17. Dunia Kerja Baru

315 35 15
                                    

Seperti biasa, mari kita mulai dengan membaca mantra ajaib ini!

Cara baca mantra: Di baca lhooo! Ini sajen di cerita ini soalnya, oke?

Sajen buat diri kita juga? Percaya sama kekuatan kalimat-kalimat baik?

Pejamkan mata mu, ambil nafas dalam-dalam lalu katakan hal-hal baik.

"Tuhan, aku bahagia. Aku bersyukur dengan keadaaan ku. Aku cantik, aku hebat, aku mencintai diriku. Aku bisa menggapai mimpi ku!"

***

Lita POV

Aku takut. Sumpah, tanganku dingin serta basah oleh keringat. Di parkiran tempat kerjaku yang baru, aku duduk diam di motor. Memainkan ponsel begitu saja, hanya scrool menu untuk menghilangkan gugup.

Setelah hampir nyasar, sebab gudang di daerah industri Arganda banyak sekali, aku membuang pandangan ke sekitar. Ini memang salah satu pusat ekspor impor barang.

Menarik nafas, aku masih juga belum bisa mengeyahkan rasa deg-degan di dada. Jantungku semakin bertalu-talu ketika tahu Keira mendapat jadwal training berbeda denganku.

Ya, hari ini aku datang hanya untuk training sebelum benar-benar kerja.

Kulihat banyak orang sudah berbaris di depan gudang. Seseorang yang kuyakini sebagai ketua training tengah mengatur. Aku menghela sebelum turun dari motor.

Sungguh, rasanya aku mati rasa. Mau nangis padahal belum apa-apa, aku tertekan bukan main di keramaian.

"Siapa lagi yang belum absen?" suara itu terlalu keras.

Aku menatap sekitar, beberapa anak maju untuk menulis nama di kertas selembar. Aku belum! Setelah meremas jari-jari, kakiku melangkah kaku mengantri dengan tertib.

"Eh, gue duluan sini."

Kertas di tanganku lenyap sebelum aku membubuhkan tinta. Aku hanya bisa pasrah menunggu lebih lama ketika ada beberapa orang nyerobot tanpa sopan.

"Pinjem pulpen dong." katanya, mengambil penaku sebelum aku menjawab. "Jia. Nama lo begini doang kan?"

Sosok itu mengabsenkan temannya juga, lalu memberikan kertas berikut alat tulisnya. Dia mengucapkan terimakasih sebelum kembali berbaris. Tinggal aku saja yang menulis nama, pengawas menghampiriku.

"Udah belom?"

"Udah, pak."

Dia menyeringit, lalu menyuruhku berbaris. Cewek dan cowok baris terpisah, namun masih satu tempat. Laki-laki itu mengenalkan diri sebagai Elan—dia perwakilan dari yayasan yang menaungi dan akan mengurusi masalah gaji. Aku dan Keira ada di yayasan Duta Insani.

Perawakannya tinggi besar, rambutnya agak gondrong dan jujur saja aku takut ngeliatnya. Dia punya tampilan garang. Elan memberitahu perihal informasi yayasan dan gaji-gaji.

Perusahaan ini memang bekerjasama dengan beberapa yayasan, kalau kerjanya bagus bisa diangkat karyawan dan kontrak langsung dengan perusahaan tanpa lewat yayasan.

Cowok lain yang agak gemuk, sedikit gemulai bernama Jonathan. Dia maunya dipanggil Kak Jo. Nantinya Kak Jo yang akan memberi pelajaran.

"Oke, mari kita masuk gudang." ajak Kak Jo, Bang Elan malah tidak turut serta. "Nanti di dalam kalian akan dibagi menjadi tiga kelompok."

Aku berjalan mengikuti yang lain dengan kepala berisik. Sungguh, aku heran mengapa gadis-gadis lain tampak sudah berkawan. Aku tidak.

"Ini anak training-nya?"

Jelek Itu LukaOù les histoires vivent. Découvrez maintenant