XIX: ATTACK III

2 3 0
                                    

🌀今自分にできることは戦い続けることだけ🌀

🌀今自分にできることは戦い続けることだけ🌀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pics by: Cheran

Pintu itu menutup dengan sendirinya. berbicara “Apa kau benar-benar tidak ingat?”

Sina melihat tubuhnya seperti ada yang berbeda. “Bukan! Bukan! Ini bukan aku,” kata-kata itu muncul dari dirinya yang sebenarnya. 

“Sebenarnya apa yang terjadi padaku selama ini? Semenjak kepindahanku, bagaimana ini?” ujar Sina, yang mana tubuhnya pulih dan mengingat kondisi usai diserang fraksi Fuma, ia tak bisa mengingat sepenuhnya tentang hal itu.

Melihat kedua anak laki-laki yang tergeletak di depannya. Kini pandangannya sudah tak mengarah ke pintu yang membuatnya berpikir cukup berat.

“Mereka! Mereka! Iya benar, aku harus menolong mereka lebih dulu,” Disitulah ia mendapat serangan panik, seolah sulit untuk melawan ia mencoba bertahan dengan memikirkan hal-hal yang membuatnya redah akan kepanikannya.

Tak lama mobil sedan berwarna hitam tiba di depan pintu rumah Sina. Dia adalah Mr. Hooman, dia datang untuk menjemput Yoshi.

)(

Mengetahui bahwa Yoshi sedang tergeletak, Hooman segera berlari dan membopong Yoshi. “Nona Sina? Perkenalkan saya Hooman driver dari Tuan Yoshi, kami tinggal di Tokyo. Sebelumnya saya izin membawa Tuan Yoshi untuk pulang apakah boleh?” Tanya Hooman kepada Sina menggunakan Bahasa Jepangnya yang lugas.

“Baiklah, aku pikir dia terluka parah,” Sina menyadari bahwa Yoshi kehilangan kaca-matanya. Itu membuatnya terlihat menawan dan Sina baru menyadari itu.

Namun kali ini ia berpikir yang kedua kalinya. Menangani dua anak laki-laki sekaligus membuatnya cukup kuwalahan. Melihat kondisinya sendiri juga tidak baik.

“Apa nona bisa mengangkat anak laki-laki itu,” Hooman menanyakan kepada Sina, ketika ingin mengangkat tubuh Rian.

“Bisa!” Meskipun terlihat kasar sambil sedikit menyeret tubuh Rian, Sina sudah berusaha.

“Yosh! Tidak ada yang perlu dibereskan lagi, kami pamit dulu,” beber Hooman.

Sina tak habis pikir. Kepalanya pusing, namun ia masih menahannya. Usai membenahkan diri dna mandi ia berlanjut merawat Rian yang tubuhnya penuh dengan darah.

“Ya benar! Sebelum menolong orang lain, aku harus menolong diriku sendiri,”

Perih, adalah definisi sakit yang tepat menjajah tubuh gadis campuran Indo-Jepang itu. Ia memberi perban dengan sendirinya, tangan, kaki, tubuh, bahkan mukanya yang penuh sayatan.

Cukup parah, tapi saat itu, yang hanya bisa menahan dan menyelamatkan diri adalah dirinya sendiri.

Usai mandi dengan air hangat ia membiarkan menutup luka-lukanya yang menganga dengan es batu. “Rian aku tahu ini sangat sulit, tapi lebih baik jikalau kau di Indo saja,” sembari melihat Rian yang tak sadarkan diri.

KNOCK KNOCK (ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang