04 › Pangeran.

1K 133 4
                                    

Beberapa hari terakhir ini desas-desus gosip yang berasal dari luar istana pun menjelajah masuk ke dalam istanaㅡmembuat para pelayan istana berbisik-bisik ketika memiliki waktu senggang. Tanpa sadar pula jika bisik-bisik mereka telah terdengar oleh salah satu Permaisuri yang cukup terkenal tegas jika mengenai topik keluarga istana; Hastaka, Permaisuri kedua itu melangkah mendekati gerombolan pelayan yang belum menyadari kehadirannya.

"apa kalian akan menghabiskan energi kalian dengan cara membicarakan topik menjijikan itu?"

segerombolan pelayan itu seketika berjajar rapi saat mendengar suara sarkas yang keluar dari mulut Permaisuri kedua.

Hastaka menatap tajam pimpinan pelayan yang merupakan pelayan pribadi Permaisuri ketiga; Yesha. "Apa Permaisuri ketiga tidak memberikan kalian pekerjaan sehingga kalian bisa membicarakan Permaisuri Utama?" ujarnya.

gerombolan pelayan itu menunduk tanpa berani menyuarakan suaranya untuk menjawab pertanyaan Hastaka.

"hentikan topik itu sebelum Permaisuri Utama mendengarnya." pertegas Hastaka, "jika sampai aku masih mendengar topik itu menyelimuti istanaㅡaku tidak akan segan membuat kalian sengsara." lalu Hastaka berdecih sinis, "dan sekali lagi ingat jika Permaisuri Utama tidak mandul." pertegas Hastaka lagi sebelum melangkah kakinya menuju bangunan paviliun kediaman Permaisuri Ketiga.

brak

Hastaka membuka pintu paviliun dengan kasar juga keras, ia melangkah masuk dan langsung menemukan Permaisuri Yesha yang terlihat panik.

"Permaisuri Hastaka.. apa yang membuat kau datang kesini?" tanya Permaisuri Yesha.

"apa kau terlalu sibuk mengurusi tumpukan surat dari kerajaanmu itu sampai lupa mengurusi para pelayan pribadimu, Permaisuri Yesha?" ketus Hastaka dengan pandangan tajam terarah memperhatikan beberapa kertas yang ada dihadapan Permaisuri Ketiga itu.

Yesha mengrenyit bingung, sekilas ia melirik tumpukan keras dengan stempel kerajaannya yang ia letakan diatas meja ruangannya. "Memang apa yang pelayanku lakukan sampai membuatmu harus menginjakkan kaki dipaviliunku?" balas Yesha sembari menatap Hastaka, menetralkan kepanikannya sebab kedatangan tiba-tiba sang Permaisuri Kedua.

Hastaka membelas tatapan Yesha dengan tajam seolah tidak menyukai Permaisuri Ketiga itu. "Ajari pelayan pribadi dari kerajaan asalmu itu untuk menghormati Permaisuri Utama kerajaan ini atau para pelayan pribadi dari kerajaan asalmu itu akan aku depak." tekannya dengan sengaja.

susah payah Yesha menelan ludahnya bahkan menurunkan tatapannya dari Hastaka, ia menunduk dan sadar jika pasti pelayan pribadinya telah melakukan kesalahan fatal terhadap Permaisuri Utama sampai membuat Permaisuri Kedua itu mengambil tindakan bahkan menemuinya secara langsung untuk memberi peringatan atau lebih tepatnya ancaman. "Maafkan pelayan pribadiku, Permaisuri Hastaka.." ujarnya lirih dibalas decihan oleh Hastaka yang kini tersenyum miring.

"sampai kapan kau ingin bermain api, Pangeran Yesha?"

Yesha speechless, "apa yang kau maksudkan.. Permaisuri?" tubuhnya menegang terasa kaku ketika Permaisuri Kedua berjalan mendekatinya dan berdiri tepat didepan meja yang diatasnya terdapat kertas dengan stempel kerajaannya.

"kau dan Panglimaㅡ"

"mohon menyela, Permaisuri Hastaka diminta ibu suri untuk menemui beliau."

────────────────

"jangan dipikirkan, Permaisuri."

Renjana tersentak dari lamunannya. Siang ini seusai menyelesaikan beberapa urusan kerajaan, Renjana memilih singgah dan duduk dibangku yang ada ditaman istana yang cukup sepi. "Aku tidak memikirkan apapun, Pangeran." sanggah Renjana tanpa menatap sosok yang menjadi lawan bicaranyaㅡPangeran Sabian yang berdiri disamping bangku tempat Renjana duduk.

14. Renjana, first empress Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt