Distraksi

194 54 18
                                    

"Aku udah nahan diri buat nggak nonjok wajah songong Raidan pas setelah upacara kemarin ya Shyaa. Tapi apa? Semalem kamu malah nontonin band dia di Cafe dan pulang bareng dia."

Areshya memutar bola matanya malas.

"Ralat. Pulang bareng temen-temannya dia juga dan Ola," sanggah Areshya yang memang semalam terpaksa pulang bersama band HVS dan Ola karena Ola yang membujuknya.

"Dan kamu sendiri yang nggak bisa aku hubungin pas malam, kamu bilang sibuk. Dan hp aku juga mati karena baterainya lowbat, aku udah usaha ngehubungin kamu lewat hp Ola tapi kamu nggak bisa dihubungin semalem Shall."

"Kenapa nggak naik kendaraan umum atau ojek online? Gatel banget kamu jadi cewek," cibir Marshall membuat Areshya geleng-geleng sendiri.

"Garukin dong kalau gatel!" kata Areshya yang karena ini hari pertamanya menstruasi membuatnya lebih cepat emosi menghadapi kekasihnya.

Marshall sudah membuka mulut sebelum seseorang menepuk pundak Areshya.

"Shya ayo dong buruan anak-anak udah pada nunggu kamu buat latihan!"

Areshya menatap Chelsea dengan tatapan tajam.

"Iya cel bentar..."

Chelsea lalu menatap Marshall. "Shall ceweknya aku pinjam dulu ya penting nih. Kamu nggak mau kan pacar kamu nilainya jelek?"

Marshall mengangguk setelah membetulkan letak kacamatanya. "Iya silahkan bawa aja."

Chelsea tersenyum sementara Areshya masih menatap kesal dan meninggalkan kekasihnya itu karena Chelsea merangkulnya dan membawanya pergi.

"Aku kira cewek baik-baik sama cowok baik-baik pacarannya mulus-mulus aja nggak ada berantemnya..."

"Siapa?" tanya Areshya yang berhasil membuat Chelsea menghentikan langkahnya.

"Ya kamu sama si Marshall lah. Kalian kan pasangan paling positif vibes banget," kata Chelsea mulai berceloteh. "Tapi ya kalau aku sih lebih milih pacaran sama bad boy macam noh si Idan," kata Chelsea sambil menunjuk laki-laki jauh di depan mereka yang tengah menggoda salah satu siswi perempuan yang pernah Areshya lihat di suatu tempat namun Areshya lupa.

"Apalagi kalau dia taubat gara-gara kita beuh damage nya bukan main..."

"Yang bagus itu taubatnya karena diri dia sendiri bukan karena orang lain."

"Iya sih tapi kamu tau nggak Shya? Di Sekolah ini cuma kamu doang tau yang nggak pernah suka sama Idan."

"Masa sih?" tanya Areshya tidak percaya kemudian sadar sesuatu. "Kalau aku pengecualian berarti kamu-"

Yang ditanya sudah kabur duluan.

***

"Saya terima kawinnya-"

"Nikah dulu Idan ah belegug maneh mah!" kata Giandra yang berperan sebagai ayahnya Areshya jadi sudah sangat kesal karena Raidan terus saja mengucapkan kata yang salah sehingga mengumpat Raidan dengan kata bodoh.

"Ya gimana aing kan deg-degan ai maneh!" protes Raidan.

"Yok ulang lagi yok Nak Raidan dan Pak Giandra," kata Keenan yang masih masuk ke dalam peran penghulu.

Giandra mendengus tapi tetap mengulurkan tangannya pada Raidan.

Raidan yang sudah membalas uluran tangan Giandra lalu melirik Areshya yang duduk di sampingnya. Areshya menatapnya bingung.

"Kalau aku salah sekali lagi, kamu jadi nggak mau nikah sama aku Res?" tanya Raidan dengan wajah memelas.

"Astaghfirullah Meru ini kita cuma nikah bohongan!"

PengantinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang