R. [04] Gaun.

91 8 1
                                    

Cklek!

Kay membuka pintu rumah yang kini sudah sepi, semua keluarganya pasti sudah tertidur pulas.


Kay merebahkan tubuhnya di kasur, memejamkan matanya sejenak sebelum ketukan pintu terdengar. Kay langsung bangkit dari tidurnya menuju pintu.

"Ibu?"

"Ayah mau ngobrol sama kamu," kata Ibu dengan lembut.

"Ayah dimana?"

"Ada di kamar."

Keduanya pun berjalan ke arah kamar utama, itu adalah kamar Ayah dan Ibunya beserta dua adiknya.

Kay tersenyum saat melihat kedua adiknya sudah tertidur pulas. "Ayah," panggil Kay saat melihat Ayahnya sedang menatap ponsel sambil duduk di pinggiran kasur.

Ayah yang melihat putri sulungnya sudah datang melepas kacamatanya, ia meletakkan kacamata beserta ponselnya di kasur. "Sini, Teh." Ayah mengayunkan tangannya memanggil Kay yang masih berdiri di pintu bersama Ibu.

Kay berjalan menghampiri Ayahnya dan bersimpuh dilantai, ia mencium punggung tangan Ayahnya. Sedangkan Ibu duduk di samping Ayah.

"Ada apa, Yah?" Kay mendongak menatap Ayahnya yang kini usianya sudah mencapai akhir 40an.

"Ayah udah denger semuanya dari Ibu kamu, dan tadi juga ada seorang pria yang datang menemui Ayah."

"Pria? Siapa?"

"Namanya Radeon, dia bilang kalau dia bos kamu di kantor?"

"Iya. Bos Teteh di kantor namanya Pak Radeon. Kenapa dia ke rumah?"

"Dia minta izin ke Ayah sama Ibu buat bawa kamu ke pesta di rimahnya," Ayah memberitahu putrinya dengan gamblang.

"Terus? Ayah izinin dia?"

Ayah mengangguk, "Nggak apa-apa kalau dia mau ajak kamu. Tapi kalau kamu nolak ya nggak apa-apa juga, nanti Ayah yang bilang ke dia."

"Nggak, Yah." Kay menggelengkan kepalanya pelan, ia menangkup kedua lengan Ayahnya yang sudah mulai keriput. "Kalau Ayah udah izinin aku, aku nggak apa-apa. Dia juga udah janji sama aku kalau dia bakal jagain aku di pesta itu," Kay mengingat ucapan Deon saat pria itu dengan tegas berkata akan selalu ada bersama Kay.

Ayah melepas satu tangannya dan mengangkat dagu Kay yang tengah menunduk, "Putri Ayah sudah mau diambil orang lain, ya?"

Mata Kay memanas saat mendengar ucapan Ayahnya, "Aku ... Aku ...."

Ayahnya mengangguk, "Ayah nggak apa-apa. Yang penting kamu bahagia, itu aja udah cukup buat Ayah."

"Terima kasih, Ayah, Ibu."

Ibu Kay sudah menitikkan air matanya. Ia tidak menyangka jika anak sulungnya akan menikah. Sepertinya ia baru saja melahirkan kemarin, tapi sekarang putrinya sudah ingin diambil oleh orang lain.

"Untuk ke depannya hargai suami kamu sebagaimana kamu menghargai kami," Ayah menepuk kepala Kay sebanyak dua kali lalu mengusapnya.

RadeonWhere stories live. Discover now