01

2.7K 252 13
                                    

PLAK

Seketika tamparan keras menghentikan suara dawai dan tabuhan gendang. Para penari serta para prajurit yang tengah berpesta turut terdiam.

"Kau mau meracuniku?!"

"Tidak Yang Mulia.." Isagi yang barusan ditampar segera berlutut di kaki sang Pangeran, Itoshi Rin.

Ia adalah pangeran yang tampan, namun keji. Yang dilakukannya dalam istana hanya menghamburkan harta, berpesta pora, dan berbuat semaunya pada para budak.

Kepalanya mendongak angkuh seraya tangan kanannya mencengkram erat pucuk rambut sang pelayan. Beberapa pelayan lain yang melihat hal itu menjadi tak tega dan memalingkan muka.

"Rasanya asin. Kau menabur garam ke dalamnya?"

"Saya tidak melakukannya, Yang Mulia.. Saya hanya mengantarkannya untuk anda.."

Jambakan para rambut Isagi mengerat sampai-sampai empunya merintih menahan sakit. Matanya terpejam, namun tak menangis seolah ini bukan kali pertama pangeran berlaku kasar terhadapnya.

"Tentu kau tidak melakukannya. Kau tidak akan pernah mengkhianatiku Yoichi, benarkan?"

GREP

Mata Isagi terbuka sebelah, memandang pada motif burung Phoenix pada haori kerajaan yang dikenakan sang Pangeran.  "Ghh.. Y-ya Yang Mulia.."

"Kenapa kalian semua diam?! Lanjutkan pestanya!" titah Rin menggelegar. Musik dan tari-tarian kembali dikumandangkan.

"Yoichi, bagaimanapun kau membuatku kesal malam ini." melepas rambut Isagi. Pelayan itu sekali lagi berlutut. "Maaf Yang Mulia.."

"Lepas pakaianmu dan menari untukku."

Mata Isagi melebar, ia menggeleng samar, namun sang Pangeran kembali mencengkram dan memaksanya berdiri. "Aku yakin kau tidak akan suka dengan caraku. Jadi lepaskan sebelum aku yang melakukannya."

Sang Pangeran berbalik, ia kembali duduk pada kursi panjang megah dan mengangkat sebelah kaki. Senyum miring menguar saat melihat Isagi menarik tali kimononya hingga kain itu melusut jatuh ke lantai. Rin menikmati pemandangan tersebut sembari menyesap anggur.

Para prajurit dengan kurang ajar mulai bersiul dan menyoraki Isagi. Sebutir air mata mengalir membasahi pipi putihnya. Rasa malu yang Isagi rasakan tak terjabarkan.

.
.
.

"Yoichi.. Yoichii.."

Tebal salju tak menghentikan langkah sang pangeran kecil untuk menghampiri sebuah kandang tempat penghukuman para budak.

Di dalamnya, Isagi kecil yang melakukan kesalahan dihukum untuk bermalam di pertengahan musim dingin. Begitu gelap dan menyedihkan, Isagi terus menggigil sepanjang malam, hingga sebuah obor kecil mendekat ke arahnya.

"Yoichi.. Ayo keluar." Rin membuka kandang ayam itu dan mengulurkan tangan.

Pelukan hangat menyambut Isagi kala dirinya terbebas. Hanya satu kata yang terucap di sela-sela tangisannya.

"Rinchan.."

"Yocchan.. Jangan takut.. Rin di sini.."

.
.
.

Isagi menangis dalam bak mandi sembari menggosok kulit dengan batu halus. Ia begitu jijik pada dirinya saat ini.

Sentuhan-sentuhan tak senonoh dari bawahan Rin di pesta tadi, semua pelecehan, dan hinaan yang ia terima, Isagi ingin muntah.

Pria itu berubah. Itoshi Rin telah berubah. Mereka berteman baik pada mulanya. Bahkan Rinlah yang mengajari Isagi menulis dan membaca sementara tak satupun budak dapat memperoleh hal tersebut.

Until Last Sakura Falls (Rnis)Where stories live. Discover now