31: NYARI EGAN

33.6K 4.1K 568
                                    

Reksa menatap gerbang tinggi rumah orang tua Egan.

Maksud kedatangannya kesini sudah pasti untuk mencari Egan.

Pemuda itu menekan bel rumah Egan, menunggu sebentar hingga pria paruh baya berseragam security keluar dari area pekarangan.

"Loh? Ini temennya den Egan itu kan?" Ucap Pak Selamet, satpam rumah Egan.

Reksa segera mengangguk mengiyakan.

"Saya Reksa, saya mau-"

"Mas nya tau ga den Egan kemana? Saya khawatir banget sama dia, abis dipukulin habis habisan den Egan langsung diusir sama tuan" potong Pak Selamet nampak khawatir tentang keadaan sang majikan.

Reksa terdiam, sekilas cerita yang membuat rasa bersalah yang menggebu gebu kembali memenuhi hati dan pikirannya.

"Setelah kejadian pukul dan diusir, Egan ngomong sesuatu ga sama bapak?" Tanya Reksa dengan helaan nafas sedihnya.

"E-ee den Egan.."

Pak Selamet nampak bingung menjawab pertanyaan Reksa, ia nampak seperti menyembunyikan sesuatu.

"Dia ga ngomong apa pun mas... dia.."

Reksa mengernyit bingung, ia merasa ucapan Pak Selamet sedikit menarik rasa curiganya.

"Pak-"

"Dia ga ngomong apa apa kok, mas tolong cariin den Egan ya nanti kalau dia udah ketemu tolong kabarin saya mas"

Pak Selamet dengan segera kembali masuk kedalam pekarangan rumah Egan setelah berpamitan kepada Reksa.

"Gan.. lo dimana?" Tanya Reksa yang entah pada siapa.

.
.
.
.
.
.

Setelah pulang dari rumah Egan, Reksa kini tengah berada di sebuah pemakaman khusus yang katanya hanya di tempati oleh mendiang keluarga besar Egan.

Hembusan nafas lelah terdengar jelas.

Hari ini Reksa bolos sekolah hanya untuk mencari keberadaan pacarnya itu bahkan ia belum makan sama sekali.

Ponselnya bergetar menampilkan nama Lily yang terpampang jelas di layar ponselnya.

"Halo Ly?" Ucap Reksa setelah menyambungkan sambungan telefon.

"Where are you?"

"Kenapa?"

"I'm in your apartment"

"Ngapain?"

"Aku pengen ketemu, aku ga punya temen! Inget kan?"

"Aku lagi sibuk Ly, mending kamu-"

"Sibuk? Sibuk apa? Nyariin orang yang udah ninggalin kamu itu? Iya?!"

"Lily, please! Dia pergi karna aku, dia menderita juga karna aku, aku yang salah dan ga seharusnya kamu bilang dia ninggalin aku, ga gitu!!"

"Terserah!"

Sambungan telepon dimatikan, Reksa mengehela nafasnya lelah menghadapi Lily yang masih marah dan merasa tidak diterima karna pengakuan Reksa saat itu.

Ia memilih menutup ponselnya, lalu berjalan kearah pemakaman.

Menemui orang yang sangat Egan cintai, orang yang selalu ia ceritakan, orang yang selalu membuat senyuman mengembang begitu saja ketika Egan menceritakan atau mengingatnya.

Reksa berjalan menuju makam dengan nisan bertuliskan Elisa ariane calista.

Reksa menatap nisan itu dengan mata berkaca kaca, mengingat kembali bagaimana senyuman Egan yang muncul ketika menceritakan sosok ibunya.

"Hai tante, saya Reksa pacar Egan" ucap Reksa memperkenalkan dirinya.

"Maaf karna saya sudah menyakiti perasaan anak tante, maaf karna sudah berani berjanji banyak hal tapi malah tidak bisa saya tepati" lanjutnya.

"Saya ga tau Egan kemana, saya bingung mau nyari dia kemana lagi, saya harus apa biar dia bisa kembali lagi? Maaf... saya minta maaf"

Lama Reksa berbicara dengan makam milik mama Egan, tak lupa ia juga memanjatkan doa untuk mendiang ibu pacarnya itu.

Merapalkan kata maaf untuk Egan melalui ibunya, Reksa benar benar menyesal telah melakukan hal bodoh yang sekarang telah membuatnya kehilangan orang tercinta.

.
.
.
.
.

Reksa kembali ke apartemennya setelah mengunjungi makam mama Egan.

Pemuda itu menekan beberapa angka untuk membuka pintu apartemen.

Setelah pintu terbuka ia langsung masuk menemukan Lily yang tengah duduk dengan memainkan ponselnya.

"Oh Reksa!" Pekiknya senang.

Gadis bule itu berdiri lalu menggandeng lengan Reksa dengan senyum cerahnya.

"I miss you!" Ucap Lily.

Reksa menghembuskan nafas lelah, ia melepas tangan Lily yang sibuk bergelendot manja dilengannya.

"Maaf Ly, aku capek mau istirahat dulu" ucap Reksa membuat dengkusan kesal terdengar di belah bibir Lily.

"Kamu kenapa sih?! Cuman gara gara cowok gay itu kamu jadi kayak gini!"

Reksa berdecak.

"Ly! What's wrong with you?! You're really annoying!"

Lily terdiam lalu tangannya mengepal marah.

"Kamu yang annoying! Ga salah dia ninggalin kamu! Kamu bener bener ngeselin! Stupid!!"

Lily menatap Reksa yang terdiam tak berkutik, membuat perasaan marahnya kini tergantikan menjadi bersalah.

"Rek-"

"I'm tired, can you leave me alone? Please"

"Reksa, sorry-"

Belum sempat Lily menyelesaikan ucapannya, Reksa sudah berjalan masuk kearah kamar lalu menutup pintu ruang tersebut meninggalkan Lily yang tiba tiba terdiam seribu bahasa.

Di dalam kamar Reksa hanya terdiam, ia lelah ingin tidur dan melupakan semuanya.

"Egan.. I'm really miss you!"

Beranjak menuju lemari pakaian mengernyit saat pakaian Egan tak ia temukan, satu pun pakaian milik pacarnya tak kunjung ia temukan.

Pemuda itu melangkah kembali keluar kamar mencari Lily.

"Rek-"

"Kenapa baju Egan ga ada dilemari?!" Tanya Reksa emosi.

"I-itu aku-"

"Jawab!!" Bentak Reksa.

Mata Lily terpejam takut mendengar bentakan Reksa.

"Lily! Aku tanya ke kamu! Kenana baju baju Egan?!!"

"Your boyfie.. tadi dia kesini" ucap Lily pelan.

Kedua mata Reksa membulat terkejut.

"Dia bilang mau ngambil bajunya, dia juga sempet... bertengkar sama aku"

Tubuh Reksa melemas, seharian ini dia mencari Egan tapi yang dicari malah pergi ke apartemennya dengan sendirinya.

Dan bertengkar dengan Lily.

"And.. I slapped him again, sorry"
__________________________

Tbc..

Sing sabar ya hehehe

Vote+komen+follow!

WAKETOS||ONGOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang