Jake Kerjanya Bad mood

451 60 9
                                    

Rutinitas harian Jake itu nggak jauh-jauh dari perpustakaan, tugas dan UKM (unit kegiatan mahasiswa) yang mana dia milih ikutan UKM musik.

Katanya biar nggak capek; padahal sama aja, kalau ada event ya tetap harus latihan juga. Tadinya mau daftar di UKM lukis, yang dia yakini pasti lebih simple.

Cuma ya ... sayangnya dia nggak bakat ngelukis. Jadi yaudah lah ya, setidaknya nggak kayak Jay yang ikutan UKM basket, capeknya luarbiasa; mana harus latihan fisik juga, Jake nggak sanggup deh pokoknya!

Lalu, di sini lah letak permasalahannya; jadwal UKM mereka memang serentak diadakan hari kamis setelah jam kuliah, tapi yang selesai duluan pasti Jake; dia mau pulang, tapi tadi berangkat sama Jay, ditambah handphone-nya habis batrai dan nggak cukup di situ; charger pun lupa dia bawa.

Jadi beginilah mau nggak mau; dia harus menunggu Jay di co-working space yang ramai sambil buka-buka buku dengan hati dongkol, karena mau ngerjain tugas juga susah buat fokus.

Lama nenunggu, sampai-sampai Jake pikir dia akan jatuh ketiduran; akhirnya, dia memutuskan buat turun ke perkiran, setidaknya di sana dia bisa kena angin sepoi-sepoi supaya nggak ngantuk.

Namun yang Jake dapati malah dua anak kucing mendongak minta disayang. Melihat itu, Jake angkat anak kucingnya ke gendongan, lalu dibawa ke samping gedung kampus buat jaga-jaga biar nggak ketabrak kendaraan yang keluar masuk.

"Kasian amat."
Gumam Jake sambil ngelus-elus kepala anak kucingnya.
"Mana tampangnya o'on gini." Lanjutnya lagi, tidak lupa juga imajinasi yang terbang ke mana-mana; dalam pikiran Jake, dua anak kucing ini pasti sering kena tindas kawanan kucing lain.

Puas mainin kucing, dia lantas pergi menuju pintu keluar. Niatnya mau beli makanan kucing di mini market depan, tapi nggak ada yang nyebrangin. Jake jadi bingung sendiri, mana orang-orang keliatan nggak peduli sama zebra cross, alias ngebut-ngebut aja.

"Oi? Ngapain bediri di pinggir jalan?"

Jake menoleh ke sumber suara yang tak lain dan tak bukan adalah Jay.

"Mau nyebrang."
Jawabnya tak senada sama tindakan, yang mana Jake malah menjauj dari jalana untuk menghampiri Jay.

"Ngapain?" Tanya Jay lagi, ketika Jake sudah benar-benar berhadapan dengan dia.

"Beli makan kucing."

Jay reflek menutup hidungnya dengan jari jempol dan telunjuk, malah mengundang decakan dari Jake.

"Ngapain si tutup hidung, emang alergi masuk dari lubang hidung!"

Bukannya merasa kesal, Jay malah terkekeh karena ucapan Jake.
"Reflek aja. Mana kucingnya?"

Jake berpaling pada sisi di mana dia ninggalin anak kucing, tapi dia mendengkus kemudian ketika tidak mendapati anak kucing di sana lagi.

"Udah pergi. Kamu kelamaan ajak ngobrol!"

Jay senyum paksa ketika mendengar sinyal-sinyal pertikaian.

"Besok aja langsung bawa makanan kucingnya. Sekarang kita pulang! Capek aku keliling-keliling nyariin kamu."

"Aku juga nunggu lama!" Balas Jake tak mau kalah, namun tetap mengikuti Jay menuju mobil mereka yang terparkir lalu masuk barengan.

"Pulang duluan aja, coba."

"Hp aku mati, Sunghoon juga kayaknya belum selesai UKMnya."

Jay memasang seatbelt sejenak, lalu siap melajukan mobil untuk keluar dari parkiran.
"Gaul sama Sunghon muluk."

Jake cuek aja walau tetap menjawab seadanya, "cuma dia yang mau gaul sama aku."

Mendengar itu, Jay lantas terkekeh.
"Ya kamu makanya abang bilang masuk basket, musik mah anggotanya dikit. Mana orang-orangnya pada ansos."

