Chapter~6

121 22 4
                                    

Siapa yang menghamili mu Jungkook !?"

Pertanyaan itu melontar dengan begitu sangat miris dan seakan tak ber otak. Hingga Jungkook pun hanya bisa tersenyum sinis dan memalingkan wajahnya. Begitu enggan sekali menatap orang-orang yang sekarang sedang duduk mengengelilinginya dengan ribuan pertanyaa menghakimi.

"Masih tak mau buka mulut HAHH !!"

Seokjin memekik tak sabar, dan nyaris menyentak tubuh lemah Jungkook yang sedang berbaring di ranjang rumah sakit. Di temukan terkapar bermandikan darah segar nya sendiri. Dan lalu menampar pada Hyung nya dengan kenyataan telah hamil 2 bulan.

Jika saja Seokjin tak datang ke apartments Jungkook pada pagi itu, mungkin Jungkook akan mati kehabisan darah.

"Ini gila... ini gila... bagaimana dia bisa hamil semudah itu Joon, dan juga seenak jidat nya itu. Dia laki-laki !! Ini benar-benar gila"

Benar. Seokjin hampir menggila di ruangan kamar inap Jungkook. Di temani dengan kekasihnya yang juga sudah hampir frustasi sebab tak bisa menenangkan kekasihnya, Seokjin.

Seberapa keras Seokjin mencoba berpikir, tetap saja ia masih tak menemukan suatu hal janggal apapun yang disembuyikan Jungkook. Sampai pada detik ketika ia menemukan alat test kehamilan dan juga keadaan tubuh Jungkook yang terlihat buruk.

"Kau tidak sedang menjadi korban pemerkosaan kan Kook.... ?!"

Seokjin masih tak puas dengan apa yang dia dapat, dan sampai Jungkook mau membuka mulut nya, ia bertekad tak akan pernah berhenti untuk mencecar Jungkook dengan ratusan pertanyaan yang sama.

Akan tetapi rasa penasaran, khawatir dan juga kesal Seokjin harus lah terima untuk di usik dan juga di tanda, ketika ada beberapa orang berseragam putih yang masuk kedalam kamar inap Jungkook.

"Maaf, silahkan kalian keluar meninggalkan ruangan ini. Keberadaan kalian hanya akan menganggu istirahat pasien"

Seorang perawat laki-laki ber name tag Hoseok datang mengetuk pintu dan lalu masuk dengan segera. Mengusir dengan sopan sebab itu memanglah menjadi tugas nya untuk memberikan kenyamanan pada pasien nya.

Siapapun yang berada di luar sana, tidak ada yang tidak mendengar suara racau dari Seokjin yang marah-marah. Dan tentu itu sangat mengganggu ketenangan pasien.

Namjoon pun membawa Seokjin keluar segera sebelum permasalahan menjadi semakin rumit. Meminta maaf pada Dokter dan juga perawat yang berada di dalam kamar Jungkook, terlihat sibuk memeriksa Jungkook.

"Apa benar aku hamil dok ?." Tanya Jungkook sembari tangannya yang reflek mengelus perutnya yang masih rata namun sudah dipastikan jika sebentar lagi pasti akan membuncit.

Sang Dokter tersenyum seraya berucap. "Benar, kamu hamil, jaga janin mu baik-baik. Dia belum bisa berucap mohon untuk saat ini, sebab itu... aku yang memohon padamu untuk jangan melakukan hal buruk yang bisa menyakitimu dan juga bayimu"

Para rombongan orang berbaju putih itupun lalu pergi setelah apa yang perlu mereka kerjakan di kamar Jungkook telah usai, meninggalkan Jungkook sendirian yang tampaknya sudah kesusahan untuk menahan tangis nya lebih lama lagi.

Ia kembali terisak meratapi garis takdir nya. Tumbuh besar di panti asuhan adalah awal mula kemalangan nya. Harus bekerja sembari kuliah, adalah kelanjutan sisi berat nya. Dan sekarang harus mengandung janin yang tidak diketahui siapa penabur sperma itu, adalah bentuk dari kesialan nya.

Bahkan ini akan lebih baik jika Jungkook memang benar-benar diperkosa. Setidaknya Jungkook akan bisa menjawabnya seperti itu. Tidak seperti sekarang ini. Ketika pertanyaan yang sama dilontarkan padanya, sedangkan dia sendiri juga mepertanyakan hal yang sama pula.

"Dengan siapa sebenarnya aku melakukannya?"

.
.

.
.

3 hari sudah Jungkook berdiam bodoh di rumah sakit dengan jarum infus yang menyakiti tangannya. Kini ia pun telah berganti berdiam tolol di kamar apartement nya dengan suara berisik yang membuat sakit di telinga nya.

"Pulang sana Jim... kamu menganggu ku"

Usir Jungkook pada tamu tak di undang nya yang sudah meracau sedari datang dengan terus menanyakan SEME mana yang telah menghamili teman kecilnya itu.

Hanya ada pria mer marga Park yang bisa diterima Jungkook untuk menjadi sahabat nya sedari kecil. Rasa tak percaya diri Jungkook yang sebab ia adalah anak panti, membatasi dirinya sendiri untuk tidak terlalu banyak berinteraksi dengan kebanyakan orang.

Namun sebab satu orang yang mempunyai postur tubuh agak sedikit pendek dari Jungkook dan juga terlihat imut nan lucu. Akhirnya Jungkook membukakan juga hatinya, meski rasa menyesal datang tak lama.

Dia itu sangat berisik~

"Jawab dulu kook... baru aku bisa pulang dengan tenang"

Jimin memaksa dengan segala tingkah polah anehnya. Meminta penjelasan dari Jungkook tentang apa yang sebenarnya terjadi padanya. Bagaimana bisa sampai hamil 2 bulan, ketika Jungkook bahkan nyaris tak pernah punya waktu luang hanya sekedar untuk ber kencan.

Jungkook masih harus bekerja usai jam kuliah nya. Dia bukanlah dari keluarga kaya, bahkan cukup pun bukan. Jungkook adalah anak binaan dari salah satu yayasan yatim piatu, begitu juga Seokjin.

Maka~ Hanya ada satu hal yang bisa coba di pikirkan oleh Jimin perihal Jungkook.

"Aku tidak akan pulang Kook.... sampai aku memergoki orang itu"

Jimin yakin jika Jungkook menyembunyikan keberadaan sosok yang telah menjadi tersangka atas kehamilan Jungkook saat ini. Dan dengan wajah tanpa dosanya, Jimin pun benar-benar menghabiskan malam nya di tempat Jungkook meski harus rela menanggung lapar semalam.

"Kook.... bagi ramen nya Kook...."

Jimin begitu nelangsa duduk bersimpuh di depan Jungkook. Gerak bibir nya selalu mengikuti gerak bibir Jungkook ketika sedang menyeruput ramen kuah pedas nya. Sepertinya begitu nikmat dan sungguh lah sangat menggoda.

"Selera makan ku hilang Jim.... sial !!"

Jungkook mendorong mi ramen nya yang masih tersisa setengah ke arah Jimin. Lalu berdiri dan beralih tiduran kembali di atas kasur nya. Mengelus perut ratanya yang sebentar lagi pastilah akan membuncit.

Hening dan sepi setelah itu. Jungkook mencoba memejamkan matanya, mengistirahatkan pikirannya, namun agaknya itu sangatlah mustahil.

Pikirannya penuh dengan sesak dan bahkan hampir lah meledak. Hingga pikiran konyol pun melintas dengan bibir nya yang spontan melontarkan ucapan bodoh.

"Aku merindukanmu"

Air matanya menetes, membasahi pipi putih mulus nya. Hingga sibakkan pada selimut nya secara perlahan menjadi jawaban bahwa rindu nya telah terjawab.




Bersambung~

Pati, 4 February 2023

Room~ 27 { Vkook }Where stories live. Discover now