➳ f i f t y o n e ✧

18 6 0
                                    

"Akhirnya sampe juga, ugh," Hwi memejamkan matanya, melakukan peregangan singkat setelah memasuki area perkemahan tempat tujuannya juga teman-temannya.

"Pak, kita jadi bangun tenda dulu disini?" tanya Sio pada salah satu guru.

"Ya iyalah, kalo gak bikin tenda, emang kalian mau tidur ngemper gitu aja dibawah langit malam berbintang??"

Baekseung malah nyengir sambil menjawab,"Kalo saya sih, nggak masalah pak?" bikin sang guru melotot.

Guru itu langsung geleng-geleng kepala."Nggak! Kalian bangun tendalah! Gimana sih. Masa gitu aja harus tanya, kan judulnya kemah!"

Baekseung langsung bisik-bisik pada Hwi yang kini ada di sampingnya,"Sumpah tuh guru sensi banget kayak cewek hari ini."

Hwi menjawab sekenanya."Gajinya belum turun kali."

"Ayo yang cowok-cowok, cepet ambil perlengkapan tendanya, cewek-cewek juga bantu-bantu! Nanti kalian bangun tendanya bareng-bareng! Pengisi tenda sesuai kelompok yang udah dibagiin sebelumnya ya!!"

Seruan itu membuat semua siswa berbondong-bondong menuju ke sebuah pondok besar yang ada tepat di samping gerbang masuk di depan parkiran.

Disana memang sudah tersedia jasa pinjam tenda, tersedia banyak tenda dengan berbagai macam variasi warna. Dan maksimal penghuninya bisa sampai tujuh orang.

Tetapi, semua anak dibagi perkelompok hanya sampai lima orang saja.

Semua orang bahu-membahu membangun tenda. Para guru yang ikut, orang-orang yang berjaga di pondok apalagi siswa-siswi yang memang menjadi tokoh utama dalam acara hari itu.

Hingga pukul 2 siang, kegiatan bangun tenda yang dimulai sekitar pukul 9 lewat itu akhirnya selesai juga.

Semua anak sudah berada di tenda masing-masing, bersama kelompok masing-masing. Akan tetapi...

"AAAAAA!! PENGAP! PANAS!!"

Para guru tertawa malu sementara para penjaga yang memang sedang mengobrol bersama mereka cuma tersenyum maklum.

Anak-anak sekolah itu keluar lagi dari tenda masing-masing. Dan yang semodel Baekseung—siapa pun nggak heran kalau cowok ini selalu bikin heboh.

Haruto mengibas-ngibas kaus t-shirtnya yang mulai basah karena keringat."Argh, panas banget anjir!"

"Kayak gue dong, prepare." Dohyon berceletuk, bangga membawa-bawa minifan dalam tasnya. Tetapi, benda itu langsung direbut oleh Jeongwoo."Pinjem."

Satu dua orang yang merasa keberuntungan tidak berpihak pada mereka, hari itu. Yeonkyu juga Rei.

Dimana Yeonkyu harus satu kelompok dengan Junhyeok, dan Rei akhirnya satu kelompok dengan Hanni.

Rei bukannya nggak suka sama Hanni. Kenyataannya, Hanni orang yang asik. Ramah, dan suka bercanda. Cuma, dia teringat kejadian bersama Yeonkyu dulu.

Rei harus akui, tatapan Hanni pada Yeonkyu itu aneh. Sepertinya, Rei nggak asing dengan jenis tatapan itu.

"Rei!"

"H-hah..??"

Yoon yang melihat tingkah Hanni segera menegurnya sambil memukul pundak Hanni lumayan kencang,"Jangan dikagetin dongo!"

"Hehehehe," Hanni cengengesan sembari nyengir lima jari. Gadis itu pun mencolek bahu Rei."Lagian, lo kenapa malah ngelamun dari tadi gue panggil?"

"Maaf, gue masih agak pusing." Rei beralibi dengan senyuman canggung.

Mana mungkin dia mengatakan apa yang baru saja dia pikirkan.

"Yaudah nggak papa. Tapi tadi pak Jihoon nyuruh kita buat ngambil makanan kelompok kita di pondok. Yok, kita aja yang ngambil!"

"O-oke—eee!"

Rei belum sempat menyelesaikan jawabannya, tetapi lengannya sudah ditarik kuat dan oknum pelakunya adalah Hanni.

Agaknya, acara ini memang akan sangat menyenangkan.























































Setelah sore hari tiba, para guru mengatakan akan membuat api unggun kecil-kecilan untuk menemani malam pertama kemah ini.

Tak disangka, tempat itu pun akan ramai oleh banyaknya stan-stan penjual makanan yang tiba-tiba berdatangan.

"Kan kalo tau bakal banyak yang jual makanan gini, gue gak bawa camilan banyak-banyak." keluh Wonyoung.

Jihan berpura-pura iba, namun setelahnya tertawa keras.

"Gue rasa, camilan lo gak bakalan kebuang sia-sia, Nyong. Lo kan hobi makan." balasnya setengah mengolok.

Wonyoung sendiri melotot, mengangkat tusuk sosis bakarnya tinggi-tinggi, ancang-ancang mau memukul Jihan.

"Kabuuur! Wonyoung ngamuk!!" lalu setelahnya, Jihan lari dengan tawa terbahak-bahak meninggalkan Wonyoung yang jadi bete.

"Sialan!" desis Wonyoung.

Ia pun memilih mengalihkan pandangan ke sekitar. Kalau dipikir-pikir, Jihan benar. Wonyoung banyak makan sekarang. Jangan-jangan, pulang dari sini dia bisa langsung gendut seperti mamanya.

Oh no, Wonyoung nggak mau. Makanya, ia harus menghindari menatap makanan. Biar nggak tertarik buat nyicip.

"Rei!" setelah melihat siluet Rei, Wonyoung langsung melambaikan tangannya yang masih memegang tusuk sosis bekas.

"Jajan apa?" tanya Rei, mengintip stan yang berada di belakang tubuh Wonyoung.

"Biasa, sosis bakar hehehe. Lo mau jajan apa??"

"Belum tau." sahut Rei.

Bibirnya mengerucut, nampaknya tak ada satu pun daftar makanan yang dijajakan disini yang bisa ia makan dengan bebas.

"Kita—"

"Rei!!"

Yeonkyu tiba-tiba berlari pada Rei, sampai di depan gadis itu, si cowok menarik nafasnya yang tersengal."I-ini-h..." katanya seraya mengangkat sebuah kotak sterofoam.

Menjulurkannya pada Rei.

"Ini....apa??" Rei menerimanya meski dengan sedikit kebingungan. Saat kotak itu dibuka, ternyata isinya adalah klepon warna-warni.

Wonyoung langsung menjerit kegirangan."Ih beli dimana??! Gue juga mau!!"

Saat Yeonkyu baru saja menunjuk stan penjualnya, Wonyoung sudah melesat dengan kehisterisannya. Rei terkekeh kecil.

Gadis itu celingukan sebentar sebelum menemukan sebuah tempat yang pas untuk memakan makanan itu bersama Yeonkyu.

"Gimana? Rasanya enak gak?" tanya Yeonkyu harap-harap cemas, takut Rei nggak suka. Tetapi, Rei menunjukkan respon yang menyenangkan.

"Enak. Manis, kelapanya juga enak." sahut Rei dengan senyuman mengembang.

Sialnya—Yeonkyu merasakan detakan jantungnya jauh lebih keras dari yang biasa. Senyuman itu teramat sangat berdamage untuknya.

"Mau coba nggak?"

"Suapin, boleh nggak?"

Yeonkyu nggak akan merutuki mulut lancangnya. Cowok itu mulai menikmati wajah Rei yang bersemu di antara temaramnya cahaya yang ada."Boleh nggak?"

Dengan malu, canggung, ragu dan tersipu, bahkan sampai nggak memperhatikan kemana tangannya bergerak, Rei tetap menyuapi Yeonkyu.

"Ke mulut Rei, bukan ke pipi." protes Yeonkyu, pelan.

"H-ha?! Ma-maaf!" Rei langsung kelabakan.

Yeonkyu tertawa gemas. Ia mengusap sudut bibirnya lalu memegang pergelangan tangan Rei, membantunya menyuapi dengan benar.

"Aku udah tau rasanya enak. Tapi disuapin kamu jadi tambah enak. Hmm, kenapa ya?"

Mati kutu—Rei bergeming dengan pandangan tak percaya. Sial Kim Yeonkyu—darimana dia belajar gombal kayak gitu?

Sementara Yeonkyu bersikap sok cool—menahan gemuruh dalam hatinya, bersorak bangga. Setelah ini, dia akan mengambil nafas banyak-banyak tanpa ketahuan Rei. Karena kalau boleh jujur, sumpah, Yeonkyu juga gugup.

Because of you[✓]Where stories live. Discover now