6 | Dua Kemungkinan

670 74 17
                                    

Ayuni dan Arini tampak sangat terkejut ketika mendengar apa yang mendadak ditanyakan oleh Lili kepada Yvanna. Yvanna jelas langsung menganggukkan kepalanya, pertanda bahwa dirinya sedang memberi keyakinan kepada Lili bahwa wanita itu sedang tidak salah lihat.


"Sudah sejak pagi tadi aku melihatnya. Namun ketika aku akan memperjelas penglihatanku, mendadak sosoknya menghilang dari tempat di mana aku melihatnya. Jadi sekarang ada dua kemungkinan, kalau ternyata kamu juga bisa melihatnya," ujar Yvanna.

Lili membiarkan Ayuni merangkulnya, sementara Arini kini memilih merangkul Yvanna agar tidak merasa stress selama berada dalam masa awal kehamilan.

"Apa dua kemungkinan itu, Kak? Katakan," pinta Lili, seraya mengusap lembut punggung tangan Ayuni yang saat ini ada di pundaknya.

"Kemungkinan pertama, sosok itu adalah makhluk halus yang dikirimkan oleh seseorang untuk mengawasi aku. Hal itu aku simpulkan berdasarkan dari seringnya sosok itu menghilang ketika aku akan memperjelas penglihatanku. Kemungkinan kedua, sosok itu adalah manusia namun bukan benar-benar sosoknya yang terlihat di mataku. Dan kalau sosok itu benar-benar manusia, maka aku harus mengingat dengan keras mengenai ajian ilmu hitam apa yang digunakannya, sehingga hanya sosok halusnya yang muncul untuk mengawasi aku," jelas Yvanna.

"Mm ... Kalau boleh jujur, aku lebih setuju dengan kemungkinan yang kedua. Saat aku melihatnya tadi sebelum turun dari mobil, sosok itu kulihat memiliki bayangan yang sangat jelas karena dia terkena sinar matahari," ujar Lili, memberitahu Yvanna mengenai apa yang dilihatnya tadi.

Yvanna pun tampak kembali memikirkan sosok itu, setelah mendengar apa yang Lili katakan.

"Bayangan, ya? Jika dia punya bayangan, berarti dugaanku soal seseorang yang menggunakan ajian ilmu hitam untuk mengirim sosok halusnya saja ke hadapanku itu jelas tidak meleset. Orang itu pasti sengaja melakukannya, untuk memancingku agar mencari tahu tentangnya," Yvanna membuat kesimpulan baru.

"Lalu apakah itu tidak berbahaya menurutmu, Sayang?" tanya Arini.

"Tetap ada dua kemungkinan jawaban atas pertanyaan Ibu barusan," jawab Yvanna. "Jika dugaanku benar, maka dia bisa saja hanya ingin mengawasiku dengan cara itu. Namun di sisi lain, ada juga kemungkinan kalau dia akan mencoba menyerangku melalui caranya tersebut. Tapi selama aku menetapkan batas pada kedua rumah keluarga kita, maka Insya Allah dia tidak akan pernah bisa menyerangku."

"Kalau begitu Kakak harus cepat mencari tahu mengenai ilmu hitam yang digunakan oleh orang itu. Jelas bukan hal yang baik jika Kakak terus membiarkannya mengawasi diri Kakak melalui ilmu hitam yang dia gunakan, meskipun semuanya akan tetap baik-baik saja selama berada di dalam batas yang sudah Kakak tetapkan," saran Lili.

"Itu benar, Nak. Sebaiknya kamu segera mencari tahu, sebelum ada hal yang tidak diharapkan terjadi," dukung Ayuni, setuju dengan saran dari Lili.

Yvanna pun menganggukkan kepalanya. Ia jelas ikut setuju dengan saran itu, karena ia tahu bahwa ada banyak orang yang harus ia jaga setelah menjadi bagian dari Keluarga Adriatma. Jadi apa pun yang sedang mencoba mengintai dirinya, jelas harus segera disingkirkan atau semuanya akan menjadi kacau jika tidak disingkirkan.

Mobil milik Tika tiba tak lama kemudian untuk menjemput Yvanna dan Lili. Tika dan Manda turun dari mobil itu untuk menyapa Arini dan Ayuni sebelum pergi lagi. Di tangan Manda terlihat ada satu map yang tampaknya adalah berkas kasus, yang akan segera mereka tangani.

"Assalamu'alaikum, Ibu," sapa Tika, seraya mencium tangan Ayuni.

"Wa'alaikumsalam, Sayang," balas Ayuni yang kemudian merangkul Tika seperti dirinya merangkul Lili saat itu.

Manda juga melakukan hal yang sama pada Arini, lalu segera memberikan map berisi berkas kasus ke tangan Yvanna.

"Apakah kita akan langsung pergi sekarang juga, Kak?" tanya Lili kepada Tika dan Manda.

"Sebaiknya begitu, Li. Semakin cepat kita tangani kasus ini dan kita pecahkan, maka akan semakin cepat kita hentikan jatuhnya korban yang baru," jawab Manda.

"Itu benar. Kasus ini benar-benar meresahkan, karena korbannya adalah anak-anak yang baru saja memasuki usia antara tujuh dan delapan tahun," tambah Tika.

Yvanna tampak mengerenyitkan keningnya ketika melihat isi berkas yang saat itu tengah dibacanya.

"Anak-anak yang menjadi korban itu mendadak menghilang pada sore hari dan ketika ditemukan keesokan paginya, keadaan mereka sudah hampir kaku dan mengalami koma?" tanya Yvanna, tampak merasa heran dengan fakta yang dibacanya.

"Itu benar, Yv. Dan setelah melewati masa koma selama beberapa jam, anak-anak itu kemudian meninggal dunia. Maka dari itulah aku buru-buru menjemputmu dan Lili, karena saat ini masih ada korban yang kondisinya koma di rumah sakit setelah tadi pagi ditemukan oleh pihak kepolisian. Kita tidak punya banyak waktu, Yv. Selain penilaian darimu, aku juga butuh penilaian medis dari Lili mengenai kondisi anak itu. Karena Dokter dari rumah sakit tempat anak itu dirawat saat ini benar-benar tidak mampu memberikan diagnosa, akibat seringnya menerima pasien dengan kondisi yang sama," jawab Tika.

Yvanna tampak sudah paham dengan jawaban Tika saat itu. Mereka berempat pun langsung berpamitan kepada Arini dan Ayuni, kemudian berangkat menuju ke rumah sakit tempat korban dirawat. Dalam perjalanan itu, Yvanna membiarkan Lili membaca berkas yang tadi Manda berikan kepadanya.

"Apakah setiap korban yang pada akhirnya meninggal selalu meninggal pada jam yang sama, Kak Tika?" tanya Yvanna.

"Ada beberapa yang waktu kematiannya sama, tapi ada juga yang waktu kematiannya berbeda. Ada apa? Apakah kamu mencurigai sesuatu, Yv?" Tika balik bertanya.

"Mm ... ada sedikit kecurigaanku pada sesuatu hal, Kak. Tapi bagaimana pun, aku tetap harus melihat sendiri kondisi korban terbaru yang tadi pagi ditemukan oleh pihak kepolisian. Aku tidak bisa sembarang menyimpulkan, meskipun firasatku sudah merujuk pada satu kemungkinan."

"Sebaiknya memang harus selalu ada dua kemungkinan ketika kita memikirkan sesuatu. Kita tidak boleh gegabah menentukan, karena kali ini tampaknya yang kita hadapi adalah perkara yang cukup sulit. Selain daripada singkatnya masa hidup korban yang ditemukan, tampaknya juga ada hal lain yang perlu kita dalami. Lihat foto ini, Kak Yvanna. Setiap korban tampaknya memiliki tanda yang sama pada telapak kaki mereka. Entah itu memang tanda lahir yang mereka miliki, atau itu adalah tanda yang mereka dapatkan setelah menghilang," ujar Lili.

Yvanna menatap dengan seksama beberapa lembar foto yang Lili sodorkan kepadanya. Manda--yang saat itu duduk di kursi depan--menoleh ke belakang untuk melihat ke arah Yvanna.

"Astaghfirullah hal 'adzhim!!!" seru Manda, benar-benar sangat kaget hingga melompat dari kursinya ke arah dashboard.

Tika menginjak rem secara mendadak dan membanting kemudi ke arah samping. Mobil itu berhenti di tepian jalan raya, dan untungnya tidak terjadi apa pun yang buruk kepada mereka berempat.

"Ada apa, Manda? Kenapa kamu tiba-tiba berteriak seperti itu?" tanya Tika, dengan nada yang tinggi.

"Tadi kulihat ada seseorang yang berada di luar kaca mobil bagian belakang Kak. Orang itu tampak seperti sedang menempel pada mobil ini, dan tatapannya tepat tertuju ke arah Kak Yvanna," jawab Manda, tanpa ragu.

* * *

TUMBAL JUAL JIWAOù les histoires vivent. Découvrez maintenant