BAB 53

2 0 0
                                    

Arumi yang sedang berada di tubuh Luna berjalan santai di tengah tatapan kagum dari murid lain. Tentu saja Arumi tidak heran kenapa mereka menatap seperti itu, sosok Luna ini sangat cantik bak seorang Dewi.

"Ini Lun, tadi gue beli ketika berangkat sekolah." Seorang siswa laki-laki menyodorkan bunga mawar merah ke hadapan cewek itu. Arumi pun langsung menerimanya dengan kikuk.

"Terima kasih," ucapnya beramah-tamah namun membuat siswa laki-laki tadi benar-benar salah tingkah. Arumi tersenyum canggung lalu melanjutkan langkahnya.

***

"Baik sampai sini saja materinya. Nanti kalian jangan lupa hapalkan rumusnya, bapak uji minggu depan."

"Iya Pak."

Arumi terus menatap cewek berambut pendek sebahu, itu adalah raga miliknya. Semenjak tadi raga itu seperti patung, diam tak berkutik.

Cewek Jepang yang memiliki mata sitip akhirnya mendekati. "Arumi, ayo ke kantin!" ajaknya dengan bersemangat. Tetapi reaksi dari pemilik raga itu malah seperti orang canggung.

"Ah, gak perlu. Aku di sini saja."

"Ih jangan gitu deh. Ayo aku traktir!" Sosok laki-laki jakun pun mengikuti langkah Nako dan raga Arumi dengan pemilik jiwa barunya yang kemungkinan adalah Luna.

Semua sudah pergi ke luar kelas dan Arumi baru sadar bahwa hanya tinggal dirinya yang masih terdiam. Dia pun teringat, selama ini ketika sedang beristirahat, Luna akan berdiam diri di kelas maupun mencari tempat tenang seperti perpustakaan. Walaupun sebenarnya dia tidak terlalu introvert juga, tapi karena dia cewek cantik dan banyak cowok yang suka, dia pun akhirnya dijauhi oleh semua cewek.

"Oo iya! Aku punya misi buat membahagiakan hidup Luna. Berarti, aku harus coba cari teman dong buat bantu dia. Tapi siapa teman yang cocok?" Arumi mengetuk-ngetuk kepala dengan jarinya. Nama yang terpampang hanyalah nama sahabatnya, yaitu Nako dan Joshua. Tapi ketika semua kembali ke tubuh masing-masing, apa Arumi siap menerima Luna sebagai anggota baru di gengnya?

Urusan itu belakangan! Kalau dia tidak bisa membuat Luna bahagia, maka dia akan kehilangan raga dan jiwanya.

Akhirnya langkah kakinya pun digiring menuju ke kantin.

Tentunya saat tiba di tempat yang banyak dikunjungi ketika istirahat itu jadi ricuh karena Dewi sekolah mereka baru pertama kali menapakkan kaki di kantin.

"Luna!!!"

"Aku yang cewek aja insecure kalau sama Luna. Tuh lihat, cowok-cowok langsung pada caper."

Karena teriakan heboh itu sampai terdengar di seluruh kantin, Nako yang duduk di meja tengah-tengah pun ikut melirik ketika nama Luna disebut.

"Itu beneran Luna bukan sih? Tumben banget dia ke kantin ya Rum," ucap Nako sambil melirik temannya.

Tapi lagi-lagi reaksi Arumi menjadi aneh, dia tidak membalas apapun hanya diam dan menatap Luna yang di dalamnya terdapat jiwa Arumi.

Joshua khawatir terhadap perubahan sikap Arumi. Dia pun meneliti wajah cewek yang memiliki rambut sebahu itu. "Kamu gak sakit kan?"

Luna yang hinggap di tubuh Arumi tentu terkejut karena posisi wajahnya dan Joshua sangat dekat.

"Astaga. Kamu mengangetkan." Pipinya merona dan terasa panas seperti terbakar.

Nako mencibir, "Kamu kok jadi malu-malu gini sama Joshua. Awas, jangan sampai tergoda sama buaya," cetus Nako seraya menjulurkan lidah.

Tangan Joshua meraup wajah kecil Nako. "Anak kecil sok-sokan ngejek."

Karena pertengkaran kecil itu, Luna yang berada ditubuh Arumi terkekeh kecil. Dia tersenyum kepada kedua temannya. Rasanya dia baru pertama kali tertawa dengan perasaan yang sebenarnya. Biasanya dia hanya hidup dengan pura-pura tertawa agar terlihat bahagia.

"Permisi, aku boleh ikut duduk di sini gak?" tanya sang Dewi sekolah itu.

Body Swap (TRANSMIGRASI)Where stories live. Discover now