11. tolong, kali ini―

1.4K 241 51
                                    


Persiapan Glacier itu selalu matang, hanya saja ada orang yang hobi mengacaukannya. Para saudaranya mungkin bisa dijadikan contoh. Namun, karena Glacier hidup bersama [Name] saat ini, mari lupakan para saudara Glacier.

Mengingat hari di mana [Name] akan melahirkan para buah hati mereka sudah bisa dihitung dengan jari, Glacier berinisiatif untuk menyiapkan beberapa barang yang akan dibawa ke rumah sakit pastinya, agar jika hari itu datang lebih cepat dari perkiraan, mereka tak perlu bersiap-siap dan langsung pergi ke rumah sakit.

Tapi, ayah dan sepupu Glacier yang sudah menikah memberi saran kepada Glacier, katanya, akan lebih baik dan aman lagi jika menginap satu atau dua hari sebelum hari h.

Glacier ikutilah sarannya. Ia menginap dua malam di hotel samping rumah sakit. Walau harus keluar uang, ya, tapi gapapa. Hitung aja sebagai staycation.

Nah, sekarang mereka berada di sini, di Rumah Sakit, atau lebih tepatnya di ruang bersalin. Iya, untunglah para buah hati mereka ini melahirkan di tanggal yang sudah diperkirakan. Untung mereka menurut mau dilahirkan kapan.

Di samping [Name] yang berbaring, ada Glacier yang setia menggenggam tangan [Name] sambil komat-kamit baca doa. Kalau orang salah dengar, mungkin Glacier dikira jampi-jampi.

[Name] sendiri merasa gugup ketika berada di ruangan ini, apalagi, ketika mendengar taruhannya adalah nyawa, [Name] menjadi ketakutan dan gugup.

Namun, ia ingat pesan dari salah satu kakak iparnya yang juga melahirkan anak kembar seperti dirinya,

"Rasanya itu sakit, sakit banget. Aku bukan mau nakut-nakutin, aku cuma mau kamu persiapan diri. Melahirkan satu anak aja sakitnya sudah luar biasa, apalagi dua-atau empat sekaligus. Setelah itu semua selesai, sakitnya hilang, tapi kamu pasti nangis, nangis karena berhasil bawa empat permata baru ke dunia ini.

Terus terakhir―kalopun hasilnya gak berjalan baik, tetap diterima, ya? Apapun hasilnya, harus diterima. Makanya, semangat!"

Aduh, rasanya ketika diingat ia malah semakin takut. Akhirnya, ia putuskan untuk diam saja sembari melirik Glacier yang masih sibuk komat-kamit. Ia tampak sangat khawatir.

Ditambah, ketika ia melihat raut ketakutan istrinya itu, ia semakin menguatkan doanya, membuat [Name] terkekeh kecil dan melepaskan genggaman tangannya dari Glacier.

"[Name]...." Glacier sedikit maju, ia memeluk wanitanya dari samping sambil memberi beberapa kecupan pada kepalanya.

Glacier sudah menyiapkan segalanya untuk hari ini, tak hanya sekedar hotel, tas besar untuk di rumah sakit, dan rumah sakit. Tapi ia juga sudah menyiapkan mentalnya dari jauh hari, namun―ketika melihat kondisi istrinya saat ini, kenapa rasanya tak mengenakkan?

Keluarga mereka sudah dihubungi, Kira'na dan kakak laki-laki [Name] sedang dalam perjalanan. Keempat saudara Glacier juga dalam perjalanan. Kecuali Supra yang izin tak bisa datang karena ada rapat guru, dia bilang akan menjenguk ke sana setelah anak Glacier lahir.

"Glacier, cukup―malu."

"Enggak. Ini buat penyemangat."

[Name] hanya tersenyum mendengarnya, ia dengan pelan melepaskan pelukan suaminya dan menatap wajah sang suami yang masih berada di atas kepalanya.

"Glacier, aku ngerasa aneh."

"A-apa?! Kamu ngerasa sakit? Apa gimana!? Apa yang aneh?? Mana yang aneh?"

"... Kenapa, sih? Kamu keliatan beda banget hari ini. Kamu keliatan panik, gak bisa tenang, napas aja dari tadi kayak gitu, kayak napas manual, gak otomatis."

Pria itu terdiam untuk beberapa saat. Helaan napas terdengar kembali dari dirinya, disudahi lah sesi memeluknya, ia kembali ke posisi semulanya sambil menatap sang istri.

"Aku cuma takut, [Name]." perlahan, tangan yang lebih mungil itu menyentuh tangannya, ia menepuk tangannya berulang kali sebelum merespon,

"Kenapa, sih? Aku kan di sini, selalu di sini, kamu ngomong kayak gitu entah kenapa aku jadi ngerasa mau minta maaf, Glacier."

Dia merasa bingung, "untuk?"

"Semuanya―termasuk hari ini, sekarang. Maaf juga bikin Glacier takut. Tapi, apapun yang terjadi nanti ... Glacier tetap terima, kan?"

"H-hah? Maksudm―"

"―terima, kan?"

"[Name], kamu gak ada maksud lain, kan?"

"Ah, udah mau mulai. Glacier, tolong pegang tanganku erat-erat, ya?"

Untuk sesaat, Glacier diam, ia melamun, memikirkan perkataan sang istri sebelumnya. Namun, ia langsung menggelengkan kepalanya kuat dan meraih tangan mungil itu.

Entah, ia tak tahu apa yang akan terjadi ke depannya. Ia sudah pasrah, sisanya ia berikan kepada Yang Maha Kuasa dan juga para bidan yang menjadi perantara.

Tapi, jika ia boleh memohon sekali lagi, dan itu adalah sebuah permohonan egois―maka, tolong, kali ini biarkan ia memiliki akhir yang bahagia. Ia sudah lelah dengan segala macam jenis akhir yang menyedihkan.

"... Tolong, kali ini saja―"


you should've been here,
and i would've been so happy.



_______

mnurut kalian hepi end atau sed end? 

sebenarnya aku udah naro kode end glacier gimana di salah satu book boel series, tapi itu kode juga bisa bikin salah paham WKKWKW

yang jelas, glacier itu udah muak sama yang namanya 'sad ending' segala macam sad ending selalu dikasih ke dia. Makanya, kali ini, dia mau 'happy ending'.

Kalau glacier yang mau, yaaa jadii? Engga tau deh,

tapi besok sabtu aku up, loh 👀 minggu juga up. menuju tamat harus habis-habisan gempur.

see u besok!



robot; b. glacier [√]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora