RIBUT LAGI

60 10 2
                                    

Happy reading all ♥️

Kamu tidak tau seberharga apa sesuatu bagi orang lain, saat kamu tidak bisa memposisikan dirimu di posisi orang lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamu tidak tau seberharga apa sesuatu bagi orang lain, saat kamu tidak bisa memposisikan dirimu di posisi orang lain.
•••

Suara berisik kembali mengusik tidur Fenly, bahkan tidur semua orang yang berada di rumah Ricky. Dengan kesal Fenly menyibak selimut yang menutupi tubuhnya, melangkah malas menuju sumber suara berisik itu.

Shandy yang juga merasa terusik tidurnya turut bangun. Meski dengan mata setengah terpejam ia mengikuti Fenly keluar kamar untuk mengecek siapa yang tengah menyalakan musik rock keras-keras di pagi buta begini.

"Astaga! Lo lagi! Lo lagi!" seru Fenly begitu sampai di ruang tengah dan melihat Gilang tengah melakukan push up ditemani speaker ukuran kecil.

"Woy! Matiin musiknya! Berisik bego!" seru Fenly saat berdiri di dekat Gilang.

"Batu banget ya lo! Bukannya udah diingetin kemarin!"

Gilang yang terganggu dengan teriakan Fenly akhirnya menyudahi aktivitasnya dan berdiri menghadap Fenly.

"Berisik lo. Ganggu," ketus Gilang

Fenly menyeringai sebal. "Nggak salah tuh. Lo yang udah ganggu tidur semua orang," ujarnya dengan menunjuk-nunjuk Gilang.

Gilang menepis tangan Fenly yang berada lima centimeter di depan wajahnya. "Nggak usah nunjuk-nunjuk lo."

"Makanya matiin tuh musik sialan lo!"

"Ribut banget ada apa sih?" Farhan yang baru keluar dari kamar setelah mendengar keributan bertanya bingung.

Fajri, Zweitson, Fiki yang baru turun pun saling melempar tatapan bingung, saat melihat Fenly dan Gilang saling adu mulut. Ricky pun turut turun dari kamarnya setelah mendengar hentakan musik rock yang mengguncang rumahnya.

"Nih, bilangin temen lo. Jangan nyalain musik rock pagi-pagi gini. Berisik!" ketus Fenly.

Shandy yang berdiri di dekat speaker kecil yang masih menghentak-hentakan lagu Blink 182 mengangkat speaker itu tinggi-tinggi hingga membuat semua orang menatapnya. "Jadi lo anggap ancaman gue cuma gertak-gertak kucing doang? Lo salah kalau gitu, gue nggak pernah bercanda sama ancaman gue."

PYARRR!

Kini hanya keheningan yang mengisi rumah Ricky, bahkan suara hembusan nafas dari delapan orang yang ada di sana tidak terdengar, seakan mereka sama-sama menahan nafas usai Shandy melempar begitu saja speaker milik Gilang hingga terbelah.

"Anjing lo!" Gilang yang emosi langsung mendorong tubuh Shandy hingga jatuh menubruk meja yang berada di sudut ruang tengah membuat sebuah bingkai foto jatuh berserakan di lantai.

"Bangsat!"

BUGH! BUGH!

Seperti sekelebat bayangan, Ricky yang semula berada jauh dari Shandy dan Gilang kini sudah menonjok mereka bergantian hingga tersungkur ke lantai.

"Bangsat lo!" Tonjokan bertubi-tubi mendarat di rahang Shandy hingga Shandy yang belum siap tak memiliki kesempatan untuk melawan.

"Pergi lo dari sini!" Kini giliran Gilang yang mendapat tonjokan bertubi-tubi. Meski Gilang sempat melawan, kekuatan Ricky jauh lebih besar darinya membuatnya jatuh terkapar di lantai.

Nafas Ricky memburu setelah melepaskan Gilang dari cengkeramannya. Ia menatap Shandy dan Gilang bergantian. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun Ricky pergi meninggalkan keributan ini dan membanting pintu teras hingga berdebum kencang.

Farhan, Fenly, Fajri, Zweitson, dan Fiki yang semula hanya diam dengan keterkejutan yang mereka alami kini bergerak membantu Shandy dan Gilang untuk bangkit dan menuntun mereka untuk duduk di sofa.

"Gue obati dulu lukanya." Zweitson yang bebas tak membantu Shandy dan Gilang bergegas menuju kamarnya untuk mengambil kotak obat. Namun baru saja menaiki tangga Gilang mencegahnya.

"Nggak usah." Gilang melepaskan pegangan Farhan dan Fiki dari bahunya, dengan tertatih Gilang melangkah keluar meninggalkan tatapan bingung dari yang lainnya.

"Lo mau minggat juga?" Tatapan tajam Farhan tertuju pada Shandy yang berusaha melepaskan diri dari Fenly dan Fajri yang menahan tubuhnya.

"Nggak usah aneh-aneh. Lo bahkan lebih bonyok dari Gilang," tambah Farhan.

Dengan terpaksa Shandy menerima pengobatan dari Zweitson.

"Pelan-pelan ege," keluh Shandy saat merasakan perih yang teramat sangat saat Zweitson menekan kapas berisi obat merah ke sudut bibirnya yang sobek.

"Iya, Bang, iya."

💙💙💙

"Bang Rick kalau ngamuk serem juga ya." Fiki mulai membahas keributan yang terjadi tadi pagi ketika ia, Fajri, dan Zweitson sudah berada di kamar mereka.

"Siapa yang nggak marah kalau barang di rumahnya rusak gara-gara orang lain." Zweitson menimpali. Meski fokusnya jatuh kepada tugas kuliah yang belum selesai, ia tetap mendengarkan perkataan Fiki.

"Tapi nggak harus selebay itu 'kan? Lo nggak liat Bang Shan sama Bang Lang babak belurnya gimana?"

Zweitson menggeleng mendengar penuturan Fiki. "Itu nggak lebay sih. Wajar aja dia marah waktu foto ibunya yang udah meninggal jatuh gara-gara ngeributin hal sepele."

"Betul kata Soni. Kita nggak pernah tau seberharga apa sesuatu buat orang lain 'kan?" Fajri membenarkan pembelaan Zweitson.

"Soni? Siapa Soni?" tanya Zweitson saat Fajri menyebutkan nama yang bukan namanya.

"Lo. Daripada gue harus repot-repot panggil Zweitson," sahut Fajri dengan menekankan pelafalannya saat menyebut nama Zweitson.

"Soni ...." Fiki mengetukkan telunjuknya di dagu, memikirkan panggilan baru untuk Zweitson. "Cucok tuh."

💙💙💙


Thanks for reading all ♥️
Jan lupa komennya yaa 🤗
Kritik dan saran sangat dibutuhkan🙏

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 05, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KOS-KOSAN 8=1 [hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang