【13】Stalker Caught

115 12 1
                                    

 Ke esokkan harinya...

"Lah, bu kenapa seleksinya di undur gitu?" tanyaku.

"Ada masalah teknisi yang lumanyan sulit di tangani, entahlah minggu ini banyak banget kendala." Bu Rea menghela nafas.

"Yahh, padahal saya udah siap banget walau pun lukisannya masih ada yang kurang sih."

"Oh iya kah? Boleh ibu lihat?"

"Boleh." jawabku kemudian menarik sebuah canvas ukuran besar yang tertutupi oleh kain putih.

  Aku menarik kain yang menutupi kanvas.

  Bu Rea terbelalak dan kemudian bangun dari duduknya. "Apa yang kurang dari lukisanmu Vian?! Lukisan ini udah bagus banget loh."

 "Hehe makasih bu, tapi entah kenapa saya kurang puas sama hasilnya.." ucapku yang seketika murung.

"Jadi kamu mau tambah apa?" tanya bu Rea sambil melipat tangannya.

"Sa-saya mau cari *muse!"

*muse adalah sebuah inspirasi/refrensi para pelukis, biasanya manusia yang sering di gunakan sebagai muse.

"Muse? Emang siapa?"

"...Gatau sih bu."

"Tuh kan, kamu jangan asal ngomong aja. Cari muse itu susah! Emang ada yang mau berdiri atau duduk berjam-jam demi di lukis?!"

 "Lagian udah canggih juga teknologi ini masa kamu masih butuh muse sih." omel bu Rea.

Aku mempalingkan wajahku sambil tersenyum awkward. "Saya cuman mau nyoba.."

"Yah tapi-." Bu Rea mengatup mulutnya kemudian menengok ke arah pintu aula yang terbuka.

"Akhirnya kamu dateng juga, ibu nungguin lama banget loh." Bu Rea pergi meninggalkanku.

"Eh, Vian kamu ke kelas dulu aja nanti kita lanjut pas istirahat." Ucap bu Rea yang kemudian melanjutkan langkahnya.

 "iya bu." ucapku yang kemudian pergi dari aula.

                                                                                            * * *

  Gerbang yang hampir di tutup oleh satpam membuatku panik dan aku berlari cepat.

 "Pak tunggu!" teriakku.

 "Duh, Vian kamu telat pulang lagi?" tanya satpam yang kemudian menggeleng.

 "Maaf pak hehe." balasku.

 "Yo, sana balik di cariin mama nanti."

 "Iya saya pamit pak!" ucapku yang kemudian berjalan keluar gerbang.

 Aku berjalan di atas trotoar sambil melihat ke arah pohon yang rindang dan daun yang berterbangan mengikuti arah angin.

 Aku kembali menatap lurus ke depan dan melihat kak Vecia yang sedang berbicara dengan seorang pria dewasa yang cukup tinggi.

 Kalau di lihat pria itu cukup tampan walau pun dari jarak jauh.

 Kak Vecia tampak membentak pria itu walau aku tak tahu pasti apa yang mereka bicarakan.

 Kemudian pria itu menampar wajah kak Vecia hingga kak Vecia hampir terjatuh.

 Mataku membulat terkejut dan aku menggepal tanganku.

 Pria itu membentak balik kak Vecia, nampak jelas kak Vecia tersenyum sinis. Kemudian berbicara sesuatu yang membuat pria itu berhenti berbicara dan pergi.

 Aku terpaku diam dan tak tahu harus berbuat apa.

 Kayaknya aku harus puter balik deh. Ucapku dalam hati kemudian berputar balik mencari arah jalan lain.

 Aku menggepal tali tasku dan sedikit menunduk menatap jalan.

 Baru berjalan beberapa meter, sekilas seseorang melewatiku dan sepertinya aku pernah melihat orang ini.

 Perawakannya, ia memakai jaket hitam,topi dan masker yang menutupi wajahnya.

 Aku berpikir sebentar kemudian baru menyadari ia adalah stalker yang selama ini mengkikuti kak Vecia.

 Reflek aku berbalik ke arah stalker itu.

 Ia sudah cukup jauh dari tempat di mana aku berada, lagaknya sangat mencurigakan.

 Duh kudu otoke nih! ikutin jangan?! Nggak usah kali ya tapi nanti kak Vecia kenapa-napa lagi! Kalau dia luka gimana?! AGHH! Batinku.

 Aku menepuk pipiku kemudian memutuskan untuk mengikuti stalker itu dan mencoba mengetahui motif dari sang stalker. Walau pun aku sangat ketakutan sih..


Art To Heart | GxB (Stop Uploading)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang