Kajev dan Aeera

6.5K 1.4K 618
                                    


HAI VREN!

SEMOGA SUKA

ABSEN DULU DI SINI!

Aeera melempar tasnya ke arah tempat tidur dengan kasar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aeera melempar tasnya ke arah tempat tidur dengan kasar. Hari ini ia sudah cukup menderita karena terus-menerus dijahili oleh Kale, teman sekelasnya. Gadis itu bergegas berjalan ke arah luar untuk mencari makanan di dapur.

"Halo, Kiyo," sapa Aeera kepada kucing hitam gembul yang saat itu terlihat tengah bermain sendirian di atas kursi dapur.

Aeera membuka kulkas dan mengambil air mineral dari dalam sana. "Kak Ncep di mana, Yo?" tanya gadis itu walau tau kucing yang tengah ia ajak bicara tak akan bisa menjawabnya.

Suara berisik dari luar dapur membuat gadis itu menghentikan kegiatannya dan menengok ke arah luar. "Tanda tangani surat perceraian ini?" Suara melengking dari seorang wanita terdengar menggelegar dari luar ruangan itu.

"Gila kamu!"

"Kamu yang gila, Mas! Aku tidak mau lagi hidup sama kamu!"

Mendengar perdebatan itu Aeera hanya bisa terdiam di dalam ruangan. Gadis itu hanya bisa memegang erat botol air minum di tangannya sambil menatap khawatir ke arah kucingnya.

Ini adalah kesekian kalinya orang tua angkatnya itu bertengkar hebat membahas tentang perceraian. Aeera dengan segera mengambil ponsel dari dalam saku bajunya. Ia menghubungi seseorang lewat ponselnya itu.

"Kaaak, tolong angkat!" bisik gadis itu pada ponsel di telinganya.

Suara motor dari depan rumah membuat Aeera sekali lagi mengalihkan pandangannya ke arah lain. Gadis itu dengan cepat berlari ke arah luar dapur dan bergegas menuju ke depan rumah.

"Kak!" panggil gadis itu setelah melihat Kajev tengah menurunkan standar motornya. Di punggung laki-laki itu terdapat tabung gambar yang sehari-hari ia bawa ke kampus sebagai tempat penyimpanan tugas dan karya-karyanya.

"Kenapa, Aeera?" tanya Kajev setelah melepas helm fullface-nya. Laki-laki itu bergerak turun dari atas motor dan menghampiri Aeera yang terlihat panik di depan teras rumah.

"Papa sama Bunda beranterm lagi, Kak!" lapor Aeera, gadis itu dengan segera menarik Kajev masuk ke dalam rumah.

Suara-suara saling memaki terdengar dari lantai dua rumah itu. Kajev dan Aeera terdiam sejenak untuk mendengar pertengkaran dua orang di atas itu.

"Kenapa lagi emang?" tanya Kajev, laki-laki itu terlihat mengusap keringat dari pelipisnya setelah kepanasan bermacet-macetan di perjalanan pulang dari kampusnya.

Masih dengan wajah panik Aeera mengangkat kedua bahunya. "Ga tau juga, Kak. Papa sama Bunda udah bertengkar dari depan rumah sampai naik ke lantai dua. Aeera ga berani munculin diri di depan mereka," jelas gadis itu.

Kajev terlihat menghela napas pelan, ia bergerak menaruh helmnya di atas meja yang terletak di sudut ruang tamu rumah itu. "Kamu tunggu di sini ya, Kakak ke atas dulu," ujar Kajev.

Namun dengan cepat Aeera menahan lengan laki-laki itu. "Jangan, Kak. Kalau kakak jadi ikutan kena marah gimana?" tahannya.

Kajev menggeleng pelan, tangan laki-laki itu naik mengusap puncak kepala adik kesayangannya itu. "Nggak kok, Kakak gak bakal ikutan kena marah."

"Takut, Kak."

Kajev tersenyum tipis, berusaha menenangkan adiknya itu. "Gak usah takut ya," pintanya. Laki-laki itu kembali terlihat melirik ke arah tangga lantai dua. Suara saling memaki terdengar semakin keras di sana.

"Kamu sekarang masuk kamar aja dulu, terus dengar lagu kesukaan kamu. Kalau masih takut kunci aja pintunya dari dalam ya," ucap Kajev ia memberikan tabung gambar yang tadi tergantung di bahunya ke Aeera. "Kalau masalahnya udah selesai nanti Kakak chat kamu ya," lanjut laki-laki itu lalu berjalan menuju ke tangga lantai dua.

Aeera yang melihat hal itu hanya bisa terdiam sebelum akhirnya dengan segera berjalan kembali ke arah dapur. Ia mengambil Kiyo dari atas kursi dapur dan bergegas masuk ke dalam kamarnya.

"Kiyo, hari ini temani aku sembunyi dulu ya," bisik gadis itu kepada kucing hitam di gendongannya. Ia dengan segera menutup pintu kamar dan menguncinya.

Earphone yang sedari tadi tergeletak begitu saja di atas meja dengan sigap ia sematkan di kedua telinganya. Ia memaksimalkan volume di ponselnya dan segera memutar lagu 'Satu-Satu Aku Sayang Ibu' di ponselnya. Bersamaan dengan itu suara benda terlempar dan pecah berkeping-keping terdengar dari lantai dua.

Dulu orang tua kandungnya juga selalu bertengkar tiap hari, dan Kajev lah yang selalu menemani dirinya di dalam bilik kecil rumah dulunya itu. Setelah orang tua kandungnya menghilang, dalam keadaan hampir mati kelaparan keduanya dibawa oleh warga setempat dan dimasukkan ke dalam panti asuhan daerah itu sebelum akhirnya diangkat oleh orang tua angkat mereka sekarang.

Dulu dan sekarang tak banyak yang berbeda. Pernikahan jelas menjadi hal yang sangat menakutkan bagi seorang Aeera. Sedari dulu pertanyaan yang selalu ada di benak gadis itu adalah...

Kenapa bersama kalau hanya saling menyakiti satu sama lain?

Apakah mereka sengaja tetap saling memeluk erat satu sama lain agar pisau tertancap lebih dalam? Mereka saling mengikrarkan janji hanya untuk saling mengingkari.

Satu satu aku sayang ibu

Dua dua juga sayang ayah

Tiga tiga sayang adik kakak

Satu dua tiga sayang semuanya.

"Kiyo, Aeera lapar."

tbc

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

tbc.

Nikmatin selagi masih ringan ngueheheh!

SPAM NEXT

Jangan lupa promosiin cerita ini ke temen-temen kamu ya, Vren!

Makasih!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 04, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bentala Menggapai NabastalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang