BAB I: Awal Mula Kisah Pertama Dimulai

11.1K 37 0
                                    

Minggu paginya seorang pekerja keras sangatlah jauh dengan minggu nya orang-orang kantoran. Untuk orang sepertiku ini, pada hari minggu pun harus membuka toko untuk menjalankan usaha agar menghasilkan rupiah guna memenuhi kebutuhan harian, walaupun pendapatan hanya cukup untuk makan siang dan malam serta sebungkus rokok.

Perkenalkan namaku Panji, aku mempunyai usaha jasa fotocopy & pengetikan kecil-kecilan di kampung halamanku di kota A. Usiaku saat ini 29 tahun dan belum berkeluarga dikarenakan sampai saat ini belum mendapatkan jodoh yang tepat untuk membina rumah tangga. Paras wajahku biasa saja, tidak tampan dan tidak pula "tak tampan". Tinggiku 175 cm dengan berat sekitar 78 Kg. Warna kulitku sawo matang (tapi tidak hitam). Tubuhku tidak terlalu atletis, namun lumayan padat dibagian dada karena sebelum memulai usaha fotocopy pernah kerja buruh harian di kampung halaman.

Hari minggu ini, seperti biasa aku mulai membuka toko lanjut beres-beres dan nyapu serta bersih-bersih rak etalase agar kinclong. Seperti biasa datang beberapa pelanggan untuk sekedar fotocopy, mencari bahan di internet, sampai membuat surat-surat keterangan dan lainnya.

Tepat disaat jam menunjukkan pukul 11.29, tiba-tiba datang seorang wanita yang baru kali ini mampir di toko ku (bukan orang kampung atau tetangga kampung). Perkiraanku berumur 40an, parasnya putih, memakai jilbab, baju blouse hitam berkancing, dengan rok kembang putih yang dari dalam toko dapat kulihat samar-samar lekuk kaki dan paha nya yang sepertinya tidak memakai legging.

Langsung saja ku alihkan pandanganku dan menyapa nya.
"Mampir buk, ada yang bisa dibantu?", Sapaku.
"Disini bisa ketik surat bang?" Tanyanya, padahal wajahku lebih muda tapi dipanggil bang.
"Bisa buk, surat apa ibu?" Tanyaku kembali.
"Surat rekomendasi dari desa setempat bang", jawabnya.
"Oke buk, boleh pinjam KTP nya untuk memudahkan pengisian identitasnya". Pintaku kembali seraya ibu tersebut membuka tas lalu mengambil dompet serta mengeluarkan KTP nya untuk diberikan kepadaku.
"Oh iya buk, rekomendasi tentang apa yang ingin dibuatkan? Karena biasanya rekomendasi dari desa harus berdasarkan permohonan yang bersangkutan", tanyaku kembali.

Ibu itu sejenak terdiam, lalu mengatakan, "Jadi gini bang, saya kan mau ke urus suatu hal ke pengadilan, cuma orang kantornya minta surat dari desa". Jawab ibu itu.
"Kalau boleh tau hal gimana buk, supaya bisa diterangkan di suratnya nanti", tanyaku kembali.
"Hmm, gimana bilangnya yah, gini bang saya mau pisah sama suami saya gitu, jadi dikantor sana diminta surat gitu". Kata ibu tersebut.

Lalu aku menoleh ke KTP ibu tersebut dan melihat jika namanya adalah Tina. Dari tahun lahirnya Bu Tina berumur 42 tahun. Namun untuk wanita berusia 42 tahun, bu Tina sangatlah jauh dari bayanganku. Bu Tina masih cantik dengan badannya yang sedikit berisi. Namun sepertinya dia rajin merawat tubuh dan wajahnya.

"Bu Tina yah, jadi ibu mau bikin surat pisah dari suami ibu? Boleh ibu jabarkan agar dapat saya ketik untuk di poin keterangannya atau alasannya pisah dari suami ibu?" Tanyaku.

"Hmm, nggak ngerti saya bang. Kata orang di kantor itu harus ada surat dari desa intinya. Saya juga kurang ngerti sih gimana bilangnya, saya cerita nanti takut kelamaan abangnya bosan ntar", jawabnya.

