Chapter 026

8 2 0
                                    

Quincy sedang memeriksa beberapa kamera yang ia punya, mengeceknya apa masih layak pakai. Sementara Kiana sedang memasak untuk makan malam nanti.

Ini hari kedua Kiana menginap di rumah Noah, bukan khawatir Kiana melakukan percobaan bunuh diri lagi. Melainkan untuk menemani Quincy yang tak bisa ditinggal sendirian—sebenarnya ini usul Noah.

Tapi Quincy lumayan merasa senang karena ia jadi tidak sendirian di rumah, karena karyawannya sibuk bekerja. Sementara Quincy masih belum dibolehkan untuk bekerja oleh kakaknya.

"Masak apa, Ki? Baunya enak banget," tanya Quincy.

"Rendang Mbak, tadi Mas Noah minta dimasakin ini," jawab Kiana.

"Wah, Kakak gue itu udah mulai berani ya, nyuruh-nyuruh lo masak gini. Ckckck, gak boleh dibiarkan nih, Ki."

Kiana tertawa kecil mendengar ucapan Quincy tadi. "Gak apa Mbak, aku seneng kok masakin buat Mas Noah juga Mbak Quincy."

"Lo tuh baik banget emang, pantes Kak Noah suka," ucap Quincy.

Kiana tersipu mendengarnya, momen itu langsung Quincy abadikan menggunakan kamera yang tadi dibawanya.

"Eh, kenapa Mbak? Kok aku difoto?" tanya Kiana dengan ekspresi kaget.

Quincy tertawa. "Gapapa, Ki, gue pengen punya foto lo aja. Lagian ... kayaknya lo gak pernah moto deh, gue gak pernah lihat lo selfi soalnya."

Kiana yang sedang mengaduk rendang terkekeh. "Iya, Mbak, aku kurang suka foto-foto."

"Tuh kan. Ya udah, gue foto kalau gitu. Nanti cuci deh!" Quincy mengarahkan lensa kameranya pada Kiana yang tengah menatapnya bingung.

"Hahaha, muka lo lucu, Ki. Cantik lagi," puji Quincy.

"Ng ... enggak ah Mbak, cantikan Mbak Quincy." Kiana membalas.

Lalu selagi Kiana memasak, Quincy terus memotret Kiana dari berbagai arah. Sampai akhirnya Noah pulang dan mendapati Quincy sedang memotret Kiana.

"Selamat malam perempuan-perempuan cantik, lagi pada ngapain ini?" Noah menyapa.

"Kiana lagi masak, aku lagi moto," jawab Quincy," Eh, Kakak foto sana sama Kiana. Belum punya foto berdua, ‘kan?"

Noah dan Kiana saling pandang, kemudian Noah menjawab, "Iya nih, aku baru inget lho Kian, kalau kita gak pernah foto berdua."

"Tuhkan! Yuk, aku foto, kalian kan udah mau nikah masa belum ada foto berdua." Quincy menarik lengan Noah untuk berdiri disamping Kiana.

"Ya ampun, serasi banget couple ini," puji Quincy.

Kiana tersenyum malu-malu, sementara Noah terus menatap Kiana yang sedang salah tingkah itu. Tangan kekarnya kemudian merangkul bahu Kiana, membuat Kiana menatap ke arahnya.

Mereka saling pandang untuk detik yang lama, kesempatan itu Quincy gunakan untuk memotret mereka.

"Kak Noah sama Kiana senyum, ya." Quincy mengarahkan.

Beberapa foto dan gaya Quincy abadikan, saat selesai Quincy langsung memberikan usul.

"Besok kita foto prewed aja, Kak. Lagi gak pada sibuk, 'kan?" tanya Quincy.

"Prewed, ya?" Noah nampak berpikir, sementara Kiana kembali fokus pada masakannya sambil mendengarkan.

"Boleh deh, mumpung lagi senggang. Kamu bisa kan, Kian?" tanya Noah.

Kiana yang sedang memindahkan rendangnya dari wajan ke mangkuk hanya mengangguk. "Bisa Mas, besok aku free kok."

"Yeay! Jadi besok kita foto prewed ya, aku bakal cari referensi buat temanya." Quincy berujar, nampak senang.

"Ya udah, Mas Noah mandi sana. Nasinya bentar lagi mateng," titah Kiana.

Noah menurut lantas beranjak menuju kamarnya.

