3. Kerajaan Beril

205 22 1
                                    

Kibasan jubah hitam berkibar saat pimpinan kesatria Kerajaan, Zackary Willbar, turun dari kuda. Usianya baru di awal 20-an, tetapi posturnya sangat mengintimidasi. Zackary sangat tinggi, bahunya lebar, dan rambutnya terurai panjang berwarna ungu kehitaman.

Di bawah kakinya berlutut para tawanan perang Kerajaan Beril. Para pelayan, kesatria, bangsawan, dan juga anggota kerajaan. Semuanya meringkuk ketakutan. Dibalik helm perangnya, tampak mata ungu gelap yang tajam menatap semua yang ada di sana. Sampai mata itu berserobok ke arah di mana anggota kerajaan berada. Warna rambut merah, ciri khas anggota Kerajaan Beril, tampak menyala. Membuatnya lebih mudah dikenali.

Langkah kaki Zackary berhenti tepat di depan raja Kerajaan Beril.

"King Ashard!" seru Zackary sembari menghunuskan pedangnya. "Peperangan telah berakhir dan kamu telah kalah. Sebagaimana kamu tahu, kalah perang berarti kematian."

Kendati tengah diikat kuat kedua tangannya, Raja Ashard menatap lurus ke arah Zackary tanpa rasa takut sedikitpun. Ia tidak gentar walau telah mendengar dengan jelas kematian telah menunggunya.

Zackary berseru lantang.

"Namun, aku berbaik hati. Aku akan memberimu pilihan untuk hidup."

Helaan lega memenuhi udara. Namun, itu sebelum mereka mendengar kelanjutan ucapan Zackary.

"Sekarang kamu pilih, tetap hidup, namun dengan syarat hukuman mati untuk seluruh orang yang ada di sini! atau ... kamu ... King Ashard dengan senang hati menawarkan kepalamu sebagai ganti seluruh nyawa yang ada di sini."

Semua orang terkesiap. Itu pilihan yang sulit. Jika raja mereka adalah raja yang egois maka ia akan memilih dirinya sendiri dan mereka semua akan mati dibantai, tetapi mereka tahu bahwa raja mereka adalah raja yang baik.

King Ashard menatap Zackary dengan senyum tersungging. "Aku senang karena kamu memberiku pilihan. Kamu tahu, ini bukanlah pilihan yang sulit. Aku ... King Ashard Louis Beril dengan senang hati akan memilih nyawaku sebagai ganti nyawa mereka semua. Aku senang semua berakhir hanya dengan nyawaku seorang. Aku bahagia bisa menjadi raja yang berguna hingga akhir hidupku."

Zackary mengetatkan pegangannya pada gagang pedangnya. Ia mendengar bahwa King Ashard adalah orang yang tamak dan egois, tapi keputusan yang dipilihnya sungguh diluar bayangannya.

"Apa kamu sungguh akan percaya jika aku akan menjaga janjiku dan membiarkan mereka hidup?"

"Ya, aku percaya karena itu adalah kamu kesatria Zackary Willbar yang terhormat. Ksatria hebat yang tidak pernah ingkar janji. Sekarang penggal saja aku."

Mendadak semua orang menangis dan menjerit memohon pada Zackary. Benar apa yang mereka pikirkan bahwa sang raja akan memutuskan berkorban. Meski mereka bisa hidup, tapi mereka tidak bisa hidup dengan mengorbankan raja mereka yang baik hati. Raja yang bijaksana dan menyayangi mereka dengan tulus. Mungkin saking bijaksana dan baik hatinya, mereka jadi kalah salah perhitungan sehingga kalah perang. Tapi, sebijaksana apapun pemimpin mereka, tetap tidak akan bisa melawan Zackary selama ia mempunyai anak buah bertanda kutip. Siapa lagi kalau bukan Axioo.

"Ampuni Raja Kami ...."

"Tolong bunuh kami saja."

"Ambil nyawa kami!"

"Ampuni Raja Ashard!"

Namun, jeritan para rakyat yang seperti lebah itu kalah oleh suara jeritan seorang wanita cantik berambut pirang yang berlutut tidak jauh dari tempat raja berada. "Jangan bunuh suamiku! Kumohon! Bunuh saja aku!"

Zackary mengalihkan pandangan ke arah sumber suara. Sekali lihat saja ia langsung mengetahui siapa wanita ini. Ia adalah ratu Kerajaan Beril. Martha Simina.

DUKE WILLBARWhere stories live. Discover now