4.

97 67 24
                                    

"Anggi gak mau mampir dulu kerumah?"

Anggi membalikkan badannya dan melihat Abyan yang sedang berdiri dibelakangnya.

"Nanti sore mungkin, sambil jenguk ayah kamu juga."

Abyan sebenarnya tadi tidak sengaja melihat Anggi dan ketiga temannya berpisah diparkiran, ia belum pulang karena niatnya ingin menunggu Reynan selesai rapat osis dan nantinya akan belajar bersama, tapi tidak jadi karena Reynan akan pergi bersama Caca.

"Oh ya udah, Thea juga udah nanyain kamu terus" Athea Anindia Aruma adalah adik terakhir Abyan dan dia juga adalah anak bungsu keluarga Sanjaya yang di asuh oleh Bunda.

"Udah lama ya aku gak main ke rumah kamu" memang sudah lama sejak terakhir kali ia main ke rumah Abyan, ia ingin fokus dalam belajar karena sebentar lagi akan memasuki masa PTS semester ganjil.

"Iya mama juga nanyain kenapa kok jarang main" Anggi hanya tersenyum dan kemudian berjalan menghampiri sepeda onthel miliknya.

"Nanti mau belajar bareng?" Sebelum pergi dari sekolah Anggi terlebih dahulu bertanya kepada Abyan yang juga sudah bersiap-siap untuk pergi meninggalkan sekolah.

"Boleh, ya udah sampai nanti ya" Anggi hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya sebelum pergi untuk pulang ke rumah.

Tiupan angin sepoi-sepoi di siang menuju sore hari menghempaskan rambut hitam pekat yang sedikit ikal dan di kuncir kuda milik seorang gadis berseragam SMA yang sedang menaiki sepeda onthelnya. Cantik adalah satu kata yang bisa diucapkan saat melihat dirinya, tubuhnya ideal, tidak terlalu tinggi, memiliki rambut hitam pekat dan mata berwarna coklat khas dari negara Indonesia.

"Anggi pulang" gadis itu sudah berada didepan rumahnya dan sedang meletakkan sepedanya didepan rumah.

Rumah Anggi tidaklah besar hanya berisi 2 kamar berbentuk persegi, satu kamar mandi dan dapur yang menyatu dengan ruang tamu. Rumah ini merupakan pemberian keluarga Sanjaya untuk tempat tinggalnya dan Bunda.

Setelah mengganti pakaiannya Anggi memanaskan makanan yang sudah dibuat bunda tadi pagi, niatnya setelah ini ia akan pergi ke rumah Abyan untuk belajar bersama dan menjenguk ayah Abyan.

Click...

Angi mengunci pintu rumahnya dan mengambil sepeda onthel miliknya, ia sudah memakai rapi dengan memakai kaos biasa dan celana panjang juga membawa tas karena ia akan belajar bersama Abyan nantinya.

Suasana kota Bandung di sore hari yang sangat indah, banyak kendaraan yang berlalu lalang juga banyak orang-orang yang sedang menikmati keindahan kota Bandung di sore hari. Salah satunya adalah Anggi, ia sedang menikmati keindahan kota Bandung sambil menggoes sepedanya, rumah Abyan memang lumayan jauh jika ditempuh menggunakan sepeda onthel tapi Anggi sudah biasa untuk kemana-mana menggunakan sepeda onthel yang dibelikan bunda 2 tahun lalu, walaupun sudah 2 tahun sepeda itu masih terlihat bagus karena Anggi selalu merawat sepeda itu dengan baik.

Hanya satu kata yang Anggi dapat katakan ketika berkunjung ke rumah Abyan, mewah.

"Neng Anggi!!."

Saat Anggi baru sampai seseorang dengan seragam satpam langsung berteriak dan menghampirinya.

"Mang Diki apa kabar?." Anggi langsung bertanya kepada mang Diki yang sudah sampai dihadapannya.

