09. KELUAR SUDAH SISI ASLINYA

76 17 18
                                    

Setiap hari, Diki selalu diperintah untuk membersihkan kelas, yang padahal jadwal piketnya hanyalah hari selasa

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Setiap hari, Diki selalu diperintah untuk membersihkan kelas, yang padahal jadwal piketnya hanyalah hari selasa. Ah, sudah bisa ditebak siapa yang memiliki aturan seperti itu? Jelas Lucas dan teman-temannya.

Tak lama kemudian, datanglah tiga pria tersebut. Posisi Diki masih berada di depan kelas, menyapu lantai sambil mendengarkan musik melalui earpods nya. Sementara Romeo? Pria itu hanya duduk diam di kursi sambil membaca sebuah novel.

Brakk,, brakk,, brakk.

"Lah.. Kotor lagi, maaf ya. Hahaha!!!!"

Ozzi dengan sengaja menginjak-injak lantai yang sudah disapu oleh Diki hingga kotor kembali.

Sinting, pengen gue gebuk aja nih bocah tolol, begitulah batin Diki berkata sambil menatap datar pria itu.

Brukk!!!

"Eh, tumpah..."

Kali ini lebih gila. Dengan sengaja Steven menendang ember yang berisikan air pel hingga tumpah dan membasahi lantai, membuat Romeo menghela napasnya panjang sambil menajamkan atensinya.

Ah, rupanya tak berhenti sampai disitu. Steven justru mengambil ember tersebut dan menumpahkan sisa air kotornya diatas kepala Diki hingga membuat sang empu basah kuyup, karena air diember itu masih ada setengah.

Steven sadar bahwa ia sedang diperhatikan. Manik matanya lalu mengarah pada Romeo, membalas tatapan tersebut dengan senyum yang memudar. "Lo ngeliatin apa?" tanya nya.

Romeo tak menjawab.

"Sekali lagi gue tanya, LO NGELIATIN APA B*NGS*T!!?"

"Duh berisik, lo gak usah ngajak ribut dia deh, Stev." Ozzi meledek sambil menutup kedua telinganya.

Steven tertawa gelak, berjalan menghampiri Romeo, berdiri didepannya sambil menyilangkan kedua tangan didepan dada. "Kenapa harus takut sama modelan kayak begini, sih? Mana yang katanya sosok Romeo itu mematikan? Semua orang takut sama nih cowok, tapi gue gak ngerasa sedikitpun sisi gelap yang lo punya. Ah, i see... Mungkin karena Bokap lo adalah donatur di sekolah ini, makanya orang-orang pada segan."

"Selama tiga tahun gue jadiin Diki sebagai mainan, kenapa sekarang lo berani ikut campur, huh? Lo mau gantiin posisi dia? Gak nyangka, ya. Ternyata si miskin udah punya temen, lo kok mau sih sama dia?"

Romeo menutup buku novelnya, kemudian berdiri sejajar dengan Steven sambil menatap bengis pria itu.

"Waduh, lancang banget ternyata."

"Gue heran, kenapa manusia biadab kayak lo di biarin hidup di dunia ini? Bisanya menindas yang lemah. Gue tahu kalau di luar sekolah, lo yang dijadikan anjing peliharaan. Diki memang gak ada apa-apanya, dia gak bisa ngelawan, itu alesannya kenapa lo dengan gampang ngejadiin dia sebagai pelampiasan."

ROMEO : Park Sunghoon [ON GOING]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora