3 | Buntung Mawar

145 45 4
                                    

3rd part ; Buntung Mawar

due copyright © @.199scoffee

️⚠️⚠️⚠️

“GUE YAKIN, sekolah bakal ngadain seleksi buat tambahan anggota kita.”

Suara itu diiringi dentingan piring serta sendok yang bertabrakan satu sama lain. Suara itu menyadarkan semua orang yang sedari tadi sibuk dengan handphone, makanan serta minuman masing-masing. Angsa membuka sesi obrolan mereka setelah sekian lama berdiam dengan kesibukan masing-masing.

“Lo yakin? Sekolah pasti gak mau ambil resiko pasca kejadian dua tahun lalu. Dan seharusnya emang dihapus aja nih sistem.” sahut lelaki dengan ice cream boba di tangan kanannya. Julius.

Bahkan ice cream tak mempan membendung emosi nya.

Alego mengangguk, “Lagian pasti yang kelas sebelas sekarang, gak bakal terima.”

Julius menyetujui. Ellena yang disangka tak mendengarkan pembicaraan Angsa, ikut menyaut.

“Gue setuju. Mereka bakal bilang ini unfair. Tahun mereka, tes di tiadain.” perjelas Ellena.

Angsa mengernyit, “Tapi, kalo tes tahun ini gak ada, bakal ada masa kekosongan dong buat program ini?”

“Kan gue udah bilang, lebih baik hapus langsung aja.” tegas Julius.

Angsa berdecak, Julius terlalu egois jika membahas tentang Outse. Toh, dia juga masih termasuk anggota Outse, kan?

“Menurut lo gimana, Sam?” tanya Angsa tepat sasaran karena merasa Samu dari tadi hanya bermain handphone.

Samu yang merasa namanya disebut, langsung mengalihkan atensi dari benda pipih berwarna hitam di cengkramannya.

Samu menghela napas, “Kalau sekolah mau ngadain tes, kita bisa apa?”

Julius berdiri dari duduknya.

“Gak bisa dong. Nih sistem harusnya dari awal emang dihapus.” nada Julius sedikit meningkat.

“Kalau sekolah mau ngadain dan murid-murid setuju gimana?”

Sela Samu.

“Suara lo gak bakal didenger.” lanjut Samu.

“Dua tahun lalu, usaha gue gak sia-sia, Sam.”

Samu menegak tegukan es terakhirnya, “Itu karena lo masih dibantu angkatan empat puluh satu yang tau hitamnya program ini.”

“Di angkatan sekarang, mereka gak tau dan mereka ngeharapin itu,”

“Lo bakal kalah, Jul.” jelas Samu.

Skak. Julius terdiam. Yang dikatakan Samu sangatlah benar. Tak salah.

Julius terlalu kecil untuk melawan beribu-ribu siswa yang mengharapkan seleksi penerimaan anggota Outse angkatan empat puluh empat juga empat puluh lima. Ditambah, sekarang mereka tidak punya senior lagi. Hanya mereka seorang yang tahu sisi gelap sekolah ini.

Julius korban, tetapi dia tak bisa mengelak. Begitupun yang lain. Samu, Angsa, Alego, Ellena dan Alter.

“Lo mikirin Alter gak sih, Sam?” tanya Julius dengan nada yang tak mengenakkan.

Samu berdiri, menyeimbangkan pandangannya dengan Julius yang memang sedari tadi sudah berdiri.

“Setiap detik hidup gue, selalu mikirin dia, Jul.” tekan Samu membuat atmosfer seketika berubah. Ellena yang awalnya tak peduli, menjadi antusias melihat pemandangan didepan.

PAWN : Bidak TikusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang