00 . DEJAVU

376 233 683
                                    

Assalamu'alaikum wr.wb.

Pertama-tama saya ucapkan bissmillah terlebih dahulu.
Awal dan pertama kali memeyy membuat cerita ini. Semoga kalian suka dan terus mengikuti alur cerita ini sampai akhir!
.
.
.

D E J A V U

_____________________________🐣_____________________________

SANCTUS NAVEN

"Ahh ahh eunghh" Suara desahan bergema di seluruh sudut ruangan dengan suasana lampu remang-remang.

Di sana. Di dalam ruangan yang cukup besar, terdapat berbagai aktivitas orang-orang yang di juluki 'manusia Naven'

"Laudate patrem nostrum Deum Jordh nostrum" Ucap sekelompok manusia Naven di sudut ruangan yang lain secara serentak dengan membentuk lingkaran.

Jeritan histeris seorang wanita dan pria terdengar nyaring bergema bercampur dengan suara desahan dan sederet mantera yang terus terucap disetiap mulut orang-orang disana.

Api berkobar tinggi di tengah kerumunan para manusia Naven menyelimuti sesosok dua manusia berjenis kelamin wanita dan pria yang terus-terusan menjerit kesakitan tanpa henti.

Bau gosong. Bau amis. Tercampur menjadi satu.

"PANAASSS..!!"

"Ingat! Hanya ada aku! Aku! Tuhan di dunia satu-satunya" Ucap seorang lelaki tua yang mengenakan jubah hitam dengan corak merah.

Semua orang mengangguk patuh setelah mendengarkan ujaran seseorang yang mereka anggap sebagai Tuhan.

Orang-orang Naven itu melanjutkan sembah ritual perjamuan nya dengan terus-terusan berjalan jinjit mengelilingi dua orang wanita dan pria yang sedaritadi diselimuti oleh kobaran api sembari mengucap mantera. "Laudate patrem nostrum Deum Jordh nostrum"

"Tidak ada yang bisa membuat keturunan sebangsa manusia selain aku!" Lanjut lelaki tua yang mengaku sebagaia Tuhannya orang-orang Naven.

D E J A V U

.
.
.

Suara langkah kaki terdengar nyaring di setiap ketukannya. Terlihat sesosok laki-laki berpostur tinggi dengan segenggam lembaran kertas usang di tangan kanannya berjalan menyusuri lorong Universitas IPD Bandung.

C'klekk...

Selembar peta usang di letakan di atas sebuah meja kayu yang sudah sedikit berdebu dengan di saksikan oleh orang-orang yang berjumlah kisaran dua puluh orang di setiap juru dan pinggiran meja.

"Bulan ini kita akan melakukan observasi ke desa tua ini"

Laki-laki muda yang berusia 21 tahun mendekat menghampiri peta tersebut. Di letakannya perlahan jari telunjuk ia di atas peta. "Desa apa ini?"

"Navean Cendrakala, nama desanya. Desa ini terletak di bagian tengah pulau Jawa yang mungkin tidak akan pernah kalian temukan di atlas biasa atau atlas dunia sekalipun" Jelas Gilang Raharja, Provokator utama dalam observasi desa Navean.

Sontak jawaban tersebut berhasil membuat semua mata orang-orang yang berada di sana membelalak, terkejut.

"Gak! Gue gak setuju sama ide observasi kali ini. Desa itu terlalu berbahaya untuk kita-kita yang imannya masih setengah mateng" Sahut gadis yang tengah terduduk di kursi tua menolak mentah-mentah dengan keras dan lantang.

DEJAVUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang