BAB 10 || Ulet bulu

55 9 4
                                    

Jam dinding yang tergantung di tembok kelas itu menunjukkan pukul 08

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jam dinding yang tergantung di tembok kelas itu menunjukkan pukul 08.00 yang artinya setengah jam lagi bel sekolah akan berbunyi. Sudah genap 1 jam Alexsa menduduki kursinya, serta sudah genap pula 1 jam lebih 14 detik baik Michelle ataupun Debbie menanyakan tentang kejadian yang menimpanya tanpa jeda, mungkin sebentar lagi telinganya akan berasap sebab suara mereka berdua yang sangat amat merdu, merusak dunia lebih tepatnya.

"Al, lo beneran ga papa?" tanya Debbie ke 47 kalinya.

Michelle memegang lengan Alexsa ke 50 kalinya sambil menanyakan kalimat yang sama. "Lo ga lecet kan, Al? Siapa yang udah bikin lo kecelakaan sampe jidat mehong lo jadi ditambal?"

"Al, lo–"

"Lo ga le–"

"STOP!" Alexsa menyentak tangan Michelle yang kembali memegangnya.

"Gue ga papa. Jangan tanya apa-apa lagi kalo masih sayang bibir," tandas Alexsa dengan tatapan datarnya.

Michelle menelan ludahnya kasar, sedangkan Debbie meraba bibirnya sambil bergidik ngeri membayangkan hal-hal yang bisa saja Alexsa lakukan kepada mereka berdua.

"O-oke, k-kita diem," ucap Michelle terbata sambil menarik Debbie dari hadapan Alexsa.

"Kenapa sampe masuk RS?"

Alexsa menoleh pada perempuan berambut hitam panjang pemilik tatapan dingin. "Gabut."

Cindy berdecak malas. "Lain kali ajakin gue."

Michelle menggelengkan kepalanya mendengar itu. "Emang gila lo berdua! Harusnya ajak gue juga, Al."

Sekarang tinggal Debbie yang menggeleng miris. "Ck, gue mau ditinggal gitu? Gue juga ikutanlah!"

Alexsa menatap ketiga sahabatnya yang juga sedang menatapnya. "Gila!"

"Apa?"

"Siapa?"

"Hah?"

"Ga!"

Michelle menarik kursinya untuk lebih mendekat. "Eh, Al, ada cogan tau."

Alexsa merotasi bola matanya. "Ga peduli."

Debbie nyaris menyemburkan tawanya melihat wajah Michelle. "Pftttt ... hahaha." Pecah sudah tawa Debbie.

"Muka lo anjr! Hahahaha ...."

Michelle memincingkan matanya. "Apa?"

Debbie meringis. "Nggak, Chel."

"Gue heran kenapa dia bisa jadi ketua Drago Nero?" Michelle mengetuk-ngetuk jari telunjuk ke dagunya. "Lo tau nggak, Bie?"

Debbie menunjuk dirinya. "Gue? Jangan ditanya."

"Kenapa?"

"Jelas aja nggak tau, gue sibuk," balas Debbie sembari menahan ekspresinya.

Michelle mencebikan bibirnya. "Dih, gilak!" Michelle beralih menatap perempuan berambut hitam panjang.

Alexsa  [New Version]Where stories live. Discover now