"Bagaimana apakah sudah ada yang menemukan nya?"
"Belum ada kemajuan Tuan." Ucap Liam yang saat ini sudah berganti kemudi dengan rekannya.
Jayden memejamkan matanya, rasanya ingin ia mengeluarkan seluruh amarahnya saat ini. Sudah hampir setengah hari mereka mencari gadis itu namun tidak ada sama sekali kemajuan.
Namun wajah yang semula memerah itu seketika berubah melembut saat membayangkan seorang gadis mungil sedang tertidur di sampingnya, entah kenapa sekarang perasaan cemas meliputi hatinya.
Bagaimanapun tempat ini adalah tempat asing bagi gadis itu.
Dering telepon menyeretnya kembali ke dunia nyata, ia melirik Liam yang tiba-tiba menghentikan mobil.
Setelah mematikan sambungan teleponnya, pengawal pribadi yang sudah ia anggap sebagai saudaranya itu seketika menoleh dengan wajah yang lega.
"Gadis itu sudah di temukan Tuan."
Rasanya kata itu seperti sebuah anugerah yang Jayden dengar saat ini, entahlah, perasaan cemas yang sedari tadi melanda hatinya berubah menjadi perasaan lega yang tak terbendung.
"Di mana Audy sekarang?" Tanyanya.
"Di Monte Titano Tuan."
"Kita kesana sekarang, cepat Liam!"
Monte Titano adalah sebuah dataran tinggi yang menjulang di atas langit kota San Marino yang sangat terkenal, jalur pejalan kaki di sertai dengan pemandangan luas yang mengesankan.
Setelah sampai, Jayden segera bergegas keluar dari mobil dan berlari menuju ke atas benteng.
Hiruk pikuk yang tidak terlalu ramai membuat Jayden mudah saja menemukan gadis mungil itu.
"Aku menemukanmu."
Dari kejauhan, ia melihat seorang gadis dengan kulit khas sawo matang sedang berdiri di balik benteng, wajahnya yang mungil memandang pemandangan kota San Marino yang sangat indah sore itu.
Jayden ingin mendekat, dan memeluk gadis mungil itu dari belakang. Namun langkahnya terhenti saat sekelebat ingatan akan masa lalunya datang kembali. Ia sangat takut akan apa yang ia rasakan saat ini akan menyakitinya.
Bola matanya masih terpaku pada gadis yang saat ini sudah berjalan kembali, Jayden mengikuti gadis itu dari belakang. Matanya menelusuri gadis itu dari atas sampai bawah, tanpa ia sadari senyumnya mengembang.
Bahkan dari belakang saja, gadis itu sudah terlihat sempurna.
Entahlah apa yang di rasakan nya saat ini, Jayden tidak ingin terlalu ambil pusing akan hal itu. Ia akan menjalani dulu apa yang ada di hadapannya saat ini, ia yakin suatu saat perasaan atau apalah itu akan memudar seiring berjalannya waktu.
Seketika lamunannya tersadar, saat tak jauh di depannya, Audrey tersandung. Ia ingin berlari, namun tertahan kembali saat melihat gadis itu langsung berdiri dan berjalan menuju salah satu bangku di sana.
"Ah.. sendalnya putus.." Seru pria itu pada dirinya sendiri.
Ia kembali memerhatikan saat Audrey dengan susah payah merobek bagian bawah gaunnya.
"Untuk apa kau robek gaun itu, Angel? Kau hanya akan merusaknya."
Namun seketika pertanyaan nya itu terjawab saat gadis itu menundukkan kepalanya, untuk melihat lututnya yang lecet.
"Ck. Dasar gadis bodoh."
Dengan langkah cepat, Jayden segera berjalan mendekati Audrey dan berdiri di hadapannya. Bisa ia lihat bahwa tubuh gadis itu seketika membeku.
ВЫ ЧИТАЕТЕ
Point' Of Orchis
Любовные романыNew Story' Dark romance // MOHON BIJAK DALAM MEMBACA *** Audrey Ayda Mehar, seorang aktivis di kampus Universitas Tirtayasa suatu hari melakukan aksi di Jakarta bersama rekan kampus nya yang lain. Gadis yang selalu menolak untuk mengikuti aksi-aksi...