"Oh nggak apa-apa buk, mumpung lagi tidak ada orang juga, biasa hari minggu jadi rada sepi", aku menjawab demikian karena penasaran kenapa bu Tina ingin pisah dengan suaminya.

Bu Tina yang duduk tepat disamping meja komputer tempat aku mengetik pindah ke sampingku lalu mulai bercerita dengan suara yang agak halus. 

"Suami saya itu selingkuh dia bang, dia ada main sama wanita lain di Kota B sana. Suami saya kerja di salah satu perusahaan di Kota B sejak tahun 2018 silam, dan saya bekerja di Kota A ini. Jadi saya tidak bisa ikut suami pindah kesana. Suami hanya pulang sabtu sore lalu esok sorenya udah balik ke Kota B lagi". Cerita bu Tina sambil menatap mataku. 

Aku yang penuh rasa ingin tau ini pun dengan bijak mendengar cerita bu Tina seraya menatap matanya juga. Sesekali pandangan mataku turun ke arah lipatan ketiak nya dimana terdapat pemandangan luar biasa yang tergantung di badan bu Tina yaitu Buah dadanya yang lumayan besar.

Setelah bercerita sekitar 4 menit perihal awal mula suami Bu Tina bekerja di salah satu perusahaan di Kota B seraya aku mendengarkan dengan terus memandang matanya sesekali menoleh ke bawah dan ke arah komputer, bu Tina mulai nyaman bercerita denganku dibuktikan dengan suaranya yang sudah seperti kita cerita ke sahabat sendiri (mungkin karena aku mendengar dengan seksama ceritanya). Lalu bu Tina melanjutkan ceritanya awal mula ketahuan suaminya selingkuh.

"Malam minggu sekitar bulan Agustus 2020 lalu, suami saya baru saja sampai di rumah. Seperti biasa dia masuk ke kamar sambil rebahan akibat lelah di perjalanan dan suami saya pun tertidur pulas diiringi dengan suara ngoroknya". Kata Bu Tina.

"Nah saya sebenarnya cuma iseng malam itu bang, berhubung saya tidak ada paket internet, dan anak saya yang paling tua si Riyanti juga udah keluar jalan-jalan sama temennya, jadi saya mau hidupkan hotspot dari HP suami saya". Lanjut Bu Tina.

"Saya buka HP suami saya, terus saya hidupin Hotspotnya. Namun ada hal yang janggal dihati saya karena ada Beberapa WA masuk dan WA yang terakhir keliatan dari Notifikasinya itu dari Mirna SDM kirimannya berupa gambar". Cerita bu Tina seraya melihat tajam ke arah saya.

"Terus buk?", tanyaku kepada bu Tina.

"Alangkah terkejutnya saya bang, pas saya buka chat nya, ternyata isi gambar dari Mirna SDM itu adalah anu-nya", kata bu Tina sambil menunjuk buah dadanya.

"Aduhh, serius buk?", aku sedikit terkejut mendengar dan melihat bu Tina yang menunjuk buah dadanya yang memang lumayan besar itu.

"Alah bang, posisinya gimana saya bilang, gini lah ya kira-kira bang, bentar bang", kata bu Tina sambil mengambil HP dalam tasnya lalu membuat pose Selfie. Disini aku sendiri malah salah fokus ke buah dada bu Tina yang bergetar-getar dikarenakan tangannya yang sedang ke arah depan memegang HP.

"Nah gini bang, nampak anu-nya itu, ni saya bilang terus lah sama abang ya karna abang udah dewasa juga, teteknya si Mirna itu bang, nggak pakai baju dia, terus chatnya itu isinya 'abg gak rindu aku?', gitu", cetus bu Tina dengan wajah kesal namun dengan suara yang agak kecil sambil melihat ke arah luar apa ada orang atau tidak.

Bersambung ke bagian BAB I: Awal Mula Kisah Pertama Dimulai (2)...

Calon Janda Dan Tukang FotocopyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang