2. Bertemu Pujaan Hati

299 31 31
                                    

"Kita tidak pernah mengerti apa itu cinta. Terkadang cinta begitu mudah. Namun, juga terkadang rumit."

~ Diary Aruna: Mentadabburi Cinta ~

~oOo~

     Sudah lebih dari dua jam Enzo duduk di pojokan kafe, membolak-balik buku menu sambil sesekali menoleh ke arah pintu masuk. Ia menunggu seseorang. Entah dia sendiri yang datang terlalu awal atau orang yang ditunggu datang terlambat. Jemarinya mengetuk-ngetuk meja dengan perasaan gelisah. Beberapa karyawan di sana juga ikutan resah lantaran Enzo berisikekeh untuk tidak mau meninggalkan tempat itu sebelum bertemu dengan orang yang dia tunggu dan tidak mau dilayani selain oleh orang yang dia tunggu.

    Tentu saja hal itu membuat karyawan di sana tidak tahu harus melakukan apa selain ngedumel satu sama lain. Mau mengusir rasanya enggan dan tidak berani setelah Enzo mengatakan bahwa dia putra tunggal dari Crystal Grup, sebuah perusahaan besar yang cukup terkenal diberbagai bidang dan beberapa negara. Bahkan mengatakan sendiri kalau Enzo tidak segan-segan membeli kafe ini dan memecat karyawan di sana. Pun dengan percaya diri Enzo mengatakan dia adalah calon suami dari salah satu karyawan yang dia tunggu.

     Kring!

     Lonceng pintu kafe berdering tatkala dibuka dan menampakkan sosok yang ditunggu-tunggu baik oleh Enzo maupun karyawan kafe. Wajah para karyawan-yang notabene teman-teman dari orang yang ditunggu sumringah. Mereka segera menghampiri.

     Sementara Enzo saking bosannya ia tak menoleh saat suara lonceng itu berdenting. Ia pasrah mengira pasti bukan orang yang ditunggu yang datang barusan. Dia mendesah, rasanya ingin menyerah saja.

     "Aruna!" seru para karyawan

     "Akhirnya kamu datang juga," kata Risma, perempuan berhijab hijau mint, dengan bahasa isyarat.

     "Ada apa?" tanya Aruna dengan bahasa isyarat.

     "Itu loh ada pelanggan udah dua jam lebih gak mau pergi. Dia maunya dilayani sama kamu."

     "Terus katanya dia calon suami kamu, padahal kan calon suami kamu Ryan."

     "Hu-uh! Dia ngakunya anak tunggal Crystal Grup."

     Mata Aruna membulat tidak hanya terkejut dan terheran dengan pernyataan yang mengatakan pria tersebut calon suaminya ia juga terkejut karena cowok itu putra tunggal Crystal Grup. Sepertinya Aruna sudah bisa menebak siapa cowok itu.

     Aruna memasang celemeknya dan menyiapkan buku catatan dan menghampiri cowok yang sedang tertidur menopang kepalanya di atas meja.

     Tok-tok.

     Aruna mengetuk meja sehingga cowok itu segera mengangkat kepalanya dengan kesal, mengira ada karyawan kafe yang akan menegurnya kembali. Alisnya berkerut seraya menyeru, "Saya kan udah bilang kalau---" matanya mengedip berulangkali tatkala melihat senyuman manis dari perempuan yang selama ini ia rindu.

     Wajah Enzo langsung semringah.

     "Hai, mantan saudara tiri eh.. Makhsud gue calon istri." Kata Enzo percaya diri sambil merentangkan tangan seraya melangkahkan kaki hendak memeluk Aruna tapi dengan cepat perempuan dengan hijab syar'i berwarna coklat muda itu menghindar sambil menyilang tangan di depan dada, mengisyaratkan bahwa Enzo tidak boleh melakukan itu.

     "Oh oke, gue ngerti. Kita belum sah," katanya melonggarkan tangan dan mengambil langkah mundur.

     Aruna bernapas lega, dia kembali menormalkan posisi berdirinya. Perempuan itu sedikit pangling melihat sosok yang sudah tiga belas tahun tak pernah ia jumpai tapi, ada yang berubah dari pria ini.

[3] Diary Aruna: Mentadabburi cinta ✔️Where stories live. Discover now