001.

9.5K 672 5
                                    

Sudah beberapa kali Nala menghembuskan napasnya. Nala akan selalu grogi saat ia ingin meletakkan selembar surat yang sudah ia lipat rapi ke dalam loker meja Raskal.

Keadaan kelas tentunya sepi. Dibalik pintu kelas yang tertutup, ada Santa menunggunya sambil memperhatikan sekitar. Tugasnya jika ada temannya hendak ke kelas maka Santa akan mendesak Nala buru-buru keluar sebelum ketahuan.

Surat cinta Nala untuk Raskal tersimpan rapi di loker meja. Buru-buru Nala menuju pintu dan menemui Santa.

"Sudah?" Nala mengangguk setelah mendengar bisikan Santa. Kemudian mereka lekas pergi seakan tidak terjadi apapun sebelumnya.

Langkah Santa dan Nala menuju kantin. Nala melihat ada Raskal bersama kelompoknya menikmati makan siang di ujung kantin dekat gerobak ketoprak Pak Baraya.

Nala hanya memesan cemilan. Sebelumnya Nala sudah sarapan dan ia masih kenyang. Sementara Santa memesan mi rebus dengan telor setengah matang di atasnya.

Nala menemani Santa makan di meja lain, sembari memperhatikan Raskal diam-diam. Sebisa mungkin Nala menangkap punggung Raskal, sedikit membungkuk menyantap ketoprak yang Raskal pesan.

Nala tersenyum setelah melihat Raskal menyuapkan lontong ketoprak. Ketoprak adalah salah satu menu andalan Raskal pada jam istirahat berlangsung. Kalau ketoprak cepat habis, terkadang Raskal akan memesan Mie Ayam atau Nasi Goreng.

Cukup lama Nala melirik ke arah Raskal, Raskal beranjak membayar ketopraknya lalu melangkah menuju lapangan basket. Perkiraan Nala, Raskal akan mengunjungi teman dekat Raskal--namanya Jian.

Santa yang melihat sahabatnya terus melirik sang pujaan hati menyengir. "Bae bae mata copot."

Nala langsung gelagapan, "Uh!?"

"Biasa aja ngeliatnya. Raskal masih kelihatan kok di sini, dia mau ke lapangan mau ketemu Jian." Santa ikut memandangi punggung Raskal menuju kehadiran Jian di sana. Jian tampak sedang beristirahat sambil menegak minumannya.

Nala menghela napas dan kembali melirik ke arah Raskal.

"Kasian aku sama Raskal. Dulu dia terkenal jago sama basket. Tapi sekarang dia cuma bisa lihatin Jian main."

Santa sudah lebih dulu mengenal Raskal dibanding Nala. Santa dan Raskal dulunya satu smp. Tapi mereka tidak pernah sekelas.

Dulu nama Raskal terkenal karena pernah memimpin grup basket di masa itu selama dua tahun. Nama Raskal sangat terkenal, selain menjadi ketua tim Raskal terkenal dengan kehebatannya dalam dunia olahraga tersebut.

Namun sayang, Raskal mengalami cidera berat setelah mengikuti pertandingan basket seprovinsi dan cidera itu membuat Raskal terpaksa memundurkan diri dari segala hal tentang basket.

Jian dulunya juga satu sekolah dengan Raskal dan Santa, juga terkenal dalam kepiawaiannya dalam bermain basket saat itu. Jadi hanya Jian yang kembali mengikuti ekskul basket tanpa Raskal.

Mendengar cerita itu tentu Nala merasa prihatin. Basket adalah olahraga kesukaan Raskal. Tapi apa daya dengan cideranya, Raskal tidak mau hidupnya jadi impulsif.

Nala memperhatikan Raskal memantulkan bola basket. Lalu menyerahkannya pada Jian. Sudah, hanya itu saja lalu Raskal duduk di tepi lapangan dan menyaksikan aksi Jian memantulkan bola lalu memasukkannya ke ring dengan mudah.

Rasanya Nala ingin sekali menghampiri Raskal. Ikut duduk di sisinya dan memberi dukungan penuh pada Raskal. Melihat Raskal melamun di sana membuat hati Nala terenyuh. Pasti Raskal rindu sekali sama basket. Pasti Raskal ingin sekali bermain dengan Jian dan menembak bola itu ke ring.

