01. NAVEAN CENDRAKALA

203 156 367
                                    

Assalamu'alaikum!

{Jangan lupa tinggalkan jejak kalian berupa Vote & Comment ya}
.
.
.

D E J A V U

_____________________________🐣_____________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_____________________________🐣_____________________________

01. NAVEAN CENDRAKALA

Tepat pukul 06.35 suara mobil sudah bergemuruh menyapu pasir-pasir cokelat yang menyelimuti desa Navean Cendrakala.

Nampak sembilan orang yang terdiri dari enam laki-laki dan tiga perempuan turun dari kedua mobil yang telah membawa mereka memasuki kawasan desa tua dengan disambut oleh satu kakek bernama Mbah Manyu warga asli desa Navean Cendrakala.

"Wilujeng dugi lare-lare ing dhusun Navean Cendrakala" Sapa Mbah Manyu di iringi senyuman ramah terukir di wajahnya yang dibalas dengan senyuman juga oleh mereka, terkecuali Rayen Arsenio mahasiswa dari Universitas IPD Bandung ia justru berbisik kepada temannya.

"Ngomong naon ceunah eta maneh na?" Bisik Rayen yang hanya dapat respon gelengan kecil dari kepala temannya.

Selepas menyapa, Mbah Manyu segera menggeser-geser kursi kayu yang tersusun dihalaman depan rumahnya. "Mangga, mangga lenggah dulu re"

"Terimakasih Mbah atas sambutan hangatnya kepada kami" Gilang mengambil posisi duduk di ikuti oleh delapan anggota lainnya.

Cukup dengan waktu singkat saja mereka beristirahat di rumah Mbah Manyu dengan obrolan ringan seputar desa tersebut.
"Nyesa Mbah satu-satunya tiyang yang masih berpegang teguh kepada Allah yang lainnya sudah hilang, re. Mereka semua celaka" Jelas Mbah Manyu.

"Sudah tidak ada lagi orang di desa ini yang menganut agama Islam selain Mbah?" Widya Calestia membuka suara mempertanyakan apa yang benaknya tanyakan di dalam kepalanya.

"Mboten. Gak ada, sudah ludes semuanya kemakan omong kosong Jordhy. Mau mereka yang tadinya penganut agama Budha, Hindu, Kristen, Ludes masuk sekte sesat itu semua"

Suasana seketika hening. Semua diam membisu. Masing-masing dari mereka saling membayangkan dan berteori atas perjanjian-perjanjian dan tipu muslihat apa yang disuguhkan seorang Jordhy kepada masyarakat desa Navean.

Sampai akhirnya, Alan berhasil mengembalikan lamunan orang-orang disana. "Kalau boleh apa kita bisa keliling desa ini, Mbah?" Dengan lantang Alan menatap tajam mata Mbah Manyu seolah detik itu juga ia akan segera menerkam bola mata Mbah Manyu.

"Tentu saja re, boleh asalkan...kalian harus mematuhi peraturan yang ada, jangan sampai hal yang tidak di inginkan terjadi" Tutur Mbah Manyu dengan teliti. "Dan satu lagi yang harus lare-lare ingat...menginjakkan kaki di tanah Navean Cendrakala sama dengan ikut masuk sekte Naven" Sambung Mbah Manyu, selepasnya berdiri dan mulai melangkahkan kaki keluar dari halaman rumah miliknya.

DEJAVUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang