11 › Darah.

857 131 19
                                    

Ingatlah bahwa Visioner selalu
menunggu kepulanganmu, entah
pulang sebagai Permaisuri
ataupun Pangeran.

tertanda,
Raja Yuan Adelard.

Renjana memandang miris surat yang baru saja ia terima setelah kembali ke kamar atau lebih tepatnya setelah pembicaraannya dengan Pangeran Naraya selesai dengan akhir perasaan kacau.

"pulang ya?" gumam Renjana miris, rasa-rasanya ia ingin menangis mengingat kedua orang tuanya yang selalu mengirimkan banyak surat dengan tidak luput dari kalimat yang selalu memintanya untuk pulang.

Renjana menghela nafas berat, "Ayah pasti akan sangat marah jika tau aku seperti ini.."

Pangeran Tunggal sekaligus Pangeran Mahkota Visioner yang selalu diagungkan, yang selalu dimanjakan, yang selalu dihormati, yang selalu diberi apapun oleh Kerajaannya. Sungguh, begitu mulia hidup Renjana Adelard jika masih tinggal di Kerajaannya sendiri.

"maaf ya, Ayah.. aku belum siap untuk pulang." lirih Renjana, "maaf karena aku belum bisa mengambil alih Kerajaan Visioner, maaf.. Ayah masih harus mengurus Kerajaan padahal seharusnya Ayah sudah bisa menikmati hidup."

Renjana menarik nafas dalam-dalam sebelum melipat dan memasukkan kembali beberapa surat dari Kerajaannya ke dalam amplop khas Visioner, "aku masih ingin bertahan, mempertahankan hakku sebagai Permaisuri Utama."

Kepulan dari lintingan tembakau nyaris memenuhi Paviliun yang ada paling ujung, yang untungnya para pelayan sigap mengipasi ruangan sehingga tidak banyak asap berada di ruangan itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kepulan dari lintingan tembakau nyaris memenuhi Paviliun yang ada paling ujung, yang untungnya para pelayan sigap mengipasi ruangan sehingga tidak banyak asap berada di ruangan itu.

"Permaisuri, maaf, anda sudah menghabiskan tiga lintingan sekaligus."

"lalu?"

"jika ada yang melihat, anda bisa dalam bahaya.. Permaisuri."

"hhh, diamlah, tidak akan ada yang melihat jika pintu dan jendela sudah tertutup."

kepala pelayan itu pun menunduk ketika Permaisuri yang ia layani sengaja mengarahkan kepulan asap kearahnya.

"tidak akan ada yang tau jika kalian semua tidak membocorkan. Ehm, jika salah satu dari kalian sampai melakukan itu, aku tidak akan segan menghancurkan keluarga kalian."

sontak para pelayan yang berada di dalam ruang Paviliun itu tercekat bahkan menghentikan aktifitas mereka yang mengipasi ruangan supaya asap-asap dari tembakau yang dibakar itu hilang melalui lubang-lubang kecil Paviliun.

"Permaisuri.."

"jadi, jagalah mulut kalian sebaik mungkin di hadapan yang lainnya."

14. Renjana, first empress Where stories live. Discover now