Basket ibarat jantung hidupnya Raskal dulu. Namun sekarang Raskal hanya duduk diam melihat Jian bermain sendirian.

Kisah Raskal hampir semua orang di sini tahu. Siapa yang nggak kenal Raskal ketika di saat mos Raskal pernah memukul kakak kelas yang mencoba membully anak baru di toilet?

Semua orang hampir mengenalnya termasuk jejeran guru di sekolah. Termasuk Pak Satpam di depan gerbang sekolah.

Selain dingin dan jutek, Raskal terkenal dengan paras tampannya. Mata hitamnya terasa menajam ketika menatap seseorang. Raskal juga memiliki aura kharismatik yang siapapun siswi di sekolah ini mengenalnya nggak ada yang nggak menyukainya.

Termasuk Nala sendiri.

Nala jadi ingat bagaimana ia bertemu dengan Raskal untuk pertama kalinya. Nala bertemu dengannya disaat ia mencari kakak kelas di lorong kantin, meminta tanda tangan. Lalu ia berpapasan dengan Raskal dan mereka saling menatap satu sama lain.

Hanya sekejap terjadi karena Raskal langsung mengalihkannya dan kembali sibuk memegang alat tulis mencari kakak kelas. Ketidak pedulian Raskal saat itu justru membuat jantung Nala berdegup kencang.

Kata orang, jatuh cinta pada pandangan pertama adalah hal yang mustahil. Tapi kenapa Nala mengalami hal tersebut sampai sosok Raskal terbawa ke dalam mimpinya selama beberapa malam?

Awalnya Nala mau menampik. Mungkin Nala hanya kagum dengan sosok dingin dan juteknya Raskal.

Pada esok harinya pun banyak siswa yang membicarakan Raskal karena ia memukul kakak kelas saat kakak kelas itu hendak membully anak baru.

Dan disaat Nala bertemu lagi dengan Raskal di ruang guru, ketika Nala ingin bertemu dengan kakak kelasnya di ruang guru, tatapan Nala dan Raskal bertemu kembali.

Bukan lagi seperdemikian detik, Nala bisa menghitung lamanya detik berjalan cepat. Dan merupakan rekor baginya karena Nala merasa tenggelam ketika mata hitam Raskal menatap Nala. Nala seperti jatuh ke dalam dasar samudera.

Kemudian mereka bertemu kembali di saat Nala sudah menjadi siswi baru di sekolah dan ia sekelas dengan Raskal. Raskal mengambil meja di depan sementara Nala di belakang karena Nala datang terlambat pada saat itu.

Meski ia kesal duduk di belakang, tapi Nala tidak menyesal. Duduk di belakang mempermudah Nala memandangi punggung tegap Raskal sepuasnya.

Walau terkadang Nala suka nggak fokus.

"Nala."

Seperti sekarang, Bu Riwi memanggil nama Nala karena Bu Riwi merasa Nala melamun. Padahal Nala sibuk memandangi punggung Raskal.

Semua mata tertuju padanya, termasuk Raskal. Nala mengerjap dan tercengang sendiri.

"Jangan melamun di kelas saya, Nala. Kalau mengantuk, cuci muka di toilet sana."

Nala langsung menggeleng dan memohon maaf pada Bu Riwi, berjanji untuk tidak mengulangi perbuatannya. Lalu ia kembali pada buku dan pensilnya, berpura-pura mencatat. Kondisi kelas kembali kondusif dan Nala menghela napas.

Ini bukan pertama kalinya Nala ditegur. Tapi nggak sering juga. Tapi tetap saja Nala akan kelabakan dihadiahi tatapan mata menatapnya.

Terutama Raskal. Nala menyadari bahwa Raskal tadi menatapnya berkat teguran Bu Riwi. Antara senang dan malu. Tapi Nala lebih banyak senangnya karena Raskal menatapnya tadi.

Bukannya Nala mencatat apa yang Bu Riwi jelaskan tentang materi, Nala justru merangkai kata demi kata menjadi kalimat di kertas kosong.

Untuk sang pujaan hati, Nala selesai menuliskan surat cinta berikutnya dan akan ia masukkan lagi ke loker meja besok.

Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang