023

5.5K 521 12
                                    

Nala terpaku, ketika tatapannya tertuju pada sosok yang berdiri di ambang pintu.

Pukul 06.15, matahari belum meninggi tapi Nala seakan mendapat silauan cahaya yang terpancar dari sosok pemuda yang sengaja datang ke rumahnya tanpa mengatakan apapun padanya sebelumnya.

Seingat Nala, semalam ia menerima telepon Raskal, kemudian pemuda itu hanya menanyakan Nala sedang apa kemudian telepon terputus.

Nala masih ingat dengan jelas percakapan mereka semalam.

Tapi Nala tak menduga jika sosoknya datang dan berdiri tak jauh darinya. Menyunggingkan senyuman setelah Ibu membukakan pintu dan terkejut melihat Raskal menjadi tamu pertama yang berkunjung sepagi ini.

"Saya.. mau jemput Nala ke sekolah, Tante.."

Jangankan Nala yang terkejut, Ibu juga Kak Tama sama terkejutnya melihat dan mendengar alasan pemuda itu datang ke rumah.

"Wah, Nala usdha punya tukang ojek rupanya." Sarkas Kak Tama langsung dihadiahi cubitan pedas di pinggangnya oleh sang Adik. Tentu Kak Tama berjingit sambil mengadu ampun. Mengelus pelan pinggangnya setelah Nala puas mengerjai Kakaknya.

Masih terkejut dengan kehadiran Raskal di rumahnya pagi ini, Ibu senantiasa menjamu tamunya dengan baik; mempersilakan Raskal masuk dan mengajak sarapan ebrsama. Kebetulan Ibu membuatkan Nasi Goreng Hongkong pagi ini, menu sarapan kesukaan Kak Tama.

"Jangan sungkan ya, Nak Raskal. Makan yang banyak. Sekalian Ibu buatkan bekal juga buat Nak Raskal. Ibu masak banyak pagi ini." Seperti biasa, Ibu akan sibuk di setiap paginya. Menyiapkan sarapan anak-anak dan kotak bekal penuh dengan gizi.

Walau Ibu menyuruhnya untuk tak sungkan, namun tetap saja Raskal merasa demikian. Raskal bahkan sempat menolak tawaran Ibu untuk dibawakan bekal seperti Nala dan kak Tama. Tapi Ibu bersikeras, tiga kotak bekal sebentar lagi akan disiapkan.

Kak Tama hanya diam memperhatikan Ibu memanjakan tamunya. Lalu melirik adiknya diam tersipu malu dengan kehadiran pujaan hati yang tiba-tiba saja datang.

"Nanti kalian berdua," Kak Tama menunjuka Raskal dan Nala, "Pergi sama aku saja naik mobil."

Kak Tama melihat Raskal menggunakan sepeda motor ke rumah. Motornya cukup tinggi dan Kak Tama khawatir jika Raskal membawa Nala menggunakan motor tersebut.

"Motornya titip di sini aja. Nanti pas kalian pulang, aku jemput lagi."

"Aku bisa bawa motor kok, Kak." Tukas Raskal datar, nadanya sedikit ketus. Merasa tersinggung karena Kak Tama menganggap bahwa Raskal tidak bisa menggunakan sepeda motor.

"Kalian masih sekolah, dan kamu," Kak Tama menunjuk Raskal, "Kamu pasti belum punya SIM. Jadi berangkatnya naik mobil aja."

"Aku tau jalan yang aman untuk dilalui." Tukas Raskal lagi. Nasi Gorengnya sudah Raskal habiskan.

"Tapi tetap aja kurang aman, polisi sewaktu-waktu Razia di jalanan."

"Tapi.."

"Kak Tama.." Nala memotong pembicaraan Kak Tama.

"Aku pergi sama Raskal aja naik motor Raskal. Nggak apa-apa kok Kak. Nanti pas pulangnya takut Raskal susah mau pulang, harus ke rumah dulu baru bisa diambil motornya. Lagian akses jalan hari ini harusnya nggak ada polisi. Jadi harusnya nggak masalah."

Penjelasan Nala membuat Kak Tama bungkan sejenak. Matanya tertuju pada adiknya dan Raskal bergantian. Dan pada akhirnya Kak Tama menghela napas, ia tak memiliki alasan lagi untuk melarang Raskal dan Nala pergi bersama.

Tujuan Kak Tama memisahkan mereka bukan karena alasan keselamatannya saja, hanya saja, Kak Tama masih kurang menyukai atensi pemuda itu terhadap adiknya.

Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang