【10】Still Scared

156 20 2
                                    

Sepulang sekolah aku melewati trotoar dan melalui udara malam yang dingin. Kakiku melangkah cukup cepat dan suasana menjadi sangat mencekam.

Aku mendengar langkah kaki yang seperti mengikutiku, aku yakin itu pasti sang penguntit. Pasti dia akan menyerangku saat suasana sepi seperti ini.

Aku semakin waspada ketika suara langkah kaki itu semakin terdengar jelas. Tubuhku menjadi bergetar dan keringat membasahi wajahku.

Secara tiba-tiba pikiranku buyar ketika merasakan seseorang memegang pundakku. Reflek aku berbalik dan menendang wajah orang yang ada terus mengikutiku itu.

"Siapa lo sial-" mataku terbelalak ketika melihat Vian terkapar dengan luka di pipi kanannya.

"U-ugh.." gumamnya.

"Vian?!" Dengan cepat aku menghampirinya yang sedang terkapar dan menopang tubuhnya di kedua tanganku.

"Kok lo tiba-tiba di belakang gue sih! Woy Vian!"

Ia menatapku dengan mata sayu, kemudian ia membuka matanya lebar-lebar dan mengeluarkan air mata yang cukup deras.

"Huwaa!" Ia menangis terisak-isak merasakan sakit yang seharusnya ia tak rasakan.

Dengan panik aku mencoba menenangkannya namun percuma ia masih saja menangis.

"Huu..hiks..hiks ..sakit.. huuhuu.." ucapnya yang kemudian mengeluarkan darah dari hidungnya.

Aku semakin panik dan berusaha menenangkannya kembali, suara tangisnya semakin keras dan suasana tak terkendali.

Semuanya kacau, aku menyakiti seseorang yang seharusnya kulindungi. Malam itu di penuhi suara isak tangis dan aku merasakan bisikan di kepalaku.

'Maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf,maaf.'

"DIAM!" Suasana menjadi hening karena teriakanku yang cukup kuat.

Aku kembali menatap Vian yang sudah tenang namun air matanya terus mengalir.

"Hiks.. Kak.. sakit banget.."

Aku menatapnya dengan penuh penyesalan. "...Ikut gue."

________________

_____________________

________________________

___________________________

_____________________________

_______________________________

_________________________________

____________________________________

________________________________________

Sreek

*sfx : geser pintu.

"Selamat data-, loh... VECIA?! Kamu kenapa?! Kamu bawa siapa??!" ucap bibiku sambil menatapku heran dan penuh tanya.

Aku menatap bibi lekat sambil menggendong Vian dengan pose princess carry. Kondisi Vian saat ini sedang tak sadarkan diri dengan luka yang masih tertera di wajahnya.

"Aku butuh bantuan bibi.. Kumohon." ucapku sambil menundukkan kepalaku.

"...Yok masuk nanti bibi bantu obatin." bibiku tersenyum hangat kemudian berjalan bangun dari duduknya.

Aku mengikuti bibi yang masuk kedalam sesuatu ruangan.

"Nih taro dia disini, bibi mau ambil P3K kamu jaga dia bentar." bibiku berjalan keluar kamar.

Aku menaruh tubuhnya di atas kasur kemudian menatapnya, aku sangat menyesali perbuatanku.

"...Vian..."

Beberapa menit berselang bibi datang sambil membawa P3K dan air hangat. Ia menaruhnya di meja dan kemudian menyiapkan obat lukanya.

"Kok bisa gini Vi? Kenapa? Kamu berantem lagi ya?" tanya bibiku.

"Nggak.." jawabku dengan pelan.

Bibiku menghela nafas pasrah. "Terus kenapa?"

"Aku nggak sengaja tendang dia." jawabku singkat.

"Beneran nggak sengaja?" tanya bibiku memastikan.

Aku mengangguk pelan.

"Iya, setidaknya kamu berani bertanggung jawab Vi." ucap bibiku yang ingin mengobati luka Vian.

Aku memegang tangan bibi. "Biar Vecia aja bi."

"Beneran? Yaudah hati-hati." bibiku menyerahkan sebuah obat luka yang sudah ia siapkan.

Dengan hati-hati aku mengoleskannya di pipi Vian setelah itu mengambil sebuah kasa untuk menutupi luka di pipinya.

Kemudian aku mengambil plaster luka untuk hidung yang kebetulan ada di kotak P3K dan menempelkan plater itu di hidungnya.

"Bagus kamu bisa ternyata haha, kamu mau tungguin dia bangun di luar?"

"...nggak aku mau nunggu sini. Bibi mau jaga toko kan?"

"Iya, bibi ada di depan ya kalo kamu nyariin." bibiku melangkah keluar dari ruangan dan menutup pintu.

Aku menatap Vian dalam diam kemudian memegang tangan yang terlihat mungil itu.

"...Maaf, maafin gue." ucapku kemudian menidurkan kepalaku di samping kasur sambil terus memegang tangannya.

"Bangun oy..,"

"Bangun goblok gue nggak suka nunggu!" Tak ada ucapan yang terdengar, aku menenggelamkan wajahku dan suasana hatiku menjadi sangat buruk.




 INGPO INGPOO !

update ceritanya di ganti jadi hari jumat dan senin ya, staytune!!

Art To Heart | GxB (Stop Uploading)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang