14 › Sabian.

786 153 22
                                    

Dari jarak sepuluh meter, mata tajam Pangeran Sabian menangkap beberapa Prajurit Kwangya membawa perisai dan pedang berbaris di depan gerbang Istana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dari jarak sepuluh meter, mata tajam Pangeran Sabian menangkap beberapa Prajurit Kwangya membawa perisai dan pedang berbaris di depan gerbang Istana. Senyum tipis terukir di bibir Pangeran Bungsu itu, sudah ia perkirakan sejak lama jika Kwangya memang lebih sering mengandalkan Pedang daripada Panah.

"kau lihat, kita sudah disambut."

Pangeran Sabian mengangguk singkat atas celetukan Raja Harlan yang rupanya juga sadar. Tanpa berbicara, Pangeran Sabian menoleh ke belakang lalu memberikan isyarat pada Prajurit Pemanah untuk mengambil posisi di depannya setelah mereka semua berhenti.

setelah dirasa posisi sudah cocok, Pangeran Sabian mengambil busur dan anak panahnya yang dibawakan oleh salah satu Prajuritnya. Memposisikan anak panah pada busur, "posisikan busur kalian!"

"kau ingin menyerang mereka sekarang? bahkan mereka tidak bergerak." ujar Raja Lai sembari melipat kedua tangan di depan dada.

"apa aku terlihat peduli? ingin bergerak atau tidak, jika mereka musuh maka aturannya harus diserang." balas acuh Pangeran Sabian.

"Pangeran, kami sudah siap!" laporan salah satu Prajurit Pemanah.

Pangeran Sabian menajamkan tatapannya sembari mengarah bidikan pada salah satu Prajurit Kwangya yang ada di barisan terdepan, "bidik mereka semua!" setelahnya, ia melepaskan tali busur.

ctak

set

puluhan anak panah melesat lurus tepat mengenai beberapa Prajurit Kwangya yang detik itu kurang siap menerima serangan dadakan. Bahkan, saat masih syok akan serangan panah tersebutㅡmereka kembali dikejutkan oleh puluhan anak panah yang kembali menyerang mereka, melumpuhkan setengah dari mereka.

"Marka bodoh, sepertinya dia lupa jika sebagian besar Prajurit khusus memanah Kwangya adalah Prajurit khususku." celetuk Pangeran Sabian ketika melihat Prajurit Kwangya tumbang akibat anak panah yang dilesatkan Prajuritnya.

"jangan biarkan ada yang lolos satupun, pastikan semuanya tumbang!" titah Pangeran Sabian pada Prajuritnya yang tidak ada jeda melesatkan anak panah yang jumlah persediaannya sangat banyak.

Raja Harlan dan Raja Lai hanya diam menonton adegan berdarah hari ini, sangat menyenangkan sebab tangan mereka tidak perlu kotor darah untuk menyingkirkan Prajurit musuh.

"ah, sekarang aku mengerti mengapa kau lebih suka busur daripada pedangㅡ bahkan kau dulu sering membolos saat kelas pedang." Raja Lai membuka obrolan santai padahal di hadapannya sedang terjadi kegiatan membunuh.

"aku tidak suka tanganku terkena darah musuh, menjijikan."

Raja Lai tertawa, "padahal hal yang paling memuaskan adalah saat kau bisa menumbangkan musuh langsung dengan tanganmu sendiri, Sabian."

dilain sisi, Raja Harlan memperhatikan sekiranyaㅡIstana Kwangya berjarak dua puluh meter dari perkampungan Rakyat, yang mana sepanjang dua puluh meter itu dipenuhi oleh pohon dan semak-semak.

14. Renjana, first empress Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang