Part 19 : Sanggahan Rona & Kasta

1 1 0
                                    

"Luar biasa, mengapa mereka sangat tega melakukan ini kepada bawahan mereka?, mengapa mereka sangat tega menginisiasikan rencana pembantaian kepada tenaga kerja mereka sendiri?, apa yang membuat mereka percaya bahwa tenaga ahli nan pintar yang mereka pekerjakan mampu dibinasakan begitu saja dengan mudah? Khususnya di tengah-tengah momen kritis seperti ini?, tepatnya di saat... dimana jumlah populasi sudah semakin menipis seiring waktu berjalan, apa yang menyebabkan mereka berpikir bahwa pemberontakan yang terjadi saat ini, terjadi karena adanya landasan akan ketidakmauan beradaptasi dan mengudara di atas modernitas?". Tutur Toby dalam dengan telapak tangan yang diusapkannya perlahan di ubun-ubun kepala Ivy.

Berdengungnya suara tangisan Ivy yang masih terbentang tersedu-sedu dengan ringkas di antara langit-langit lift dan permukaan dada Toby, tentunya telah membuat Toby semakin tertumbuk akan kesesatan dan kebuntuan serta optimisme yang ingin dibendungnya di masa yang akan datang. Sejak bencana ini berlangsung, Toby tidak pernah menyerah sedikit-pun terhadap unsur batiniah yang ia miliki dalam menyelamatkan nyawa manusia, hanya saja, sejauh ini, kepelikan yang diterimanya dari petinggi CENTRIALS merupakan hantaman terkeras yang pernah didapatkannya dalam mengkordinasikan tujuan mulia dengan orang lain yang memiliki tanggung jawab yang besar seperti Ivy. Toby tidak pernah menyangka bahwa, beban sejenis ini akan terasa jauh lebih meraungkan rasa ketergantungan yang lebih bersamudra. Entah mengapa, kekosongan belantara yang diterimanya dari petinggi CENTRIALS terasa genting, namun tidak sepenuhnya merata bagi kalangan pekerja CENTRIALS lainnya.

"Iv...lantai yang kamu cari---nih sudah sampai, mari kita keluar, shushhhh---sudah---berhenti menangis...Iv!, there has to be a way!, pasti ada cara!, kita masih punya banyak waktu hingga besok untuk membujuk---". Tutur Toby dengan langkah pelan yang dipacunya keluar dari lift.

"Tapi---Tapi...Tob, bagaimana caranya kita membujuk Kolonel Rubin!?---kita tidak tahu...Apakah sekarang dirinya sedang berbicara dengan Pak Roland, kita tidak tahu...kalau dia akan ingin mendengar nasihat yang berlama-lama di tengah-tengah keguguran tenaga ahli kita---". Balas sedu Ivy dengan kepala yang diusapkannya ke pundak-pundak Toby.

"Yah...well---sama---saya juga khawatirnya kesitu, tapi ayolah...kita coba rencanakan sesuatu---tuh liat---sepertinya ruangan barak prajurit Mayor Adam tinggal beberapa langkah lagi ke depan---pastinya ada di salah satu pintu yang mewakili...". Tutur Toby dengan pandangan meruah yang diarahkannya ke sekeliling koridor.

Setelah berjalan dengan langsam selama beberapa menit di antara sorotan binar lampu koridor yang mengobori kesibukan sayembara dan kompetisi militeristik yang telah diramaikan oleh beberapa kalangan prajurit serta sekelompok petugas keamanan di sekitar renggangan belokan dan lurusan. Akhirnya, rentetan langkah lirih yang dipacu Toby dan Ivy mulai menarik perhatian dari berbagai pihak.

"Eh...tuh liat---itu Nyonya Ivy-kan---dia ada apa ke sini?".

"Pria di sampingnya---saya tidak tahu namanya, tapi bukan-kah---dia adalah salah satu orang beruntung yang berhasil selamat dari bagian sisi selatan kota, dia-kan yang menyelamatkan Nyonya Ivy!?".

"Kok---dia---terlihat kacau yah---dia kenapa menangis?".

"Tidak tahulah...men---tapi ketika dilihat dari posisi tubuh dan keadaan, satu hal yang pasti---mereka berdua pasti...baru saja menerima kabar buruk yang remuk".

"Bukannya ingin berkata kasar---tapi bukan-kah---seharusnya Nyonya Ivy---hari ini ada rapat dengan petinggi CENTRIALS---lagipula---ini-kan bunker mereka...".

"Apakah kamu berpikir apa yang saya pikirkan!?".

"Percaya---saya tahu---sama dengan kamu, semoga hal ini tidak begitu parah!".

The DrainageWhere stories live. Discover now