk Alin semakin berang. "Sudah Mama bilang, Bian, dia bukan perempuan baik-baik. Anak itu pun bukan anak kamu. Tidak ada yang perlu kamu pertanggung jawabkan,"

Love DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang