9. Brother and Sister

298 43 12
                                    


*****

Happy reading guys

Don't forget buat komen sama vote ya guys😚

*****


Morgan dan Zia akhirnya benar-benar berjalan-jalan disekeliling komplek rumah megah mereka. Tak membawa payung padahal sore ini langit sangat mendung. Mereka ingin saja mengulang masa kecil yang sudah terlewati, bermain hujan-hujanan sampai dimarahi oleh kedua neneknya. Mengingat itu membuat mereka merasa bahagia dan terharu, terutama Morgan. Laki-laki itu tidak mengira Grazia yang selama ini di asuh nya sekarang sudah besar.

"Kak... Keknya ini beneran mau hujan deh." Zia yang tangannya ada di rangkulan kakaknya mendongak menatap langit.

Morgan ikut mendongak, "dek, mau beli sesuatu yang hangat. Kita kayaknya gak bisa pulang lebih cepet deh soalnya ini udah gerimis." Morgan terkekeh, padahal gerimis sudah menjatuhi mereka.

Zia berlari sambil menarik tangan kakaknya dengan kuat, "AYO KITA MAIN HUJAN-HUJANAN..! HAHA.." tawanya menggema.

Hati Morgan rasanya seperti tertusuk belati tajam. Ia tertawa mengikuti tawa Grazia, langkahnya mengikuti langkah Grazia. Ia berlari tepat dibelakang Grazia berlari, mimpinya hanya satu, terus ada dibelakang Zia bagaimanpun keadaannya.

Byuurr..

Hujan deras mengguyur tubuh mereka.

"I RUN IN THE RAIN..!" Zia berteriak dengan lantang, suaranya hampir hilang teredam oleh derasnya hujan.

"Grazia, are u happy?" Teriak Morgan.

Langkah zia terhenti, matanya mengarah ke langit.

Tes

Tes

Tes

"I'm always happy, kak." Ucapnya bergetar. "Asal kakak selalu ada disisi Zia."

Greb.

Morgan memeluk erat tubuh kurus nan basah sang adik

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Morgan memeluk erat tubuh kurus nan basah sang adik. Derasnya hujan semakin menghujam keras tubuh kedua insan itu. Biarkan sebentar saja, biarkan mereka melakukannya sebentar saja.

"Kak.. apa Zia terlihat sangat menyedihkan?" Tangannya bergetar sambil meremas punggung sang kakak.

Morgan menggeleng.

"No, kamu terlihat paling cantik dek." Morgan tidak sedang menggombal, dia sedang membangunkan kembali senyum Zia.

"Apa Zia tetap cantik kak saat Zia menangis?" Tanyanya lagi masih dengan senggukan.

"Evertime! You're look so beautiful..." Tegasnya namun dengan tatapan sayang.

"Kamu mau apa, dek?" Morgan mengelus rambut basah Zia dengan lembut.

Another bloodWhere stories live. Discover now