"Sehat dong neng, kalo neng Anggi gimana sehat gak?" Mang Diki adalah salah satu satpam yang bekerja di rumah keluarga Sanjaya, ia lumayan dekat dengan Anggi karena saat Anggi  masih kecil dulu ia selalu main ke rumah Abyan dan Anggi selalu mengajak mang Diki untuk main bersamanya ketika ia tidak mempunyai teman bermain. Mang Diki juga sudah menganggap Anggi sebagai anak karena mang Diki juga tidak mempunyai seorang anak maupun seorang istri, dari muda ia sudah bekerja di rumah keluarga Sanjaya dan ia juga bersumpah akan selalu setia kepada keluarga Sanjaya. Itulah mengapa mang Diki sekarang menjadi seorang satpam yang sangat dihormati, ia jugalah satu-satunya satpam yang dapat memerintahkan satpam lainnya.

"Sehat dong mang." Anggi membalas pertanyaan mang Diki sambil tersenyum, ia juga sudah lama tidak berbicara dengan mang Diki, jadi ia merasa kangen.

"Alhamdulillah, kenapa kok sekarang jarang main kesini?, Ada masalah sama mas Abyan?." Mang Diki bertanya sambil menaikkan turunkan alisnya.

"Gak ada masalah apa-apa kok mang, cuma mau fokus belajar buat ulangan."

Mendengar jawaban Anggi membuat mang Diki seketika terkekeh geli.

"Yaudah belajar yang pinter ya biar jadi orang sukses, nanti kalo jadi orang sukses jangan lupain mang Diki loh ya!" Mang Diki berbicara dengan nada serius dan diakhiri dengan dirinya dan Anggi yang tertawa bersamaan.

"Asik banget kayaknya ikut dong."

"Eh Aruma kok disini, nanti kalo ketauan sama nyonya saya yang dimarahin." Mang Diki sedikit panik pasalnya nona mudanya ini memang dilarang keluar jauh-jauh dari area rumah, tapi kini Aruma malah ikut dengannya dan Anggi yang sedang mengobrol didepan gerbang.

"Gak papa mang Diki kan kuat, masa cuma dimarahin sama mama doang takut." Aruma dengan wajah tanpa dosanya malah menertawakan ekspresi mang Diki yang sedang panik karena dirinya yang berada di luar.

"Aruma gak boleh gitu kasian loh mang Diki nanti dimarahin sama mama kamu."

"Biarin aja, kemarin aku minta permen sama mang Diki tapi gak dikasih."

"Tapi kan..."

"Udah mang gak usah dilanjut lagi, masa mau berantem sama anak kecil."

Aruma yang mendengar ucapan Anggi tersebut langsung tertawa penuh kemenangan.

"Tapi Aruma juga harus dengerin omongan mang Diki, kan mang Diki niatnya baik." Sekarang giliran mang Diki yang tertawa karena melihat ekspresi wajah Aruma yang tadinya tersenyum berubah menjadi cemberut.

"Kak Anggi kok gitu sih, malah belain mang Diki."

"Udah, ayo masuk kak Anggi udah ditungguin sama bunda." Aruma yang mendengar hal itu langsung otomatis mengangguk.

"Mang tolong bukain pagernya dong, kalo masih dikunci gini saya mau masuk lewat mana." Aruma selama ini berada di sisi lain gerbang dan menempelkan tubuhnya pada gerbang, inilah yang membuat mang Diki panik karena takut nanti Aruma akan terluka.

"Oh iy lupa hehe, bentar ya neng saya ambil dulu kuncinya." Setelah mengatakan hal tersebut mang Diki langsung berlari ke pos satpam yang berada disamping kanan jalan.

Akhirnya pintu gerbang pun dibuka menunjukkan kemewahan yang sangat terlihat jelas. Hanya bertingkat dua namun area didalamnya sangatlah luas, belum lagi area taman dan sebagainya.

"Ayo kak masuk."

Anggi hanya mengangguk dan mengikuti Aruma yang berada di depannya.

BentalaWhere stories live. Discover now