Heran juga Jay lama-lama, tapi emang UKM musik isinya cuma orang-orang yang mau ambil nilai buat lulus.

"Bagus, tinggal nenteng-nenteng alat musik terus pulang. Males capek-capek." Jawab Jake cuek sambil sok sibuk mainin handphone Jay yang diletakkan di dashboard, padahal cuma buka-buka pinterest; liat-liat gambar ga jelas tapi ga bisa berenti.

"Males capek-capek tapi kalau keluyuran nggak ada capeknya, ya?"

Jake mendengkus, ini Jay keyaknya emang suka mengungkit-ngungkit.

"Enggak usah mulai lagi, ah!" Jawabnya sebal, lalu agak membanting handphone ke dashboard mobil dan memilih tidur.

Tempramen banget lah pokoknya Jake ini, hal itu mau tak mau mengundang decakan dari Jay karena melihat hadphonenya yang jadi sasaran.
"Iya iya, maaf. Nggak dibahas ... nggak dibahas."

Namun Jake menolak bicara lagi, dia benar-benar berniat tidur dan menyisakan suasana hening di antara mereka.

Jay yang melihat itu lantas membiarkan saja, paling nanti kalau bangun moodnya udah beda lagi.

"Kamu tau nggak?" Tanya Jay.

Tipikal introduksi percakapan yang paling Jake enggak suka, alias dia kan belum tau apa-apa; ya apa ga bisa langsung ke topik aja?

"Apa?"

"Lusa kayaknya ayah pulang."

Jake membuka matanya lagi lalu mengangguk seadanya.
"Tau, ayah chat kemarin."

"Pantes. Bad mood gara-gara ayah pulang?"

Jake mengernyit tipis.
"Enggak. Siapa bilang? Pulang mah tinggal pulang."

Jay tersenyum tipis, namun fokusnya tetap ke jalanan. Alias apa nggak baper tuh jalanan disenyumin Jay?

"Masak iya? Nanti kamu pasti bakal main muluk selama ayah di rumah."

Jake menyamankan duduknya, lalu memijat pelipisnya sebentar; ngantuk dia tuh.
"Kalau main mah emang main aja, kamu juga di kampus terus! Sekalinya aku main malah kamu yang pundung. Di rumah sendiri ya bosan juga lah!"

"Mana ada pundung kalau kamu mainnya wajar."

Jake menghela napas.
"Letak nggak wajarnya di mana? Apa aku mabok? Ngeroom sama cewek? Narkoba? Kan enggak."

"Lama-lama bisa Jake. Ingat, kamu bisa salah pergaulan."

Ya gusti nun Agung, sumpah Jake tuh capek.

"Aku cuma bergaul sama Sunghoon, sama temenya yang lain! Main juga di rumah sunghoon; makan kuaci! Minum teh sisri! Mau salah gaul gimana?"

Kalau bisa ni otak Jake udah teriak anjeeng ... enam puluh kali.

Lagian heran juga ya dari kemarin-kemarin diomelin muluk perasaan!

"Yaudah, nggak usah dibahas lagi."

Lah yang bahas terus teh sahaa?

Jake menghempaskan punggungnya ke sandaran mobil, bisa-bisanya mereka tarik urat di mana-mana.
"Aku diam aja deh. Abang jangan ngajak ngomong!"

Jay menoleh ke samping sebentar, lalu bersuara sebelum Jake mulai acara 'nggak mau ngomongnya'
"Tapi jawab dulu, mau makan malam sama apa?"

"Sama kerikil!"

Jay berdecak, tapi urung buat marah lagi.
"Yang bener jawabnya."

"Nggak tau ah! Mikir sendiri aja."

Orang males ngomong malah disuruh mikir!

"Sup jagung mau nggak?"

"Mau."

"Oke."

Dengan demikian, acara mogok ngomong Jake dimulai sepanjang perjalanan. Jay harap maklum, mau kayak apapun Jake yang orang lain liat; dia tetap kekanak-kanan dan labil. Sama halnya dengan Jay di mata Jake; mau sekeren apapun dia di lapangan basket atau di mimbar pas mimpin diskusi; Jay tetaplah Jay yang cuma bisa masak sup jagung, dan kadang emang agak nggak jelas orangnya.

***







-Nana😌

Cotton CandyWhere stories live. Discover now