TAKEN_03

50 23 0
                                    

"Ibu makan yang banyak, besok akan ku belikan ayam untuk ibu,"Heeseung tersenyum lebar dan membuka bungkusan Nasi disamping ibunya.

"Hee"panggil ibunya.

"Iya?"

"Ibu ingin bicara padamu,"

"Ibu bicara saja,"

"Ibu serius, ibu mohon kau jangan marah pada ibu,"ucap ibunya pelan sembari meraih tangan anaknya.

Putranya itu menatapnya tidak mengerti.

"Ibu harus jujur padamu"

Heeseung belum menyahut satu kata pun.

"Janji kau jangan marah pada ibu,"

"Iya bu, aku tidak akan marah padamu, katakan saja"ujarnya lembut balik mengelus punggung tangan ibunya yang kurus.

"Kau itu sebenarnya bukan anak kandung ibu,"

Degg!

"Maafkan ibu nak, maaf ibu baru memberitahumu"

Heeseung mengalihkan wajahnya, berusaha menahan cairan di pelupuk matanya.

"Orangtua kandungmu, ibu sama sekali tidak tau, ibu menemukanmu di pinggir jalan, saat itu suami ibu baru saja meninggal, jadi ibu merawatmu, dengan kehadiranmu, ibu bahagia sekali, ibu tidak sebatang kara lagi nak,"

Heeseung menggenggam tangan ibunya erat-erat, mengecupnya untuk waktu yang lama.

"Ibu adalah ibu Heeseung, kau orangtuaku, aku tidak peduli, Ibu harus tau.. hanya ibu yang paling kusayang, terima kasih sudah merawat Heeseung sampai besar,"ucap anak itu.

Heeseung beralih mengusap pucuk rambut ibunya lembut, dia sudah tak peduli, persetan ibunya orangtua kandungnya atau bukan.

"Ibu, Hee minta maaf belum bisa membanggakan ibu,"

"Kau bicara apa, ibu sangat bangga padamu, tetap jadi anak baik Hee"

"Permintaan terakhir Heeseung, sembuhlah bu, sehat seperti semula, temani Heeseung sukses, kelak jika ibu sudah tua, jika Heeseung sudah membalas semuanya padamu, ibu boleh sakit, ibu boleh seperti ini, aku akan merawat ibu lebih dari yang sekarang, saat aku sudah punya segalanya, saat aku sudah mampu,"

***

"Heeseung, angkat sebelah sana!"

Heeseung menoleh dan melihat tumpukan karung beras disisi kiri, pemuda itu lantas menatap heran pada Jake.

"Itu terlalu berat!"protesnya.

"Lalu bagaimana denganku yang setiap hari mengangkat bagian itu, kau harus latihan,"balas Jake.

Heeseung berjalan malas menghampiri karung-karung beras disamping pintu toko. Ketika tangannya meraih satu karung untuk dibawanya, Heeseung terkejut bukan main, pasalnya karung jumbo yang biasanya dia seret kini terasa sangat ringan.

Jake tersenyum memerhatikan temannya itu.

"Bagaimana? Kau tak terlalu lelah kan?"ujar Jake ketika keduanya sudah menyelesaikan pekerjaan.

Heeseung tidak menjawab namun diam-diam ia setuju dengan Jake, lusa dia benar-benar kelelahan tetapi hari ini, rasanya jauh berbeda dari yang biasanya.

"Pantas saja kau rela memberi gajimu padaku,"gumamnya pelan.

"Karena aku juga tidak membutuhkannya"sambung Jake.

Hening menerpa keduanya hingga bermenit menit lamanya, hingga pada suatu kesempatan Jake membuka suara,

TAKEN || Lee HeeseungWhere stories live. Discover now