12. RUN RUN RUN

227 33 3
                                    

Hal yang paling menyebalkan ketika setelah kumpul keluarga adalah bagian ketika harus berpisah. Perasaan hampa datang tiba-tiba ketika mereka berpelukan untuk berpisahan. Semuanya saling berpelukan kecuali Jio ketika melewati Cika, ia hanya salim dengan wajah masam karna sangat terpaksa.

Begitu mereka selesai berpamitan, mereka mulai memasuki mobil masing-masing, sambil berdadah-dadah. Tak terasa tiga hari sudah berlalu begitu cepat hingga mereka harus berpisah. Setelah bersenang-senang beberapa hari, akhirnya mereka harus berpisah. Entah kapan mereka akan berkumpul bersama lagi.

"Dadah Abang Jaka! Kakak! Abang Jaki! Abang Jio!" teriak Ciara dari dalam mobil dengan kaca yang terbuka sambil melambaikan tangannya. Arash dan Cika pun tersenyum sambil melambaikan tangannya juga dan mengklakson sebelum menjalankan mobilnya.

"DADAH CIA!!!" balas mereka berempat bersamaan sambil melambaikan tangannya dan tersenyum ceria.

Setelah akhirnya mereka menutup kaca mobil perlahan dan mulai melajukan mobilnya. Dan langsung saja senyum itu berubah menjadi datar. Bukan berarti mereka berempat bermuka dua, tetapi mereka berempat begitu kelelahan tiga hari ini.

Jia memilih ia yang menyetir mobil karna ia khawatir jika Jaka atau Jaki akan mengantuk diperjalanan. Sementara Jio sudah memundurkan kursi mobilnya dan memakai earphone serta bantal leher dan memjamkan mata. Sebab ia tidak tidur semalam karna Jaka terus menjahilinya dikamar.

"Kak pas udah mau sampe mampir ke swalayan dulu, buat beli keperluan gtc," pinta Jaki yang duduk dibelakang.

"Kalian sekamar sama siapa aja sih?" tanya Jia.

"Biasalah, Gue, sebelah gue, sama Harsa, sama Juan." Jaki menjawab, serta yang dimaksud sebelah gue adalah kembarannya.

Jia memasang ekspresi heran karna mereka kan sering bersamaan dalam wakatu bertahun-tahun, "Gak bosen apa lo? Udah sering nginep berempat juga."

"Gimana ya kita kan udah best friend forever. Ya kan Jak?" Jaki menoleh ke Abangnya, dan dibalas lirikan malas oleh Jaka.

"Ck, suka-suka lu dah."

Perjalanan dilanjutkan dengan cerita-cerita ketika mereka di pantai serta diiringi lagu-lagu yang tersetel acak diradio mobil mereka, tak lupa perjalanan pulang ditemani oleh langit yang berwarna indah




Setelah perjalanan yang cukup jauh, mereka akhirnya tiba di supermarket untuk membeli keperluan Goes to Campus si kembar. Setelah dari situ mereka ingin makan jajanan pinggir jalan yang mereka lihat begitu ramai dan lezat. Mereka berempat akhirnya membeli banyak jajanan untuk dimakan dimobil.

Namun ketika mereka ingin berjalan ke parkiran mobil, mereka berempat harus berhadapan dengan—bencong.

Awalnya mereka tengah sibuk menyicipi makanan sambil memasukan uang ke dompet mereka di tempat menuju tempar mereka parkir. Tapi entah kenapa dua bencong itu mendekati mereka.

Jio sebelumnya tidak pernah bertemu bencong pinggir jalan, ia hanya pernah melihat beberapa kali di mall atau di salon, namun penampilannya tidak seseram ini. Maka dapat disimpulkan ia lah yang paling panik.

Tadinya ia tengah menggigit bakso bakar dengan nikmat kini sibuk menarik baju Kakaknya ketika dua bencong itu berdiri tepat dihadapan mereka berempat.

Terlihat; yang satu menggunakan bando dan dress berwarna merah muda, sementara temannya menggunakan kaos crop top berwarna hijau dan celana lepis pensil. Tak lupa mereka berdua menggunakan bando dan make up yang sangat tebal.

"Kak...Kak...ada bencong..." ucapnya kecil sembari menelan salivanya dengan berat.

"Dua ribunya dong Kakak, buat kita perawatan ke salon."

Jia sedang berusaha untuk tidak melihat bencong tersebut karna takut, "Maaf aja." Ucapnya begitu kecil namun Jio masih dapat mendengarnya.

Jaka dan Jaki pun sejujurnya sedikit takut. Makanya mereka tak membantu Jio ketika Jio lah yang paling berhadapan dengan bencong tersebut.

"Bagi uang dong bocil," ucap bencong tersebut dengan nada dan ekspresi menggoda Jio.

"M—maaf aja Bang." Jio berbicara terbata-bata dengan susah payah sangking takutnya. Sementara si kembar tengah memejamkan matanya rapat-rapat. Bisa-bisanya Adiknya memanggil dua waria dihadapannya dengan sebutan Bang, mereka kan lebih suka dipanggik tante.

"Apa kamu bilang?" waria itu menatap Jio dalam-dalam dan berhasil membuat anak itu merinding sekujur tubuhnya.

"M—maaf aja Bang," ucapnya lagi sebelum ia akhirnya melihat ketiga saudaranya langsung berlari menuju arah mobil mereka.

Kali ini Jia lebih mementingkan dirinya sendiri daripada menyelamatkan Adiknya.

Mereka bertiga sudah berlari menjauh namun Jio ternyata tak terlihat berada didekat mereka. Mereka menoleh kebelakang dan sungguh kasihan melihat Jio tengah di jegat oleh dua bencong itu agar tidak bisa kemana-mana.

"KI TOLONGIN ADEK LAH!" teriak Jia sambil mendorong Jaki agar menolong Adiknya. Jaki pun berlari menarik Jio dengan kencang agar terlepas dari dua waria menyeramkan tersebut. Namun sialnya topi Jio terjatuh dan diambil oleh dua orang itu.

Jaka dan Jia sudah hampir mendekat ke mobil, Jia pun melempar kunci mobilnya ke Jaka.

"LO YANG BAWA, GUE GABISA KALO PANIK GINI." Jaka menangkap kunci itu dengan sempurna lalu mengangguk dan dengan cepat masuk ke mobil.

Kabar buruknya mobil tersebut harus diputar balik dulu agar bisa keluar parkiran. Sementara Jaki dan Jio semakin dekat, dan juga dua waria itu terus saja mengikuti mereka.

Brak!

Pintu mobil ditutup dengan kencang oleh Jaki dan Jio yang baru saja masuk kedalamnya dengan suara nafas yang terengah-engah.

Ketika dua bencong itu sudah semakin dekat dengan mobil, kabar baiknya mobil itu sudah bisa jalan. Dengan iseng Jaki malah membuka kacanya dan mengeluarkan kepalanya serta mengeluarkan lidahnya dan memasang ekspresi meledek.

Jia pun membuka kacanya juga seperti Jaki, "BYEEE SILLY BOYS!"

Dapat dilihat dua waria itu kesal bukan main, hingga akhirnya mereka dapat melihat salah satu dari mereka melepaskan sepatu heels nya dan melemparnya kearah mereka. dengan cepat Jaki dan Jia memasukan kepalanya kedalam mobil.

BRAK!

Suara itu begitu besar dan dapat terlihat jelas bahwa kaca spion sebelah kiri sudah pecah terkena sepatu itu.

Sontak dua anak itu mengeluarkan kepalanya dengan cepat dan berteriak.

"THE FUCK," Jia memasang ekspresi marah.

"FUCK YOU!"  Jaki pun mengeluarkan jari tengahnya.

J Sibling's : GROW OLDERWhere stories live. Discover now