BAD PAPA - 20

7.1K 1.2K 61
                                    

Kening nya mengkerut samar saat merasakan cahaya matahari menembus kelopak mata nya, memaksa sang empu menampakkan netra yang tersembunyi di balik bulu mata lentik itu.

Berdecak kesal saat mengetahui ada yang memasuki kamarnya tanpa izin darinya.

Mata yang semula terpejam itu mulai terbuka perlahan menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina mata nya. Kerutan di dahi kian terlihat jelas saat melihat siluet tubuh perempuan tengah sibuk menali gorden di setiap sisinya.

Rambut bergelombang tergerai apik menutupi punggung indah perempuan itu.

Sedetik kemudian perempuan itu menoleh ke belakang meskipun masih tak bisa ia lihat dengan jelas wajahnya karena sinar matahari yang menyorot tajam. Namun dari gestur nya terlihat jika perempuan itu tengah tersenyum ke arahnya.

"Sudah bangun?"

Jantung nya seolah berpacu lebih cepat dari biasanya mendengar suara yang mengalun merdu di telinga nya. Otak nya seolah di paksa mencari kepingan memori tentang pemilik suara yang nampak tak asing di telinga.

Bibir nya terkatup rapat, melarang sedikit pun suara keluar dari ujung bibir walau ia ingin. Tubuhnya yang sudah dalam posisi duduk menjadi kaku seketika.

Bulir-bulir keringat mulai muncul pada pelipis nya, kala perempuan itu mulai berbalik dan melangkah mendekat ke arahnya.

Jika tadi detak jantungnya serasa usai lari maraton, kini kebalikannya. Jantungnya seolah berhenti berfungsi saat melihat dengan jelas wajah perempuan yang kini bahkan sudah berdiri di ujung ranjang.

Suara kekehan samar terdengar dari perempuan itu. "Apa aku terlihat semenakutkan itu?" tanya nya kala melihat lelehan keringat menetes dari pria di depannya.

Merangkak menaiki ranjang, mendekati Alister yang masih setia terdiam kaku di tempat.

Tangannya merespon cepat saat perempuan tersebut kini duduk di pangkuannya. Yang semula berada di bawah selimut kini bertengger apik di pinggang ramping perempuan di hadapannya.

Meremas kuat hingga membuat baju sang empu berubah kusut. Matanya terpejam rapat merasakan usapan jemari lembut di pelipisnya yang kini turun ke area bibir tebal miliknya. Entah sejak kapan perempuan ini berani berbuat demikian padanya.

"Aku merindukanmu." Suaranya berbisik lirih dengan pandangan mata sayu menatap pria pujaan hatinya.

Matanya terbuka perlahan menatap tepat pada bola mata yang berkilau indah di depannya.

"Se. Ha?" Suaranya berhasil keluar setelah tertahan lama di kerongkongan. Bibirnya sedikit bergetar menyebutkan nama wanita di depannya.

"Hm?"

"Aku. Membencimu." Dari sekian banyak nya kata yang ingin ia ucapkan pada perempuan di depannya, justru malah kalimat kebencian yang keluar.

"Aku mencintaimu," Jawaban nya lugas.

"Seha ...." Alister seakan kehabisan pasokan udara setiap menyebutkan nama itu.

Kepalanya luruh, bertumpu pada pundak polos Seha. Menghirup dalam-dalam aroma tubuh yang sudah beberapa tahun tak ia cium keberadaannya di dalam kamar ini.

"Aku benci pembohong." Seha tersenyum, seakan mengerti arah pembicaraan Alister.

"Tapi aku menitipkan separuh hidupku padamu, dan kamu menjaga mereka dengan baik," jawab Seha menimpali.

"Apa yang aku jaga tak akan bertahan lama," tukas Alister mencoba mengingatkan. "Atau aku bunuh saja mereka dengan tanganku sendiri?" cerocos nya mulai melantur.

IllusionWhere stories live. Discover now