Hari Yang Lelah

396 60 21
                                    

H-1 ayah pulang, jadi dua bersaudara Jake dan Jay mulai berpikir untuk membenahi rumah sedikit.

Udah kayak mau menyambut mertua aja, padahal bapak sendiri. Namun entah, rasanya lebih baik kalau ayah tau bahwa mereka hidup dengan baik sejauh ini.

Maka dari itu, Jay dan Jake janjian mau beresin rumah pas pulang. Namun, janji selalu dibuat untuk diingkari, 'bukan?

"SELESAI JAM BERAPA?"

Jay reflek menjauhkan hand phone dari telinganya ketika seruan Jake terasa memekakan telinga, tak lupa dia balas berdecak.

"Santai dong ngomongnya!" Katanya kesal, namun lawan bicaranya juga balas berdecak lebih galak.

"Kamu nggak ngasitau bakal telat selesainya, aku dah mau kering nungguin di parkiran."

Jay menghela napas pelan, agak sadar di mana letak kesalahannya.
"Yaaaa. Ini mau kasitau, kamu pulang duluan aja; masih ada Kelas ini nanti."

"Terus mau beresin rumah gimana?"

Jay diam sebentar untuk berpikir, ingin rasanya melimpahkan semua tugas memberishkan rumah ke Jake; namun dia tidak menemukan satupun kalimat yang pas.

Semua yang ada di kepalanya pasti akan memicu perang saudara.

"Beresin setengahnya aja lah dulu, nanti aku sisanya."

Hening sebentar.

"Coba bilang dari tadi." Balas Jake pelan; lebih ke menggerutu sih kalau menurut Jay, soalnya cara adiknya itu ngomong makin nggak jelas.

"Yaudah! Isi gopay aku!" Lanjutnya lagi, namu kali ini lebih keras.

Sementara Jay; hak menolaknya telah dicabut kalau begini.

"Baik yang mulia."
Balas Jay, sambil terkekeh pelan, lalu telepon dimatikan sepihak oleh Jake.

"Adek lo?"

Jay menoleh ke sebelah, sempat lupa dia kalau Heeseung ada di sana dari tadi.

"Iya, biasalah; si paling tantrum kalau disuruh nunggu."

Heeseung mengganguk-angguk.
"Namanya juga anak kecil."

Jay tertawa keras kali ini.
"Udah gedek kok, semester satu. Anak sasing."

Giliran Heeseung yang tertawa.
"Gue kira SD lah minimal, soalnya lo ngomong 'aku' 'aku'"

Yeah, masuk akal 'sih kalau dipikir-pikir. Jay mana pernah ngomong begitu sama temen-temennya.
"Oh, itu kebiasaan dari kecil aja. Dulu sih dibiasain sama mama biar kita akrap terus."

Heeseung mengangguk-angguk, senang dia mendengarkan fenomena yang terjadi di persaudaraan oranglain; sementara persaudaraannya enggak begitu.
"Niki mah boro-boro, manggil gue aja Heeseung heeseung aja dia kalau lagi ingat. Kalau kurang ajarnya lagi di puncak-puncak, paling cuma 'eh?' Doang."

Jay terkekeh, yah ... persaudaraan orang lain emang jarang sih kayak dia sama Jake. Bahkan kalau dipikir lagi, mereka jarang banget berantem yang sampai berhari-hari. Di antara mereka, tidak ada yang terlalu gengsi buat minta maaf duluan.

"Gitu-gitu dia mau bawain tugas lo yang ketinggalan, 'kan." Balas Jay lagi, sambil mengingat-ingat terkahir kali dia melihat Niki; adiknya Heeseung yang kalau tidak salah masih SMA itu, tapi tingginya ngalah-ngalahin abangnya.

"Iya, abis itu gue ditolol-tololin."

Jay tertawa lagi, kayaknya cuma Niki doang yang bisa nolol-nololin Heeseung; soalnya Heeseung ini selalu keliatan berwibawa tanpa cela sampai-sampai nggak ada hal yang ngebuat dia keliatan tolol; baik secara perkataan maupun perbuatan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 25, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cotton CandyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang