01. Hari Tanpamu

136 27 28
                                    

"Kamu adalah alasan seseorang untuk tersenyum."

Jangan lupa vote dan komen ya karena itu semangat buat aku

Happy Reading

01. Hari tanpamu


Langit gelap membungkus kota Jakarta pada sore itu tanda hujan akan segera turun. Hari ini tepat tiga tahun laki-laki yang ia cintai pergi meninggalkan ia selama-lamanya tidak ada lagi sosok laki-laki aneh dengan senyuman manisnya. Rainata berjongkok seraya memandangi makam Alegi dengan sendu. Kumpulan kenangan yang ia miliki dengan Alegi seketika menghujam benak dan pikirannya tanpa persetujuan. Kini tidak ada lagi Alegi di sampingnya.

Alegi sudah pergi.

Pergi dan tak akan pernah kembali.

Hanya meninggalkan sisa-sisa kenangan menyakitkan.

"Hai, apa kabarmu? Sudah tiga tahun saja kamu pergi ninggalin aku Egi," ucap Rain. dengan bibir sedikit bergetar.

"Aku disini baik-baik aja Egi, hanya saja semua sudah berubah semenjak kepergianmu. Semua tidak sama  lagi seperti dulu." Napas rain tertahan. Suaranya mulai tercekat.

"Abi, sekarang dia kuliah di Bandung. Katanya kalo disini dia jadi inget kamu terus Egi. Egan sekarang dia sering jadi pelawak buat orang-orang di markas kamu, dia berusaha menghibur temen-temen kamu, padahal aku tau Egan paling terpuruk di antara yang lain karena dia gak mau terlihat lemah didepan semua orang. Aku pernah liat dia nangis di atas rooftop waktu di kampus sambil pegang slayer hitam kamu. Gavie sekarang dia jadi makin cuek dia terlalu sibuk sama kuliahnya udah cuek makin cuek kayak bebek".ujar Rainata terkekeh kecil.

"Semua baik-baik saja Egi, markas kamu juga makin rame kok. Tapi tetap aja masih kurang menurut aku karena gak ada kamu. Gak ada lagi capten mereka dan udah gak ada mataharinya aku"

Buliran bening itu akhirnya lolos membasahi kedua pipinya sesekali ia menyeka air matanya yang sudah tumpah entah sejak kapan mengalir dengan telapak tangannya. ia usap lembut batu nisan itu sesekali dia menciumnya ada rasa sesak di dadanya kenangan itu kembali muncul di benak dan pikirannya.

"Apapun yang terjadi nanti, aku harap kamu gak akan pernah pergi dari aku Alegi. berjanjilah padaku kamu akan selalu ada di sampingku." ujar Rainata lalu memeluk erat tubuh tinggi Alegi.

"Iya ta, gue gak bakalan ningglin lu. Ini janji gue sama lu." jawab Alegi. Lalu mengusap rambut Rainata lembut.

Tapi nyatanya takdir berkata lain, semua janji sekarang hanya omong kosong. Hanya meninggalkan sisa-sisa kenangan yang menyakitkan itu. Ya, hidup akan terus berjalan, meskipun kenangan tidak akan pernah berhenti menyiksa sang pemiliknya.

Rainata tersadar dari lamunannya, ia segera menghapus air mata yang jatuh di pipinya. Ia sudah berjanji tidak akan menangis lagi. Meskipun berdamai dengan keadaan tidaklah mudah.

"Egi, aku pulang dulu ya. Nanti aku kesini lagi." ujar Rainata. Lalu mengusap buliran air hujan yang menghiasi batu nisan itu dengan telapak tangannya.

"Oh iya, aku juga membawakanmu bunga mawar putih kesukaanmu." ujar Rainata, meletakkan sebuket bunga mawar putih.

"Kamu sangat menyukai bunga mawar putih, jika di tanya alasannya kamu akan menjawab tidak ada alasan untuk menyukai bunga mawar putih. Tapi tidak mungkin, aku yakin ada alasan lain di balik jawabanmu. Lalu di malam terakhir kamu bersama ku, aku tau mengapa kamu sangat menyukai bunga mawar putih. Bunga mawar putih melambangkan kesetiaan, dan kamu adalah salah satu wujud nyata dari bunga mawar putih. Namun, sama seperti hujan aku juga tidak menyukai bunga mawar putih. Setelah dirimu di kebumikan, aku mencabut semua bunga mawar putih yang sudah kita tanam bersama di taman mini rumah ku."

Hujan (On Going) /HIATUSWhere stories live. Discover now