[PROLOG : Missing You]

158 10 3
                                    


A Mistaka ::

A Mistaka ::

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.


● ○ ○

Hidup itu bagaikan sebuah kisah yang ditulis dengan berbagai macam warna dan tinta, entah dengan keringat atau bahkan darah. Hidup itu seperti matematika yang dipelajari dengan teliti, hidup seperti canvas lukis yang siap dihiasi oleh berbagai warna dan berbagai gambar yang berbeda setiap saatnya.

Dalam hidup kita ini entah sudah berapa hari kita lewatkan, sudah berapa banyak kenangan yang kita abadikan, sudah berapa banyak kesalahan yang kita perbuatan dan sudah berapa banyak kebahagiaan yang kita dapatkan.

Nyatanya meski hidup dan nyawa kita bagaikan seni, buku, dan matematika tetap tak menjamin akan keabadian. Pada akhirnya semua akan berkahir, sebuah kisah yang berakhir dengan kata 'Happy Ending' atau 'Sad Ending'. Sebuah lukisan yang berakhir kala keindahannya tak lagi dapat dinikmati, sebuah soal matematika yang berakhir kala kita mendapatkan jawabannya.

Begitupun hidup ini, semuanya akan berakhir seiring berjalannya waktu, membawa berbagai macam kisah dan kenangan yang tertinggal direlung hati setiap orang yang terlibat. Bagi sipemeran utama semua sudah berakhir bersama dengan raganya yang perlahan tertutupi tanah atau bahkan menjadi abu, tapi bagaimana dengan mereka yang menjadi pemeran pendukung dikisah pemeran utama?. Mereka punya kisah sendiri tapi saat kisah mereka saling berkaitan satu sama lain dengan orang yang sudah lebih dulu meninggalkan kenangan dan kisahnya maka saat itu juga kekosongan itu terasa.

Belum berakhir hanya saja berjalan dengan cara yang berbeda, nyatanya kenangan dan kisah lain akan tercipta sampai pada akhirnya jiwa itu ikut meninggalkan raga yang menjadi topangan.

Tapi sudah semestinya kita bangkit saat kehancuran itu datang, menghadapi setiap perubahan dan mencoba ikhlas akan apa yang terjadi, membiarkan hidup ini mengukir kisah yang baru. Seperti seorang pria yang memilih untuk melanjutkan hidupnya namun juga menolak untuk menerima kisah yang baru, baginya tak ada yang dapat menggantikan kisah lama yang menjadi pondasi hidupnya selama ini, bahkan setelah bertahun tahun terlewati.

○ ● ○

Seorang Pria dewasa terlihat berjalan dengan angkuh dan tegas disebuah perusahaan besar yang bergerak dibidang Tecnology dan Konsumsi di kota Seoul, pusat kota dari negri ginseng yaitu Korea Selatan.

Pria itu terus berjalan tanpa peduli dengan sapaan para karyawan bahkan tak menghiraukan panggilan lembut dari beberapa gadis yang menjadi karyawannya itu. Seolah semua itu tak ada dalam pandangannya.

Memang seperti itu sifat CEO dari perusahaan itu, meski begitu banyak sekali orang yang tergila gila dan mengejarnya, meinginkan sosok itu menjadi pendamping mereka. Namun sayangnya dia begitu sulit digapai, tak ada satu gadis pun yang berhasil meluluhkan hatinya yang membeku, terkunci rapat.

"Kau akan mengunjunginya lagi?" tanya seorang pria dewasa lainnya yang berjalan dibelakang sosok itu. Pertanyaan itu hanya dibalas dengan sebuah anggukan, orang itu pun kembali bersuara "Apa kau tak lelah?".

"Tidak" jawab sang CEO singkat. Untungnya orang dibelakangnya sudah biasa akan hal itu.

"Ini bahkan sudah 10 tahun lamanya, dan kau masih merasa bersalah?" ujar orang itu dengan helaan nafas lelahnya.

Sorot mata pria itu kian gelap dan kosong kala mendengar ucapan dari Asisten Pribadinya, "Sampai kapanpun kesalahanku tak akan pernah bisa ditebus" balas pria itu pelan.

Sang Asisten menatap punggung tegap didepannya dengan prihatin, "Baiklah, katakan padanya Aku merindukanmu" serunya pada sang bos yang sekarang sudah semakin jauh darinya.

○ ○ ●

"Hai sayang, aku kembali" ujar Pria berusia 33 tahun itu dengan senyum tulus terlukis diparas yang masih terlihat tampan itu.

"Oh ya, kali ini aku membawakan bunga Lily untuk mu. Apa kau suka?" Pria itu tetap bertanya meski tau tak akan mendapatkan balasan.

Pria itu menunduk berucap pelan masih dengan senyum diwajahnya. "Kau tau, Haechan bilang dia merindukanmu" ucap pria itu menyampaikan pesan yang dititipkan Haechan, sang Asisten Pribadi.

"Aku juga merindukanmu.." gumamnya lirih, senyum dan wajah ceria yang tadi terlihat sekarang terganti dengan raut sendu.

"Aku tau betapa tak pantasnya aku mengatakan itu, padahal aku yang membuatmu seperti ini" suara pria itu terdengar semakin lirih dan tersendat saat mengucapkan kalimat tersebut.

Ingatan mengenai kenangan manis dan membahagiakan itu memenuhi kepalanya. Suara suara dari sosok yang paling dirinya rindukan itu terdengar begitu nyata.

"Tuh benarkan kamu jadi keliatan ganteng banget kalau make baju ini"

"Kamu sakit? Tunggu aku disana oke"

"Ish kamu tuh ya udah tau ga bisa makan strawberry masih aja dimakan"

"Harusnya dia tau apa yang baik dan apa yang buruk buat kamu... dia kekasihmu kan"

"Aku emang kekasihmu... tapi orang-orang taunya kekasihmu itu dia"

"Aku merindukanmu.. tapi kamu lebih mentingin dia ketimbang aku"

"Aku tau ini demi hubungan kita.. tapi rasanya tetap sakit"

"Hi, selamat atas pernikahanmu. Begitu bahagianya ya sampai ga mau angkat telpon ku"

"Aku pernah berjanji akan terus mencintaimu, dan aku akan menepatinya. Aku hanya akan mencintai dirimu seorang"

"I love you Nana"

"Maafkan aku" lirih pria itu. Semua kenangan itu tak akan pernah hilang, ia akan selalu mengingat sang pujaan hati sembari berharap waktu saat mereka bertemu lagi
































TBC
.
Hello hello... kembali dengan my new story yang alurnya udah melewati tahap revisi. Yaps ini sudah pernah publish sebelumnya tapi karena kurang persiapan jadi ga jalan dan sekarang ku bawa dengan alur yang lumayan beda. tapi ini cuma shortstory kok ga lebih.

12/12/2023
Arun

A MistakeNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