***

Di kediaman Anna yang megah itu, terdengar suara isakan dari arah kamar utama. Itu suara tangis dari Anna, wanita paruh baya itu menangis karena mengingat kejadian empat belas tahun yang lalu. Hari dimana ia menuduh anaknya berbohong, hanya karena ucapan itu keluar dari mulut anak berusia sebelas tahun.

"Omongan anak SD kamu percaya! Adek kamu tuh bohong, Noah. Dia bilang kayak gitu karena benci sama Papa Revan!"

"Dia tuh baik lho udah ngizinin kalian untuk tinggal di sini dan apa balasan kalian?"

Noah jelas tak terima saat mendengar ucapan mamanya. Quincy tidak mungkin melakukan hal konyol seperti itu. Quincy tidak mungkin mengatakan kebohongan yang merugikan dirinya sendiri. Noah kenal betul siapa adiknya, dan Quincy bukanlah orang yang seperti itu.

"Mama tuh udah dibutakan sama cinta! Queen anak kandung Mama lho? Tega-teganya Mama nuduh dia bohong?!"

"Ya terus mana buktinya? Kamu gak usah ngada-ngada deh, Noah. Kalau emang gak suka sama suami Mama, silahkan pergi dari sini! Mama gak butuh anak durhaka kayak kalian!"

Anna lagi-lagi menangis. Dia merindukan putrinya. Putri satu-satunya yang dulu ia sia-siakan. Anna benar-benar menyesali perbuatannya.

Anna ingin berbaikan dengan kedua anaknya. Anna telah salah menelantarkan Noah juga Quincy hanya karena seorang pria tak berguna.

Tiga tahun belakangan ini Anna mencari keberadaan mereka berdua, awalnya Anna pikir anak-anaknya ikut bersama Taka, tapi ternyata tidak. Justru Taka berpikir jikalau anak mereka ikut Anna.

Saat pergi dari Anna memang Noah dan Quincy mendatangi Taka dan akhirnya tinggal bersama. Namun, sayangnya ibu tiri mereka galak. Di depan Taka dia baik bak malaikat, tetapi saat Taka tak ada, Quincy dan Noah diperlakukan seperti pembantu.

Makanya dua bersaudara itu kabur dan entah pergi kemana. Tapi, Tuhan telah berbaik hati kepada mereka berdua. Akhirnya mereka berhasil menemukan keberadaan Noah dan Quincy, yang ternyata hidup kakak-beradik itu sangatlah baik.

Sayangnya, Noah dan Quincy sama-sama menyimpan kecewa pada dua orang tuanya. Itu karena Taka dan Anna tak mempercayai anak-anaknya jikalau pasangan baru mereka sudah berbuat jahat.

"Maafin Mama, Noah. Maafin Mama, Queen. Mama benar-benar rindu sama kalian. Mama ingin tinggal bersama kalian lagi seperti dulu." Anna merintih, suaranya hampir tak terdengar karena terus-terusan menangis.

"Sampai kapanpun kalian tetap anak Mama, tolong maafkan Mama. Mama gak mau pergi sebelum kalian memaafkan Mama," gumam Anna dengan air mata berderai.

***

Quincy sedang mencari referensi untuk pemotretan besok, saat ponselnya terus bergetar karena banyaknya notifikasi.

Ting!

Ting!

Ting!

Karena sebal akhirnya Quincy mengambil ponselnya yang sedari dua jam lalu tak disentuh. Banyak sekali notifikasi dari media sosialnya serta pesan dari grup studio. Namun, yang menarik perhatian Quincy adalah permintaan pertemanan di Instagram.

Benaltha.liam requested to follow you.

Astaga. Quincy ingat nama ini. Apa yang dia lakukan? Kenapa menganggu akun medsosnya Quincy? Tanpa banyak pikir Quincy langsung menolak permintaan itu.

Delete.

Quincy tak ingin menerima permintaannya. Lagipula mereka tidak kenal, walaupun biasanya Quincy akan mengkonfirmasi permintaan pelanggannya—tapi khusus untuk wanita.

Akun Instagram Quincy pun hanya sedikit yang mem-follow, tidak sampai ribuan. Pengikutnya hanya tim fotografer juga para pelanggan yang memberikan feedback berupa follow di Instagram.

Padahal sebenarnya tidak perlu, tapi Quincy yakin mereka sebenarnya penasaran. Ya, mungkin karena sikap Quincy yang tertutup begini.

Complicated Love || 2020 ✓Where stories live. Discover now