02 🔞

8.2K 74 1
                                    







Hestia menopang dagunya sembari memainkan gelasnya. Pikirannya sedang melayang entah kemana dan itu membuat Julius—sang bartender, sangat penasaran.

"Apakah pria yang terakhir kali seburuk itu?" Tanyanya pada Hestia yang masih tak menatapnya. Helaan nafas terdengar dari bibir indah Hestia dan itu membuat Julius semakin ingin tau apa yang sedang dipikirkan Hestia.

"Hei," Hestia mengarahkan telunjuknya dan menggerakkannya, memanggil julius untuk semakin mendekat.

Tanpa protes, Julius pun mendekat. Betapa terkejutnya ia saat Hestia menarik tengkuknya dan mencium bibirnya. Ia tak akan protes jika itu hanya kecupan biasa, tapi sayangnya itu adalah sebuah ciuman yang dalam dan basah.

"Shit! Apa yang kau lakukan? Aku sudah punya pacar." Umpat Julis saat Hestia menyudahi ciumannya.

Hestia mendorong pelan Julius tanpa minat. Lalu ia kembali menopang dagunya dan hanyut dalam pikiran, membiarkan Julius dengan tanda tanya besar.

Sebenarnya Hestia masih memikirkan tentang kejadian kemarin dimana ia mencium seorang pria di pinggir jalan. Ya, pria yang memiliki aura makluk suci itu entah kenapa tak bisa lepas dari benaknya. Sensasi saat bibirnya berciuman sangat terasa walaupun pria itu sangat kaku dan tak membalasnya. Tapi anehnya, Hestia seakan merasakan sensasi yang sangat ia dambakan selama ini.

Sepertinya Hestia harus memastikannya. Ia harus berhubungan badan dengan pria itu. Tapi dimana ia bisa menemukannya? Kekuatannya tak bisa menemukan orang.

Tiba-tiba Hestia berdiri karena mengingat sesuatu. 'Direktur' ya, sang supir menyebutnya direktur. Apakah dia direktur di kantor itu?

Dengan sebuah senyum dan langkah bersemangat, Hestia pergi dari bar dan semakin membuat Julius menatapnya aneh. Terkadang pria itu benar-benar tak bisa mengerti Hestia.

Tak butuh berjalan lama, Hestia telah tiba di depan sebuah kantor. Matahari belum lama terbenam dan orang-orang masih banyak berkeliaran. Beberapa pegawai yang keluar dari kantor terlihat menatap Hestia dengan pandangan yang berbeda-beda. Pasalnya wanita itu menggunakan dress malam yang sangat mencolok untuk berada di sebuah kantor. Dia menggunakan dress berwarna nude mendek dengan belahan di pahanya dan punggung yang terbuka.

Hestia masuk ke dalam kantor dan menuju resepsionis. "Apakah direktur ada?"

Wanita yang ada di balik meja resepsionis tak langsung menjawab, ia mengamati penampilan Hestia yang lebih mirip seperti penampilan wanita club. Tapi pada akhirnya wanita itu menjawab walaupun dengan nada sedikit ketus. "Beliau sudah pulang."

Benarkah? Apakah kemarin pria itu sedang lembur sehingga ia bertemu dengannya lebih malam?

"Besok dia datang jam berapa?"

Wanita tadi semakin melihat Hestia dengan tatapan curiga. "Anda bisa langsung menghubungi sekretaris beliau untuk jadwalnya."

"Beri aku nomornya."

"Maaf tidak bisa."

"Kenapa?"

Dalam hati wanita tersebut ingin menjawab 'karena kau wanita aneh yang ku yakin tak memiliki urusan bisnis apapun dengan atasan.' Tapi wanita tersebut hanya tersenyum singkat. "Anda bisa datang besok pagi."

Pada akhirnya Hestia tak mendapatkan apapun dan ia datang kembali di pagi harinya. Kali ini ia menggunakan pakaian yang lebih santai. Berbalut rok jeans mini dengan kemeja putih transparan, Hestia memasuki kantor. Ia kembali ke resepsionis dan bertemu dengan wanita yang sama.

"Jadi sekarang direktur ada?" Tanya Hestia.

"Apakah anda sudah membuat janji?"

"Kau bilang aku bisa menemuinya hari ini."

Wanita yang Tak Pernah Bisa TerpuaskanWhere stories live. Discover now