Part 12 : Relung Yang Menghampiri

0 0 0
                                    

Berbelitnya suasana dan berlanjutnya sorakan takdis yang terus mengekori setiap kata pembelaan dan wacana yang diutarakan oleh Kolonel Rubin, seketika mendorong dirinya menjauh dari podium panggung dengan perlahan. Bertambahnya dan meningkatnya kenyaringan suara pendukungan terhadap ide yang telah dirumuskan Jordy, tidak disadari telah melampaui segala ekspetasi dan keseganan yang telah terbina di dalam benak Kolonel Rubin.

"Kalian ini...ben-ben-benar-benar, ok...baik...baik, bodoh amat, ya sudah...saya setuju---shushhh...saya setuju---jadi saya mohon semuanya diam!. Teriak Kolonel Rubin dengan sandaran tangan yang ditaruhnya di atas pembatas besi panggung.

"Soooo...Pak? Bagaimana? Masyarakat sepertinya ingin koperatif dengan opini ini---apakah bapak ada rintisan atau inisiatif lain? Atau "pertimbangan" mungkin?". Tanya Ivy dengan nada suara yang dicekungnya dengan lantang.

"Ok...baik---Ibu Ivy dan kawan-kawan menang---saya setuju, saya akan beri kesempatan, untuk hari ini tidak akan ada penyerangan, tetapi ingat...Ibu Ivy masih punya tugas dengan petinggi CENTRIALS, saya sarankan Ibu bicarakan hal ini dengan mereka secepat mungkin---berhubung sebagian besar ahli dan peretas di dalam bunker ini berada di bawah naungan perusahaan Ibu". Tutur Kolonel Rubin dengan wajah yang dipalingkannya perlahan dari susunan barisan ahli.

Menonjolnya berbagai senyuman antusias dan menanjaknya pergerakan personil yang bergerak maju ke keberadaan Ivy dari belakang diikuti dengan wajah prajurit marinir yang terlihat melirik-lirik ke arah dirinya, tentunya telah menjadi bujukan toleransi bersimbolis yang tidak terbantahkan di mata Kolonel Rubin.

"Ia...pak, baik...percayakan sama saya saja masalah itu---nanti saya yang urus, hanya itu yang saya butuhkan...dari Pak Kolonel!". Balas Ivy dengan kepalan tangan yang diangkatnya di depan dada.

"Ok...kalau begitu saya rasa ceramah saya pagi ini---sampai disini saja, para hadirin dipersilahkan melanjutkan tugasnya masing-masing dan untuk warga lainnya silahkan melanjutkan keperluan yang ingin dilakukan di pagi ini, buat kesatuan Mayor Adam silahkan bubar, kembali ke barak masing-masing dan tetap waspada, sedangkan untuk Ibu Ivy---hasil rapat Ibu saya tunggu hingga besok malam---jam 12---tidak boleh telat, kalau sampai telat---ya apa boleh buat---saya harus bantai mereka semua!". Tutur Kolonel Rubin.

Melingsirnya Kolonel Rubin dengan jejak langkah derana dari panggung podium diikuti dengan pasukan marinir yang mengikutinya dari belakang serta menyusutnya jumlah pasukan marinir di dalam ruangan integrasi dan komunikasi seiring bubarnya berbagai barisan kelompok menuju pintu keluar, akhirnya memberikan Toby, Ivy, Mayor Adam dan Jordy kesempatan untuk menghela nafas lebih panjang terhadap kontinuitas yang ingin dijalin.

"Istirahat di tempat, gerak!, ok...baik, hmm...prajurit terima kasih atas pembelaan yang kalian telah berikan, saya sangat menghargai dedikasi kalian kepada saya selaku komandan kalian, apa yang terjadi hari ini---saya mohon jangan di ambil hati, kembali lagi---ingat...kita sebagai pasukan khusus harus bisa mewakili arti yang lebih besar daripada sekedar pelampiasan emosi, kita bekerja secara taktis, strategis dan yang terpenting...kita tidak mengorbankan ataupun meninggalkan rekan-rekan kita di dalam kesatuan ini demi perkara sentimental, ingatlah bahwa kita adalah satu-satunya kesatuan elit terakhir dan pelindung terkokoh yang bisa diandalkan oleh orang-orang di dalam bunker ini, prajurit...apakah sudah jelas!!??". Tutur Mayor Adam dengan sabitan pandangan yang diarahkannya di depan barisan kesatuannya.

"Siap...Pak!!!". Tutur seru seluruh prajurit.

"Baik, bagus, kalian semua dipersilahkan istirahat, kembali ke barak masing-masing dan makan-lah sekenyangnya karena hari besok...akan menjadi hari yang berat, ada kemungkinan kita akan bergabung dengan penyerangan pasukan Kolonel---jadi bersiaplah!". Tutur Mayor Adam dengan hormatan singkat.

The DrainageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang