FS | 1

553 108 37
                                    

BAB : 1

***

Hari itu hujan turun begitu deras bersama suara guntur yang menggema kencang dari atas sana. Namun hal itu tak lantas membuat sosok wanita yang berbalut daster usang itu menghentikan kesenangannya di dapur. Peluh yang terus membasahi dahinya seolah tak menghargai pada kedatangan hujan yang seharusnya membawa hawa dingin. Barangkali keberadaanya di depan kompor yang menyala membuat suasana di dalam rumah terasa begitu panas.

Sebentar lagi maghrib dan itu artinya suaminya akan segera pulang. Mas Endra-begitu ia memanggilnya, sangat menyukai makanan hangat. Untuk itu ia sengaja memasak menjelang kepulangan sang suami. Bakmi pedas dengan suwiran ayam di atasnya, telah ia siapkan untuk menyambut kepulangan suami yang seharian ini sibuk mengurus perkebunan. Sekarang ia hanya perlu mandi selagi menunggu air di atas kompor mendidih.

Masuk ke dalam kamar untuk mengambil selembar handuk, ayunan kaki Airin terhenti di depan pintu kamar mandi yang berada di dekat dapur kala netra mendapati sang suami sudah tiba di rumah dalam keadaan basah kuyup.

"Kenapa hujan-hujanan, Mas?"

Menghampiri Endra dengan raut khawatir yang terlihat jelas, Airin segera menyampirkan handuk yang di bawanya ke pundak sang suami sebelum menyalami tangan besar itu lalu meninggalkan kecupan pada punggung dan telapak tangan.

"Harusnya tadi mampir dulu ke rumah Bu Lilis buat pinjam payung." Salah seorang warga yang rumahnya paling dekat dengan perkebunan milik orang tua suaminya.

"Nggak apa-apa." Endra kemudian menjawab sambil memamerkan seutas senyum tipis.

"Airnya belum mendidih tapi pasti udah lumayan panas. Aku siapin buat kamu mandi ya? Biar nggak masuk angin. Kamu tunggu sebentar."

Grep.

Airin mengernyitkan dahi ketika pergelangan tangannya tiba-tiba saja dicekal sang suami yang kali ini menatap dirinya dengan pendar serius.

"Mas, kenapa?" Ia bertanya lembut.

"Mas?" Mencoba mengulang sekali lagi lantaran tak mendapatkan respons dari Endra. "Mas, ada apa? Kalau nggak ada yang mau kamu bicarakan, tolong biarin aku siapin air panasnya dulu ya? Aku nggak mau loh kamu masuk angin gara-gara hujan-hujanan gini."

"Rin,"

"Iya, Mas?"

Endra menunduk setelah melepas cekalan tangannya.

Mengurungkan niat untuk mematikan kompor, Airin menatap pria dihadapannya dengan sorot bingung lantaran baru kali ini ia dapati suaminya bertingkah aneh sekali.

Biasanya Endra akan pulang bersama salam hangatnya lalu memeluknya erat. Namun petang ini ia mencoba memaklumi ketika sang suami melewatkan kebiasaan manis itu mengingat tubuh yang basah lantaran diguyur air hujan. Tapi sikap Endra yang terkesan sedang menutupi sesuatu membuatnya tak tenang.

"Mas, kenapa?" Ia bertanya hati-hati sambil memperhatikan dengan seksama ekspresi wajah suaminya.

Alih-alih langsung memberi jawaban, Endra justru terdiam sambil menundukkan kepala.

"Kamu pusing, Mas?"

Mendadak kembali diserbu rasa khawatir, Airin mencoba mengecek dahi sang suami namun Endra segera menahan pergelangan tangannya sembari mengangkat kepala hingga kembali mempertemukan netra mereka berdua.

Finding a SoulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang