BAB 1 || Keributan Setiap Saat

260 26 14
                                    

Matahari dengan malu-malu menampakkan diri, kicauan burung saling bersahutan di luar sana memberikan suasana yang menenangkan di pagi hari

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Matahari dengan malu-malu menampakkan diri, kicauan burung saling bersahutan di luar sana memberikan suasana yang menenangkan di pagi hari.

Remaja perempuan tengah berdiri di depan cermin, menatap pantulan wajahnya dalam kaca full body itu. Jas uniform berwarna hitam yang menjadi ciri khas sekolah, terpasang indah di tubuhnya. Baju putih yang memang selalu dikeluarkan, rok hitam, sepatu hitam berhak tinggi ikut menyempurnakan penampilan, semuanya terlihat perfect.

Setelah merasa puas dengan penampilannya, remaja itu mengambil tas, kunci motor, serta ponsel yang tergeletak di meja sebelah ranjang. Tangan kanannya mengantongi ponsel sambil berjalan keluar kamar, sedangkan tangan kirinya memasang tas di sebelah bahu. Kakinya melangkah menyentuh permukaan lantai setiap undakan tangga, kaki yang terbalut sepatu hitam itu melangkah ke arah meja makan.

Ternyata kursi meja makan sudah terisi oleh dua laki-laki yang tengah fokus pada ponselnya masing-masing.

"Pagi, Ca," sapa Bang El-Michael Stipe Belucci setelah mematikan ponselnya.

"Morning, Ca," sapa Bang Al-Jarvis Albarn Belucci yang juga sudah mematikan ponsel.

Perempuan itu-Alexsa Monicca Belucci menggangguk. "Morning all."

"Mau sarapan apa?" tanya Bang Al dengan lembut.

"Roti or nasi goreng?" tawar Bang El seraya menunjuk roti dan nasi goreng.

Alexsa menimang sejenak. "Roti aja deh."

Saat Bang Al akan menggambil roti, kegiatannya terurung karena Alexsa yang berbicara.

"Aku ambil sendiri." Ia mengambil roti beserta selai coklatnya.

Bang El dan Bang Al menggangguk pasrah, membiarkan Alexsa mengambil sarapannya sendiri.

"Gimana sekolah kamu, Ca?" tanya Bang Al, selama Deddy di luar negeri, Bang Al yang menggantikan posisinya dengan bertanya keseharian di sekolah.

"Aman, Bang," balas Alexsa disela-sela mengoles roti.

Bang Al menggangguk. "Kuliah kamu gimana, El?"

Bang El menggangguk. "Aman, Bang."

Alexsa menutup roti yang berada di atas piring dengan roti kembali, lalu memotongnya menjadi empat bagian. Menusuk satu potongan menggunakan garpu untuk ia makan. Satu potongan masuk ke mulut, mengunyah dengan tempo pelan sambil mendengar setiap obrolan kedua abangnya.

"Deddy belum bisa pulang, masalah di Aussie belum selesai," jelas Bang Al setelah menghabiskan rotinya.

"Emang kapan dia pulang, gak pernah 'kan?" sinis Bang El. Sebenarnya laki-laki itu merindukan suasana keluarga seperti dulu.

Alexsa  [New Version]Where stories live. Discover now